"Jangan bilang lo keduluan baper?" tanya Lena dengan senyum jahil.
"Gila aja!" sewot Linda seraya berpaling dan kembali memilih warna kutek untuk dia pakai besok ke kantor.
"Yakin? Ah masa sih, yakin?!" Lena menyenggol Linda sampai jengkel.
"Lo rese ya! Sana lo pergi!" usir Linda sangat kesal.
Lena tertawa lalu merangkul Linda. "Mau sampai kapan sih kalian terjerat masa lalu? Ga capek apa perang mulu?" tanyanya mulai serius.
"Kita udah ga perang dingin, debat atau apapun lagi." balas Linda lalu tersenyum kecut. "Gue kalah, gue jadi budak dia. Terkhusus perang di- lo pasti tahulah," lanjutnya malas.
"Terus sampe kapan? Lathan kayaknya sih masih naruh hati sama lo," Lena menerawang sebentar.
"Ngaco! Dia baik pun ya ujung-ujungnya ke ranjang, buaya setan dia! Buaya jadi-jadian, jangan salah arti," naseharmt Linda dengan masih sibuk memilih warna, bahkan jadi bimbang.
"Ah! Gue yakin lo juga sesekali ngerasa beda, terus aja tepis,"
Linda menghela nafas malas. "Gue butuh uangnya puas? Jangan bikin gue salah jalan dong, Len. Kalau dugaan gue bener gimana? Lo tahu sendirikan sebenci apa Lathan sama gue!" balasnya.
"Lo tahu, benci dan cinta itu tipis! Tipis banget," Lena masih keukeuh kalau Lathan masih menaruh hati.
Linda tersenyum kecut. "Setipis apapun gue ga peduli, gue cuma mau uangnya biar bunda tercukupi, gue ga bisa terus bandelkan? Bunda udah tua, dia bahkan sekarang minta tolong ke gue, mungkin emang ini saatnya. Gue ga mau hidup gue dirusak lagi sama cowok!" tegasnya.
Lena menghela nafas kalah lalu memeluk Linda. "Sorry, Lind. Pokoknya lo harus bahagia, tanpa cowok sekali pun." harapnya.
***
Linda meraih ponselnya yang menyala. Nama Lathan tertera, dengan malas dia mengangkatnya.
"Lo pikir jam berapa ini? Ngapain telepon?!" kesal Linda sebagai sapaan.
"Delapan malem," balas Lathan datar.
Linda menoleh pada jam dinding yang memang menunjukan pukul delapan. Ternyata salah lihat, Linda pikir jam sebelas malam.
"Kenapa?" sewot Linda.
"Kesini! Bunda lo ada di sini,"
"Dih ngapain? Ogah, gue mau tidur aja!" ketusnya.
"Serius?" Lathan masih terdengar datar.
"Iyalah! Apaan sih, ga jelas lo!" Linda merebahkan tubuhnya.
"Bunda lo bilang jangan kasih tahu Linda, dia bisa marah kalau ayahnya datang minta uang ke bunda dan hampir puk-"
Linda mematikan sambungan sepihak, melempar ponselnya ke kasur lalu bergegas turun dengan emosi mulai naik.
Linda mengepalkan tangannya. Kenapa harus datang lagi, Linda benci! Bukannya memberi nafkah malah meminta! Batinnya terus menjerit marah.
Linda terus mengayunkan langkahnya dengan emosi. Hingga sampai di pekarangan rumah Lathan. Di sana sosok ayahnya ada tengah cek-cok dengan bundanya.
Tanpa tendeng aling-aling Linda meninju rahang ayahnya.
Jerit Chika menggema, mengatakan tidak sopan dan apapun itu peduli setan! Linda marah, dia tidak diberi kasih sayang, setidaknya diberi kenyamanan dengan tidak usah muncul lagi tapi sekarang? Dia memaki bunda yang membesarkannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomanceLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...