20. Alasannya, S*ks?

96.5K 2.5K 29
                                    

"Argh!" lenguh keduanya yang kini berpelukan di sofa. Keduanya terengah, terlihat lelah namun juga puas.

Hingga tak lama pelukan mereka terlepas, keduanya mulai membersihkan diri.

"Ahk!" Linda menekan perutnya. "Kram! Aduh, sakit, Lathan!" Linda merasa sesuatu di intinya dan benar saja. Cdnya terdapat bercak darah.

"Gue haid, sakit banget." tambah Linda.

Lathan pun memutuskan untuk membawa Linda ke dokter walau Linda terus menolak karena merasa wajar.

"Bagaimana keadaannya, dok? Apa haidnya wajar?" tanya Lathan dengan ekspresi datar khasnya.

Dokter tersenyum tipis, menatap keduanya hangat bergantian. "Selamat, bu, pak. Ibu tengah hamil memasuki minggu ke tiga, terjadinya pendarahan di akibatkan- maaf sebelumnya, apa saat melakukan hubungan intim, bapak keluar di dalam?" tanyanya.

Sebuah kabar mengejutkan pun muncul. Kabar bahwa Linda hamil.

Jelas Lathan marah! Membuat Linda kembali menelan kecewa. Kecewa pada Lathan juga pada dirinya sendiri.

Lathan tidak menjawab pertanyaan dokter itu, dia berdiri tanpa pamit dan menjunjung sopan santun.

Linda berusaha tenang. "Maafkan dia, dok. Terima kasih, dok. Untuk resep obat atau apapun dilain waktu saja saat kami kembali ke sini, saya harus menenangkan dia dulu," dan tentu saja diriku sendiri.

"Baik, tidak masalah." dokter itu maklum, karena tak hanya mereka yang bereaksi begitu. Bahkan sampai ada yang bertengkar di ruangannya.

***

"Di sini harusnya gue yang ga terima! Lo bisa berhenti gak?!" marah Linda sekaligus kalut. Tidak peduli di lobi rumah sakit itu banyak orang.

Lathan tidak menggubris, rahangnya masih terlihat mengetat dengan tatapan dingin penuh amarah.

"LATHAN!" jerit Linda hilang ke sabaran.

Lathan tetap tidak peduli dan masuk ke dalam mobil mengabaikan Linda yang masih berada di sana.

"Berangkat!" perintah Lathan yang tidak bisa di debat sopir.

Linda berlari kecil, namun tetap ketinggalan. Nafas Linda memburu marah. "Brengsek! Bajingan!" jeritnya.

Linda pun memutuskan melangkah lagi untuk memesan taxi dan menyusul si manusia tidak jelas itu.

Linda memijat hidungnya sekilas, mempercayakan pada sopir taxi untuk membawanya pulang.

Sepanjang perjalanan Linda mengatur nafas, mencoba percaya kalau yang sedang terjadi bukan mimpi.

Senyum samar terbit. Tatapan Linda terlihat menerawang, penuh sesuatu yang misterius. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

***

Linda mencekal lengan Lathan, dia tidak akan membiarkan Lathan menjauh sebelum membahas kehamilannya.

"Kasih alasan, kenapa lo yang marah besar di sini? Gue yang hamil! Gue yang-"

"Berapa kali gue ingetin buat lo ga telat minum obat pencegah kehamilan?" potong Lathan geram dengan menatap Linda tajam.

"Gue merasa tepat waktu, gue ga tahu kenapa bisa terjadi! Terus lo ga akan tanggung jawab?" Linda mengepalkan tangannya, bersiap akan memukul Lathan.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang