13. Kamar Lathan

102K 2.7K 16
                                    

    Lathan keluar dari kamar mandi, dia melihat Linda sudah tidak ada di atas kasurnya. Pandangan Lathan pun meliar, mencari sosok yang sebelumnya kacau itu.

Lathan membawa langkahnya tenang menuju balkon kamarnya. Ternyata Linda ada di sana, berdiri dengan membiarkan wajah dan rambutnya di terpa angin malam yang dingin.

Tatapan Lathan jatuh pada pakaian Linda yang masih belum berubah. Sangat tipis sekali.

Linda terlihat diam menatap lurus apapun. Membiarkan kepalanya dipenuhi segala caci maki dan pemikiran yang kusut.

Lathan berdiri di samping Linda dengan pandangan lurus. "Bunda lo udah tenang," ujarnya membuka percakapan.

Linda tidak merespon. Keduanya pun hening cukup lama.

"Masuk," perintah Lathan lalu tubuhnya bergerak untuk kembali masuk saat merasakan udara begitu dingin, tidak baik untuk tubuh.

Linda tidak bergeming. Dia malu sebenarnya karena pertengkaran keluarga kacaunya harus dilihat oleh Lathan.

Lathan menghentikan langkahnya lalu membalikan badan dengan dua tangan di dalam saku boxer.

"Gue bilang masuk!"

Linda menghela nafas, dia tetap ingin cari angin. Lebih tepatnya cari penyakit. Dia ingin mati saja rasanya. Kedatangan sang ayah selalu jadi mimpi buruk.

Lathan mengetatkan rahangnya kesal, langkahnya pun terayun mendekati Linda. "Lo mau gue seret?! Jangan mimpi gue gendong!" kesalnya.

Linda menoleh dengan bengis. "Terus mau apa? Gue harus layani kebutuhan lo yang hyper itu disaat gue kayak gini?!" bentaknya marah.

"Ma.suk!" tekan Lathan dengan dingin tak ingin di bantah.

Linda mengepalkan tangannya lalu memukul kencang pipi Lathan sebagai luapan kekesalannya. Sudah tahu emosinya sedang tidak terkendali, makan tu tinju!

Linda pun masuk kembali dengan kesal, dia hendak keluar kamar namun dikunci. Linda mencari kunci yang siapa tahu menggantung pun tidak ada.

Lathan menyeka sudut bibirnya yang berdarah.  Hari ini bibirnya banyak terluka dengan pelaku yang sama. Lathan tidak akan tinggal diam, dia akan balas dendam walau bukan sekarang.

"Tidur!" Lathan terlihat datar, meraih ponsel dan tabnya untuk dia jauhkan agar tidak menjadi sasaran kemarahan Linda.

"Gue mau pulang! Buka!" Linda mencoba sabar.

"Tidur!" Lathan sibuk sendiri, mengabaikan emosi yang siap meledak dari Linda.

"GUE BENCI LO! LO SAMA KAYAK AYAH! JADI BUKA!" teriak Linda yang beruntungnya tidak akan tembus keluar karena kamar Lathan kedap suara.

Lathan jadi tersulut emosi. Dia berdiri mendekati Linda dengan cepat lalu memukul tembok tepat di belakang Linda.

"Tidur! Lo cuma harus tidur!" tatapan Lathan begitu menakutkan penuh penekanan, ancaman dan mengintimidasi.

Linda mengigit giginya kuat lalu tatapannya jatuh pada bibir Lathan yang terdapat tiga luka. Dua bekas gigitan dan satu bekas tinjuan.

Emosi Linda pun lenyap. Seolah sadar kalau emosinya kembali menyakiti orang lain.

Lathan memalingkan wajahnya saat Linda terus menatap bibirnya lekat. Lathan tidak mau sampai salah bertindak jika terus ditatap.

Linda pun kembali mengangkat tatapan menatap Lathan. "Gue butuh waktu sendiri, cuma itu." ujar Linda dengan tidak seemosi sebelumnya.

"Anggap gue ga ada. Gue ga akan ganggu, jadi berhenti berontak!" Lathan menjauh, mengabaikan niatnya yang ingin mencium hingga meniduri Linda sebagai hiburan.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang