21. Kejujuran Dan Saling Mencintai

91.9K 2.7K 27
                                    

"Kalau Linda?" wanita itu tersenyum kecut.

Linda menatap Lathan. Kenapa dia jadi tegang di antara mereka yang bertengkar? Sebenarnya apa yang mereka bahas dan siapa wanita itu.

"Menurut lo?" Lathan tersenyum devil.

Wanita itu melipat tangannya di perut dengan angkuh lalu menatap Linda. "Lo tahu, dia jadiin gue pengganti lo. Dia itu cinta berat sama lo tapi lo malah jadi jalang yang seks sama orang lain," santainya.

Lathan mengepalkan tangannya. "Stop, Melani!" geramnya.

"Lo tuh murahan! Sekotor apapun lo tetep aja-"

"Pergi!" Lathan mendorong bahu Melani hingga mundur beberapa langkah.

"Lo tuh jalang yang bikin om lo ancur-ancuran!" teriak Melani tak henti meskipun terus di dorong Lathan hingga keluar.

Linda hanya berdiri menatap Lathan yang terus mendorong Melani, tak lama Lathan pun menutup pintu tanpa peduli dengan Melani di luar sana.

Lathan terlihat tidak akan menjelaskan apapun, ekspresinya datar tak terbaca seperti biasa lalu membawa langkahnya menuju dapur.

Linda tetap berdiri ditempatnya, menatap pergerakan Lathan di dapur lalu kembali mendekatinya, berdiri dihadapannya.

"Lo ngapain?" tanya Lathan dingin dengan masih agak emosi.

"Bener?"

"Soal?" tanya Lathan datar.

"Lo jadi nakal- maksudnya ancur-ancuran itu, karena kejadian hari itu?" tanya Linda dengan terus menyorot retina Lathan.

Lathan menyimpan gelas di tangannya ke lantai karena meja cukup jauh dia jangkau.

"Mungkin," dengan gantlenya Lathan tidak menyangkal. Entah mungkin karena lelah terus perang dengan akal dan pikirannya.

Linda menutup rapat bibirnya tanpa tahu harus berkata apalagi.

***

Lathan melirik Linda yang rebahan menyamping di atas kasur ke arahnya yang sedang duduk di sofa. Linda terlihat pucat.

Lathan kembali fokus pada pekerjaannya yang hanya tinggal sedikit lagi itu. Dia harus banyak lembur agar keinginan Linda ke Jepang terkabul.

Ketikan jemari Lathan berhenti saat ide tiba-tiba muncul. Dari pada ke Jepang, lebih baik dia mengurus pernikahannya dulu. Tak masalah walau tanpa resepsi.

Lathan kembali melirik Linda yang terlelap namun terlihat tidak pulas itu. Terlihat gelisah.

Lathan beranjak, tak lupa meraih ponsel dan mendial nomor papa angkatnya. Dia akan berterus terang dan berdiskusi dengan papanya agar tidak banyak drama seperti mamanya.

"Hallo, pa." sapa Lathan lalu duduk di samping Linda yang tidak terusik sama sekali itu, Lathan mengusap lengan Linda sekilas.

"Ada apa, Lathan. Tumben telpon papa malam-malam.."

"Kalau papa sedang dengan mama, tolong menjauh dulu, pa. Ini masalah penting, butuh diskusi serius sama, papa."

"Mama sudah tidur, papa sedang di ruang kerja. Bicaralah,"

Lathan beranjak dari duduknya, dia akan membahas di ruang tengah saja. Agar lebih serius.

"Tentang Linda, pa. Lathan ingin menikahi Linda," Lathan duduk di sofa tanpa menyalakan televisi.

"Menikah? Sudah papa duga kalau kamu tertarik pada Linda,"

Lathan tidak merespon. Dari kecil memang sudah tertarik walau keadaan sempat membalikan perasaannya menjadi benci.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang