31. Gara-Gara Bercinta

76.3K 2.1K 13
                                    

     Linda terlihat fokus menggunting kuku Lathan. Tiba-tiba dia ingin mengguntingnya sendiri, membersihkannya  sendiri. Saking bosan menunggu Lathan mengerjakan tugasnya sebelum berangkat ke Jepang.

Lathan sibuk membaca berkas-berkas dengan teliti, mempercayakan kuku jarinya pada Linda.

"Abis ini kita perlu siap-siap, berangkat pagikan?" tanya Linda memecah keheningan.

"Hm," gumam Lathan dengan masih fokus pada berkas-berkas.

"Di sana jangan kerja, kita harus fokus liburan ya Lathan?"

Lathan menatap Linda sekilas. "Iya," jawabnya.

"Sip! Dan sebelah kiri udah beres, mau kaki dulu atau tangan kanan?" tanya Linda.

"Lanjut nanti,"

"Ga mau! Gue bosen, jadi sini kakinya!" Linda memaksa kaki Lathan agar berada dipangkuannya.

Lathan menghela nafas sabar dan memilih mengangkat berkasnya ke pangkuan, membiarkan kuku kakinya Linda bersihkan.

"Siang ini diperiksa, mau ikut?" tanya Linda.

"Jelas gue ikut." balas Lathan tanpa menatap lawan bicara.

Linda tersenyum samar, senang mendengarnya. Dia jadi tidak sabar ingin melihat perkembangan bayi yang ada di rahimnya.

Lathan menutup berkas lalu menyimpannya di meja dan meraih berkas terakhir. Rasanya Lathan ingin segera selesai.

***

Lathan merangkul Linda. "Semua udah di bawa?" tanyanya memastikan.

Linda merogoh tasnya, memeriksa barang-barang di dalamnya. "Udah semua, kita langsung ke dokter?" tanyanya.

Lathan mengangguk seraya terus merangkul Linda untuk meninggalkan ruangannya. Saat di luar Linda tersenyum menyapa pengawal dan sekertaris Lathan.

Linda yang urakan dan tidak sopan jelas di tegur Lathan, dengan perlahan Linda mulai bisa mengubah itu.

Keduanya pun berbincang ringan di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit. Linda maupun Lathan terlihat damai, tidak ada perdebatan seperti biasanya atau mungkin memang belum?

"Gue maunya cowok, biar nanti jaga adik-adiknya."

Lathan tersenyum samar. "Jadi, lo mau anak kedua dan ketiga dari gue?" tanyanya mulai usil.

Linda berdecak. "Harus bahas itu?" sebalnya.

"Jadi lo mau?" Lathan semakin menggoda Linda.

"Bete!" dumel Linda antara malu dan gengsi. Lagian kenapa juga dia membahas ke arah sana.

"Gue mau anak banyak," Lathan mulai kembali serius.

"Ya lo aja yang hamil!" sewot Linda.

***

Linda menatap hasil usg di tangannya dengan haru. Dulu bulatan itu masih sebesar kacang dan sekarang sudah berbentuk.

"Dia cewek atau cowok ya?" Linda kian penasaran, perasaannya menghangat. Sebentar lagi dia akan jadi ibu.

Lathan meraih foto usg itu lalu mengamatinya dengan senyum samar. Dia juga senang saat untuk pertama kalinya mendengar detak jantungnya.

Lathan kembali menyesal karena dulu sempat menolak kehadirannya.

"Detak jantungnya bikin gue terharu," Lagi Linda terisak haru mengingatnya. Dia merasa semua mimpi.

"Dia sehat," Lathan menatap Linda. "Lo juga. Terus sehat, jangan bandel!" tegasnya.

Linda mendengus lalu mengangguk. "Gue sama dede bayi sehat karena lo yang bawel, makasih." Linda mendekat, memeluk Lathan.

Lathan balas memeluk.

Keduanya saling memeluk beberapa saat lalu melepaskan diri, saling menatap dan perlahan wajah keduanya saling mendekat maju untuk menyatukan bibir.

Suara decapan mulai mengisi ruangan. Hingga perlahan berubah menjadi suara penyatuan yang memanaskan malam yang dingin.

***

Lathan memangku kepalanya dengan satu tangan begitu santai, jemari satunya mengusap garis wajah Linda yang menyamping ke arahnya.

"Gue kenceng tadi, ada masalah?" tanya Lathan.

Linda bergerak mendekat, memeluk tubuh Lathan yang masih sama polos itu dengan nyaman.

"Engga. Masalahnya selalu enak, ga bosen gue." goda Linda.

Lathan mengusap punggung lalu kepala belakang Linda. "Jangan mulai, kita harus istirahat. Jangan sampe besok telat," bisiknya.

"Siapa suruh tanya, jadi jawabnya jujur." balas Linda tidak mau kalah.

"Ada posisi yang ga nyaman?" tanya Lathan, kali ini mengendus wangi rambut Linda.

"Em.. Semua enak,"

Lathan pun mengecup rambut Linda gemas. "Bagus kalau gitu," balasnya.

"Kalau lo, posisi kesukaan lo apa?" Linda mendongak, di sambut kecupan kilat dari Lathan.

"Lo di atas gue, lo yang nakal," Lathan mencubit pelan hidung Linda lalu bergerak memeluk Linda erat.

Linda tidak menolak, posisinya nyaman walau bawah sana mengganjal.

"Lo mau lagi? Keras mulu," kekeh Linda.

"Lama lagi kalau mulai lagi, lo urut aja." bisik Lathan. "Kalau ngantuk biarin aja," tambahnya.

Linda pun menggeliat dari pelukan Lathan, bergerak terus ke bawah hingga hilang di telan selimut tebal.

Dan suara desahan halus dari bibir Lathan pun muncul saat merasakan bawahnya mulai dikocok, dihisap dan dijilat oleh sesuatu yang hangat dan lembab.

"Ahh.. Good girl.." desah Lathan lirih.

Hingga malam pun berganti menjadi pagi. Linda dan Lathan terlihat sibuk karena hampir kesiangan.

"Soal pakaian seadanya aja, kita beli di sana." kata Lathan seraya meraih tab dan ponsel. Untuk laptop tidak karena di sana Lathan sudah janji tidak akan kerja di sana.

"Semua gara-gara bercinta, jadi ga bener gini bawa barang. Nyesel ga dari kemarin beresin." celoteh Linda dengan bete.

Lathan mengusap sekilas kepala Linda. "Kita bisa beli, sayang." lalu meraih jaket untuk Linda. Itu yang penting karena di sana dingin sedang bersalju.


Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang