Tamat

78.5K 2K 41
                                    

        Lathan duduk menghadap Darius yang terhalang kaca. Jika bisa, Lathan ingin tahu kebenaran dulu dari mulut Darius langsung. Makanya dia ada di sini.

"Gue ga terima perasaan gue di tolak," Darius terlihat lebih tenang setelah berada di penjara, emosinya terlihat lebih terkendali.

"Dan dengan teganya lo sakitin orang yang lo cintai waktu itu?" Lathan yang terlihat emosi kini.

"Gue gelap mata. Pikiran gue ga bisa berpikir normal. Gue cinta Linda, dia goda gue, kasih gue harapan. Lo tahu gimana nakalnya Linda waktu itu. Gue pikir Linda udah ga perawan, makanya gue berani lakuin."

Lathan mengepalkan tangannya. "Lo kenal Linda udah dari SMP, harusnya lo paham kenapa Linda nakal!" suaranya agak menggeram marah.

Darius menghela nafas. "Walau pun gue kenal lama nyatanya gue ga tahu apa-apa tentang Linda." balasnya malas.

Lathan diam, dia akui memang saat itu Linda terlalu tertutup yang terbuka hanya nakalnya saja yang sering keluar masuk club setelah memiliki KTP.

"Gue juga ga terima lo nembak Linda," Darius tersenyum kecut mengingat tingkah bodohnya karena cinta hingga membuatnya di tahan seperti saat ini.

"Dan lo hancurin semuanya!" Lathan menatap Darius bengis.

Darius tertawa kecut. "Linda bilang ke gue, dia akan terima lo saat itu. Jelas gue cemburu, gue ga terima. Dengan nekad gue beli obat dan ya lo tahu kelanjutannya." ujarnya santai.

"Dan tingkah lo di Jepang buat rebut Linda lagi?"

Darius menggelengkan kepalanya. "Gue cuma merasa ga bisa biarin kalian bahagia di atas penderitaan gue," senyum menyebalkan muncul.

Lathan mengetatkan rahangnya. "Lo masih cinta, Linda?" tanyanya dengan sangat marah.

"Selalu, gue pria pertama dia dan dia berkesan di hidup gue."

Mendengar itu refleks Lathan memukul meja seraya mengatur nafasnya agar tidak emosi. Lathan tersenyum mencemooh.

"Lo sama sekali bukan pria pertama bagi Linda, lo hanya kesalahan, kecelakaan. Dengan lo ngomong kayak gini lo mau bikin gue sama Linda bermasalah lagikan?" remeh Lathan.

Lathan merilekskan tangannya yang terkepal lalu berdiri. "Selamat menikmati hukuman lo, dan satu lagi." Lathan mengeluarkan sebuah surat dan mendorongnya pada Darius. "Entah ini hukuman juga atau bukan." tambahnya kemudian pergi.

Darius terdiam sejenak, menatap surat itu kemudian meraih dan membaca isinya. Tangan Darius lemas hingga surat itu terlepas dari tangannya.

Istrinya hamil?

***

"Lathan," Linda mendekat. "Dari mana? Kok ga bilang?" wajahnya di tekuk marah.

Lathan meraih wajah Linda lalu mengecup keningnya. "Kerjaan, lupa bilang. Mana Roger?" Lathan mengalihkan topik.

"Ada sama mba, dia lagi makan. Kamu udah makan?" Linda merapihkan rambut Lathan sekilas.

"Belum," Lathan mendekat, memeluk Linda dan menyandarkan pipinya di kepala Linda.

Linda balas memeluk. "Makan dulu, mau di bawain? Atau mau mandi dulu.

"Mau kamu kayaknya,"

Linda mendengus dengan diakhiri senyuman. "Siang hari kayak gini? Dasar!" sebalnya.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang