Cerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran.
Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...
Dave tiba-tiba ingin makan camilan, namun alerie dan allard tidak dia temukan dimana pun. Setelah berlatih pedang lagi tadi pagi, badannya terasa sedikit sakit. Ah mungkin karna dia tidak penasan dulu, lagi pula dave belajar sendiri. Jadii dia bingung harus mulai bagaimana.
Hufftt... Dave menarik nafas dalam. "Apakah mereka di perpustakaan? Hm... apa aku boleh masukk?" Gumam dave.
Dave melangkahkan kaki pelan di belakang rak buku. Tubuhnya yang masih kecil membuat nya tak akan terlihat. "Peri, al..." belum sempat dia memanggil allard terdengar kekehan alerie. Terdengar dia sedang sangat girang.
Ahh iyaa ares ku sayang... kenapa aku melupakannya
Ucapan alerie yang penuh semangat itu pun membuat Dave muram. "Ares? Sayang? Apa peri punya pria lain." Gumam dave sedih. Peri kan selalu memanggilnya pria kecil, kenapa peri malah mengatakan sayang pada pria lain?
"Ini menyebalkan." Ketus Dave yang berbalik badan. Ingin makan camilannya tanpa Allard dan Alerie. Dan, tentu saja tempat yang dia tuju adalah rumah kaca. Nyaman dan mana tau bisa menyegarkan pikiran, yaa... setidaknya membuatnya lupa sesaat tentang alerie. Anak kecil memang pencemburu hm.
Lama Dave duduk di rumah kaca. Kue coklat yang sangat disukai nya tak dia sentuh sedikitpun. Entahlah, dia tak berselera makan, sendirian. Kue ini tak terlalu nikmat saat dinikmati sendiri, bahkan sangat tidak nikmat.
"Apakah peri pergi ke tempat pria itu? Siapa namanya tadi. Ares? Nama yang jelek." Ketus Dave. Lagi-lagi dia sangat kesal karna nama pria itu terus membayang-bayangi pikirannya.
Hari sudah mulai terik. Langit juga sudah sangat cerah tanpa awan. Tapi alerie belum juga pulang dan mencari Dave. Apakah pria menyebalkan bernama Ares itu menahan alerie? "Arggh... ini sangat menyebalkan." Dave menggaruk kepalanya. Perilakunya seperti pria dewasa yang ditinggal kekasihnya hm? Dasar.
Dave akhirnya memutuskan untuk berkeliling di istana berkedok 'kuil' ini. Awalnya Dave sangat kaget sekaligus kagum. Bagaimana tempat yang kecil dari luar, malah memiliki banyak ruang didalam nya. Namun, setelah mendengar pembicaraan Alerie dan Allard beberapa kali, Dave mulai menerima dan mengerti bahwa Alerie adalah dewi dan Allard adalah assisten atau tangan kanannya Dewi Alerie. Ya, Dave percaya-percaya saja. Lagi pula dia masih kecil, mempercayai hal-hal mistis seperti ini tidaklah sulit baginya.
Saat berjalan-jalan di lorong panjang itu, Dave sampai pada ruang kerja Alerie. Awalnya dia ragu. Tapi kakinya bergerak sendiri, "Permisi peri, kuharap kau tak marah aku masuk kesini."
Mata dave berbinar. "Wahhh lihat ruang cantik ini. Apakah peri menyukai biru. Semua hal disini berwarna biru. Seperti matanya, menggemaskan." Ucap Dave menggebu-gebu sambil terus berjalan pelan sekaligus menatap pelan dinding dan meja juga buku yang tertata rapi.
Tiba-tiba matanya menatap pada gulungan kertas tua. "Apa ini, seperti nya lebih tua dari ku." Ucap Dave lalu mengambil kertas itu dan mencoba membukanya.
"Tulisan aneh apa ini." Ucap Dave lalu kembali meneliti kertas ditangannya. "Tunggu dulu, aku tiba- tiba bisa membacanya."
Dave Diven Akan Menjadi
"Sedang apa anda disini." Tanya Allard sebelum sempat Dave melanjutkan bacaannnya.
Dave segera menyembunyikan kertas itu dibalik badannya. Tentu saja, Allard melihatnya. "Baiklah anak baik, berikan kertas itu pada saya. Lalu makanlah camilan ini di ruang kaca favorit anda." Ucap Allard sambil memberikan sepiring kue coklat. Lagi.
Dave kecil pun langsung menjatuhkan kertasnya dan mengambil kue itu. "Baiklah al, terimakasih atas kuenya." Lalu Dave berjalan keluar ruangan dengan wajah sumringah.
Sampai tiba-tiba Dave hampir terjatuh. "Ah, sedang apa aku disini. Seharusnya aku membaca keseluruhan kertas itu dulu." Hela dave yang sadar telah terkecoh oleh sepiring kue. "Apakah Dave Diven itu aku? Tpi aku tak punya nama belakang seperti itu." Dave semakin bingung. Mungkin itu orang lain, ya Dave tak terlalu penasaran soal kelanjutannya. Dia hanya penasaran. Apakah Dave Diven itu adalah Dia? Apakah sebenarnya dia punya orang tua? Hmm entahlah, begini juga bagus. Dia punya Alerie dan Allard sebagai keluarganya.
Dave melanjutkan langkahnya dan melihat alerie sedang menuju ke kamar Dave. Tapi, entah apa yang dipikirkan Dave, dia malah berlari bersembunyi dari Alerie dan berlari keruang kaca. Marah? Tentu saja tidak. Dave hanya memberi pelajaran kepada Alerie yang berani-beraninya berkata menyayangi pria lain di belakangnya.
Tak berselang lama dave duduk. Suara langkah yang berlari kian mendekat. "Dave..... ah ku kira kau kemana. Aku mencari mu kemana-mana." Rengek Alerie sambil memeluk pria kecilnya dan duduk di kursi yang berhadapan dengan dave.
Dave tampak muram. "Apakah kau sakit? Kue nya tidak sesuai seleramu? Apakah kau mau kue lain? Kenapa pria kecil ku muram?" Ucap alerie sambil memegang dahi Dave dan mencubit pipi nya.
"Ck.. kau menyebalkan peri." Ketus Dave. Alerie hanya menatap bingung. "Aku akan tumbuh besar dengan cepat dan jadi lebih tampan dari siapapun, jadi bisakah kau menunggu sampai saat itu? Aku akan menikahi mu." Ucap dave sungguh-sungguh.
Alerie menahan tawanya. "Baiklah Dave, makanlah camilan kesukaan mu ini lalu tumbuhlah dengan baik. Aku akan menunggu mu sampai saat itu." Ucap alerie dalam satu tarikan nafas. Padahal dia tau, takdir antara dia dan dave. Tapi, dia kan bisa mengubahnya suatu saat. Bukankah begitu?
Dave mengangguk semangat lalu menghabiskan kuenya. Sesekali melihat kearah alerie yang menyeruput teh nya.
"Siapa Ares, apakah dia kekasihmu? Aku tidak menyukai namanya." Ketus Dave di sela-sela kunyahannya.
Alerie tersenyum iseng. "Ah iya, ares sayang ku. Dia pria tampan yang menggairahkan." Alerie sengaja menjahili nya, wajah marah Dave ternyata lebih lucu dibandingkan wajah senangnya. Mungkin menjahili Dave akan menjadi hobi baru nya. "Hahaha, ayolah..." alerie memegangi perutnya karna terus tertawa melihat Dave yang mencibir bibirnya. Menggemaskan.
"Kalau aku bertemu dengannya. Aku akan mengancam nya dan menyuruhnya menjauhimu." Ucap Dave sambil menuruni kursi yang lumayan tinggi dan langsung berlari ke arahnya.
Alerie berdiri dan hendak mengejar nya. Namun....
"JANGAN IKUTI AKUUUUU"
Dave bergegas menuju kamarnya tanpa menoleh lagi.
Sedangkan Alerie? Dia masih tertawa mengingat ekspresi Dave yang sedang marah itu. Menarik.
Alerie mengusap matanya yang berair karna tertawa. "Ya, sepertinya aku juga hrus mempersiapkan tempat latihan untuk Dave. Aku tidak sabar mengganggu nya lagi besok. Hahaha."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alerie juga bergegas ke ruang kerjanya. Ah.. pekerjaan yang menumpuk. Tentu saja bukan masalah besar. Alerie ahli dalam bagian ini. Tentu saja karna dia Dewi yang memang bertugas mengurusi Alam.
Tbc.
. . . .
Lop u sekebon buat yang uda baca. Kiw kiw, semoga kalian suka...