Linda tersenyum seraya mengusap perut buncitnya yang hanya menghitung minggu akan mengempes karena sang buah hati lahir. Rasanya tidak sabar namun takut juga. Apa bisa dia melahirkan.
"Sayang, belanjaan kemarin belum dibuka? Harus segera di cuci," suara Lathan menyadarkan Linda.
"Ha? Oh itu, iya lupa." Linda turun dari kasur lalu mendekati Lathan yang tengah mengintip beberapa paper bag.
"Masih ada yang harus di beli, sibuk ga hari ini?" Linda mulai duduk lesehan kemudian membuka beberapa paperbag.
Pakaian-pakian mini milik sang anak pun mulai Linda keluarkan dari bungkusnya untuk dicuci terlebih dahulu.
"Engga," Lathan ikut duduk di samping Linda, ikut mengeluarkan semua perlengkapan untuk calon anak pertamanya.
"Sambil jalan, kata dokter harus sering di bawa jalan,"
"Harus sering dijengukin juga," tambah Lathan dengan santai.
Linda terkekeh lalu memukul lengan bisep Lathan sebagai respon, Lathan tersenyum tipis setelahnya.
***
Linda bersiap, memakai gaun hamil berwarna putih selutut. Perutnya yang bundar terlihat cantik dengan gaun itu.
Lathan memakai kaos santai, kemudian mendekati Linda untuk ikut menyisir sebentar setelahnya menatap Linda yang masih sibuk memoles tipis make up di wajahnya.
"Udah, jangan cantik-cantik."
Linda tertawa pelan. "Iri aja lo!" balasnya.
"Ck! Bukan iri, gue ga mau ya ada Darius lain," Lathan berujar ketus dengan jemari mengusap perut Linda.
Linda sontak kembali tertawa dengan begitu lepas dan cantik. "Lo ish! Apaan sih," Linda kembali fokus dengan lipstiknya sebagai polesan terakhir.
"Cepetan, sayang!"
Linda menutup lipstiknya. "Iya! Bentar," Linda berdiri. "Sepatu aja kali ya?" tanyanya pada Lathan.
"Hm, gue bantuin pasang."
Linda tersenyum. "Makasih, sayang." di kecup pipi Lathan sekilas.
***
Lathan berjongkok, memasangkan tali sepatu Linda dengan telaten. Linda yang melihat itu tidak bisa untuk tidak tersenyum, perasaannya menghangat.
"Lo sadar ga sih, banyak banget yang berubah sama kita."
"Hm,"
"Kita selalu saling mencintai, dulu waktunya aja yang ga tepat."
"Hm,"
"Lo berubah karena anak kita?" tanya Linda bertepatan dengan selesainya Lathan mengikat tali sepatu Linda.
Lathan berdiri, mengecup kening Linda sekilas. "Tanpa anak, gue tetep bisa berubah. Lo tahu sendiri segila apa gue mencintai lo," jawabnya begitu terdengar keren di telinga Linda.
Linda mengulum senyum. "Lo ga jijik? Gue korban perkosa dan gue—"
"Lo juga harusnya jijik sama gue, sebelum ketemu lo gue suka jajan." potong Lathan seraya menuntun Linda menuju mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomanceLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...