"Lathan! Stop!" Linda mencakar lengan bahkan leher Lathan sebagai luapan sakitnya.Lathan tidak berhenti, dia percaya sebentar lagi Linda akan basah dan sakitnya akan berganti nikmat.
Lathan melahap satu persatu si kembar, memijatnya gemas, menghisap puncaknya disertai gigitan yang membuat Linda menjerit sakit.
Linda berderai air mata. Dia yakin nanti tidak akan bisa jalan, bahkan mungkin akan lecet dan Lathan harus libur. Tapi masalahnya, Lathan bisa libur? Linda yakin, Lathan akan tetap tega memakainya kasar.
Ringisan dan desahan Linda Lathan bungkam dengan ciuman. Ciuman kasar yang menuntut, bahkan Linda sulit mengimbanginya.
Linda yang menjerit, menangis, meringis, memohon kini mulai berhenti perlahan. Pelumas di intinya mulai mengurangi rasa sakit.
Linda tetap tidak membalas ciuman Lathan. Dia membiarkan bibir agak beraroma rokok itu melahap bibirnya hingga basah dan bengkak.
Lathan berhenti sejenak, nafasnya memburu saat bibirnya menjauh dari bibir Linda yang sama terengah.
Linda terlihat bergetar, perutnya berkedut-kedut. Tapi tak lama Lathan kembali bergerak hingga desahan Linda pun mengudara.
Jujur saja, Lathan belum pernah mendengar desahan semerdu dan semenggairahkan Linda. Lathan mendengarnya semakin bersemangat dan menggila.
***
Linda tidur dengan posisi menyamping, dia perlahan terbangun. Suasana disekelilingnya gelap gulita. Hanya cahaya bulan menyinari lewat kaca besar yang memamerkan kerlap-kerlip kota.
Linda membalik tubuhnya, di sampingnya ada Lathan yang terlentang sama terlelap. Terlihat damai tanpa atasan dengan selimut menutupi sampai perut.
Linda bergerak pelan, namun sulit. Untuk duduk saja sakit.
"Sialan!" umpatnya, padahal dia ingin kabur dari Lathan. Bodo amat dengan uang ganti ruginya, dia akan mengadu saja walau sulit. Bundanya akan sukar percaya.
Lathan perlahan membuka mata, melirik Linda yang misuh-misuh dengan berusaha duduk itu. Lathan tersenyum miring sesaat.
Lathan pun mendudukan tubuhnya yang sama polos seperti Linda. Dengan santai dan tak berdosa Lathan meregangkan otot lehernya.
Linda melihat Lathan dengan bengis. "Gue ga tahu lo akan dendam segila ini! Sesuka itu lo sama gue?" oloknya dengan berani.
Lagi-lagi Linda tidak bisa mengontrol dirinya untuk tidak memancing Lathan.
Lathan menatap Linda datar. "Dulu ya, sekarang lo lebih nikmat di sakitin," bisiknya agak menggeram di depan bibir Linda.
Linda merapatkan bibirnya menahan kesal lalu memalingkan wajahnya kalah. Mau sekeras apapun menjelaskan, Lathan tetap akan mengutamakan dendamnya, rasa bencinya.
Linda menoleh cepat hampir memekik kaget saat Lathan menarik sebelah kakinya dari dalam selimut hingga keluar. Lathan menyingkirkan selimut lalu menatap inti Linda yang kembali dibuat bengkak yang sepertinya lecet itu.
"Obatin, besok lo ga usah ke kantor, lusa lo harus siap lagi!" perintah Lathan lalu turun dari kasur dengan percaya diri.
Linda mengepalkan tangannya. Sampai kapan ini berlangsung? Linda muak dengan segala kebencian yang Lathan lemparkan. Tapi dia juga gengsi menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomanceLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...