39. Jadi Orang Tua

57.7K 2K 21
                                    

"Oke, gue ga panik." Lathan bergumam, dia meraih ponsel untuk memanggil semua orang yang dia butuhkan agar bersiap karena Linda akan lahiran.

Setelah semua orang siap. Lathan kembali mendekati Linda. "Kuat jalan, sayang?" tanyanya perhatian.

Linda mengangguk pelan.

Lathan membantu Linda berdiri, memapahnya untuk segera meninggalkan kamar dan rumah.

"Mobil udah siap?" tanya Linda.

"Udah,"

"Peralatan yang di siapin buat lahiran-"

"Mba udah gerak tadi papasan sama kita, dia yang ambil dan bawa ke rumah sakit," potong Lathan.

Linda tersenyum tipis. "Lo gugup?" tanyanya lagi.

Lathan dengan gengsinya hanya diam mendatarkan air wajahnya.

Linda mengusap pinggang Lathan. "Baru mules dikit, jangan panik." bisiknya.

Lathan balas mengusap bahu Linda yang dia rangkul. "Gue ga ada pengalaman, gugup dikit." jujurnya.

Linda tidak lagi menyahut saat Lathan membantunya untuk perlahan naik ke dalam mobil yang pintunya di buka sopir yang siaga.

Mba yang berlari kecil di belakang mereka pun sudah memastikan barang keperluan Linda tidak ada yang ketinggalan.

"Kita jalan," perintah Lathan.

***

"Jalan-jalan aja, di sini." kata Vila.

Linda terlihat sayu setelah merasakan kontraksi palsu yang masih terasa belum teratur. Kata dokter pribadinya, dia baru pembukaan dua.

Lathan mengusap bahu Linda yang sedang dia rangkul di atas kasur rumah sakit itu. "Mau di bawa jalan? Kata dokter juga bagus," bisiknya.

Linda mengangguk.

Lathan pun mengatur infusan agar tidak tertarik lalu membantu Linda turun dan dia papah.

"Kalau sakit nyender aja ke Lathan," kata Chika seraya membantu membenarkan pakaian Linda yang terangkat.

Lathan mengecilkan langkahnya mengikuti tempo Linda. Keduanya berjalan di dalam ruangan, bolak-balik pelan.

"Mau coba keluar? Di depan aja ga usah jauh," tanya Lathan.

Linda mengangguk kecil.

Chika dan Vila menatap keduanya dengan senyum hangat.

"Ga nyangka mereka jodoh bahkan mau punya anak," celetuk Vila.

Chika mengangguk pelan seraya melipat jaket Linda agar rapih. "Tenang rasanya Linda bisa jadi istri Lathan," balasnya.

Vila tersenyum sendu. "Zadil ga bisa liat, sayang sekali." lirihnya.

Chika mengusap bahu Vila menenangkan tanpa banyak kata.

Di luar ruangan. Linda bersandar dengan ringisan pelan, Lathan dengan sigap memeluknya.

"Rasanya mules, kram juga." desis Linda menahan mulas.

"Kita jalan ke arah ruangan, jalan di sana lagi aja." putus Lathan, kalau ada apa-apa biar gampang panggil dokter maupun suster.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang