15. Training Calon Istri

121K 2.7K 20
                                    

Lathan merangkul Linda, mengecup pipinya sekilas. "Kita akhiri meeting hari ini, kalian boleh istirahat." ujarnya datar.

Semua pamit sopan dan membubarkan diri.

Lathan menatap Linda. "Dan sekarang kita perlu meeting di ranjang, sayang.." bisiknya seksi.

Linda memukul bisep Lathan kesal. "Otak selangkangan!" gerutunya.

Lathan tak merespon, dia hanya bercanda soal ranjang. Dia masih sibuk dengan beberapa urusan.

Linda berdiri dari duduknya begitu pun Lathan. "Lo pulang, kita ketemu lusa." ujarnya datar.

"Lo mau kemana?" tanya Linda refleks.

Lathan menoleh lalu tersenyum miring menyebalkan. "Kenapa? Mau ikut?" tanyanya balik.

Linda mendengus. "Yang ada gue seneng bakalan bebas, makanya gue pastiin lo kemana biar gue makin bebas!" jawabnya ketus.

Lathan mendatarkan lagi ekspresinya. "Kerja apa lagi," jawabnya untuk pertanyaan Linda sebelumnya.

"Jauh?"

Lathan terdiam, berpikir sejenak. "Lumayan," jawabnya dengan sibuk melangkah meninggalkan ruang rapat.

Linda tersenyum cerah. Dia harap Lathan sering bekerja keluar kota sering-sering agar dia bisa bebas juga sering.

"Ini perjalanan terakhir gue tanpa lo," celetuk Lathan.

"Ha?" beo Linda tak paham.

"Lain kali lo akan setia ikut urus keperluan gue, lo ga mungkin terus makan gaji buta," jawab Lathan dengan senyum menang saat melihat senyum Linda luntur.

Lathan tahu apa yang sedang Linda pikirkan. Linda itu kadang mudah di baca.

"Sialan!" dumel Linda dongkol. Harapannya langsung pupus!

Lathan meraih tengkuk Linda, mengecup ringan bibir, pipi dan keningnya. "Lo pulang di anter sopir," setelahnya Lathan masuk ke dalam ruangan sedangkan Linda di sapa sopir dan pergi dengan jantung berdebar tak karuan.

Linda sontak menepis rasa gilanya. Dia harus ingat kalau dia berurusan dengan Lathan.

***

Linda menghampiri Chika yang terlihat tidak baik-baik saja itu. Tubuh ibunya mulai kurus, bibirnya pucat akibat penyakit.

"Bunda, jangan sakit," suara Linda bergetar. "Di dunia ini cuma bunda yang aku punya, aku janji berubah lebih baik, asal bunda janji sembuh.." Linda menangis di pelukan Chika.

Chika tersenyum, mengusap punggung Linda hangat. "Bunda seneng dengernya, apalagi club itu rawan, sayang. Bunda tahu kamu di sana mungkin niatnya seneng-seneng sama temen-temen, tapi ga ada yang tahu. Bahaya mengintai, ada pria nakal mungkin incar kamu," usapannya terus naik turun di punggung Linda.

Rasanya hangat. Ini yang Linda mau selama ini, tapi dia maklum. Bundanya bekerja bukan untuk diri sendiri.

"Di sana ada Lena, bunda. Dia jago bela diri, dia selalu siap jaga aku dari pria hidung belang."

"Tapi bunda yakin, Lena ga sepenuhnya fokus jagain. Bunda takut kamu apes, terus— ah bunda ga mau dan ga bisa bayangin sekacau apa nanti kita,"

Linda terdiam mencerna. Ada benarnya ucapan  Chika. Senang memang, bebas memang tapi ada resikonya.

"Kita bahas yang lain, kerja di tempat Lathan ngapain aja?"

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang