Duke Reston Crisiant memiliki putri yang sangat cantik, walaupun baru berumur 9 tahun dia sangat berbudi luhur dan digadang-gadang akan menjadi putri mahkota di masa mendatang. Alesya Crisiant, dia disebut magnolia putih dari Agily.
Tidak seperti anak bungsu duke crisiant, Arabella Crisiant. Umurnya baru 3 tahun, tapi dia tidak memiliki pengasuh dan dayang pribadi bahkan pengawal untuk menjaganya.
"Ayah, apa ayah akan pergi ke istana hari ini? Boleh aku ikut?" Pinta Alesya sambil memotong daging di piringnya.
Reston mengangguk tanpa berpikir. "Tentu saja ayah akan membawa putri ayah yang cantik." Ucap nya lagi sambil mengelus kepala putrinya.
"Ayah, apa abela boyeh ikut makan. Abela belum makan apapun dali kemalin. Cangat lapar."
Reston menatap tajam kearah suara itu. "Syalan, siapa yang kau panggil ayah." Bentak nya sambil menghentak meja.
"Hik, maaf kan abela tuan duke. Tapi pala kakak pelayan tidak membelikan abela makanan. Abela cangat lapal." Arabella kecil menunduk dengan mata berkaca-kaca. Baju lusuh, tanpa alas kaki.
"Dimana pengawal, bawa makhluk itu dari hadapanku." Teriak Reston. "Aku tidak peduli kau makan atau tidak. Aku benar-benar tidak mau tau apapun tentang mu. Jadi jangan pernah muncul di hadapanku, itu membuat selera makan ku hilang."
Arabella menahan air matanya agar tidak menangis dan membuat duke crisiant semakin kesal.
Para pengawal mengantar arabella ke kediaman barat lagi. Tempat yang dingin, bahkan hanya ada beberapa pekerja. Arabella saat bayi diurus oleh beberapa pelayan, tapi sejak dia bisa berjalan. Duke memerintahkan agar tidak mengurusnya lagi.
Arabella sering bermimpi melihat masa depan. Tidak, awalnya dia hanya berpikir itu adalah mimpi-mimpi biasa. Namun, dari hari kehari. Mimpi-mimpi itu menjadi nyata.
Seperti perkataan duke di meja makan tadi, dia sudah memimpikannya dari beberapa hari yang lalu.
"Padahal abela hanya ingin cedikit makanan." Ujar arabella kecil sambil duduk di sudut kamarnya sambil memeluk lututnya. Kamar yang kecil, berdebu, suram, dan penuh dengan jaring laba-laba, Arabella bahkan tidak mendapatkan selimut untuk musim dingin. Saat musim dingin suhu kamar sangat turun, tubuh kecil arabella tak cukup kuat menahannya dan biasanya akan berujung sakit.
Arabella Larut dalam tangis nya sampai tertidur.
.
.Abela... abela...
Berhenti membangunkannya, dia pasti sangat lelah
Kau yang diam jangan berteriak seperti itu
Ayolah kalian semua, berhenti bersikap kekanak-kanakan
Arabella mendengar suara yang bersahut-sahut di telinganya. Entah kenapa, bukannya membuatnya terbangun malah membuatnya semakin mengantuk. Suara yang nyaman.
Nyaman, sampai seorang pelayan mendobrak paksa pintu kamar.
"Pemalas, bangun." Ucap birta, pelayan di kediaman barat. Dia sesekali menendang tubuh arabella yang kecil agar terbangun. Arabella tak memiliki kasur, jadi dia tertidur di lantai dengan selehai kain.
"Ma-maaf, abela cangat mengantuk hingga teltidul." Ujar nya ketakutan. Birta sangat sering memukul nya karna hal kecil.
"Aku sangat tidak suka ditugaskan bekerja disini. Aku muak melihat wajah anak syalan seperti mu." Birta mengangkat tangannya ingin menampak Arabella.
PLAKK!?
Arabella menutup matanya. "Kenapa tidak cakit." Dia membuka matanya, yang dia lihat adalah Birta yang sedang tergantung terbalik oleh sulur tanaman.
"Wah.. cangat becar." Ujarnya kagum.
Birta ketakutan sampai gemetar. Wajahnya memucat ketika sulur itu menurunkan Birta dan ujung sulurnya memukul wajahnya dengan kencang. PLAK!!
Birta lari keluar kamar dengan sempoyongan.
Wah, lihat manusia itu. Dia menyedihkan.
Arabella memiringkan wajahnya. "Mahluk kecil yang lucu."
Wah pemanggil kecil sudah melihat kita.
Arabella tersenyum manis. "Kalian kecil dan lucu." Ujarnya lalu mencoba meraih 1 dari 4 makhluk kecil itu.
"Aku Drippy, spirit air." Ucapnya sambil mendusel di pipi arabella.
"Aku spirit tanah, mud." Ucapnya lalu duduk diatas kepala Arabella.
"Blaze. Aku yang paling kuat, spirit api." Sambil berdiri di pangkuan Arabella.
"Kalian smua keterlaluan. Pemanggil kecil kita belum terbiasa. Bagaimana jika dia ketakutan." Ucap spirit udara sambil menggelengkan kepalanya.
"Abela cuka, belmain belcama spilit. Spilit cangat lucu dan baik." Ujar Arabella sambil tersenyum lebar.
"Bahkan pelafalannya yang tidak lancar membuatnya tampak lebih menggemaskan. Aku Aerial, spirit udara."
Lalu para spirit dan Arabella bercerita cukup banyak. Dari cerita para spirit, mereka menghampiri Arabella karena aroma dari arabella lah yang membangunkan mereka. Tadinya mereka sudah tertidur ratusan tahun, mereka juga tak ingat kenapa mereka tertidur.
KRUYUUKK
Arabella mengelus perutnya. "Abela lapal. Kakak pelayan tidak cuka jika abela meminta makan."
"Para manusia kejam itu memang seharusnya dijadikan BBQ saja." Geram Blaze sambil mengepalkan tangannya.
Arabella terkekeh. "Blaze tidak boyeh ceperti itu. Itu jahad, blaze kan anak baik." Ujar Arabella sambil mengelus blaze yang tampak marah.
Mud menjentikkan jarinya. Ranting pohon yang entah berasal dari mana masuk lewat jendela kmar Arabella seperti saat Birta ingin menamparnya tadi.
"Pikirkan buah apa yang ingin kau maka, abela. Tutup matamu, lalu buka dalam hitungan ketiga." Ucap mud.
1..2..3..
"Wah, apel. Ceperti yang abela pikirkan. Apel yang cangat cantik dan besar." Arabella segera memetik beberapa apel itu dan memakannya.
"Astaga, abela kita memang yang paling lucu sedunia." Ujar aerial sambil menopak dagunya.
"Kalian tidak makan?" Tanya arabella sambil menyodorkan apelnya.
Serentak keempatnya menggeleng. "Berada di sekitar abela saja sudah membuat energi kami penuh." Ujar drippy lalu mengisi air gelas yang di tarik blaze dengan sekuat tenaga karena gelas itu 4 kali lebih besar dari tubuhnya.
"Minumlah abela."
Abela mengangguk dan meneguk air itu. "Cegar cekali, minumannya ceperti cucu." Dia pun meneguk semua air itu.
"Timakacih pala spilit."
.
.
."Nona, kenapa anda terlihat kesal." Tanya annie, pengasuh alesya. Dia terus menyisir rambut alesya.
Alesya mendengus kesal. "Anak pembawa sial itu muncul saat aku dan ayah sedang sarapan. Membuat ku kesal saja."
"Anak itu memang seharusnya diberi pelajaran, nona." Hasut annie pada alesya.
Alesya tak menjawab. Dia memikirkan sesuatu, kira-kira bagaimana harus menghukum adik kecilnya kali ini. Biasanya dia menghukumnya dengan mencambuk atau mengikat nya di pohon seharian. Tapi, dia bosan dengan yang seperti itu. Dia butuh sesuatu yang lebih ekstrem.
"Annie, panggil adik kecil ku yang manis kemari. Ah jangan, ajak dia ke rumah kaca. Aku ingin tea time dengannya." Ucap alesya sambil tersenyum licik.
"Baik nona. Saya akan memberi tahu pelayan untuk menyiapkan makanan penutup yang amda sukai." Ucap annie lalu berlalu pergi.
Sejujurnya, Alesya sangat menantikan kelahiran adiknya dulu. Tapi, saat melahirkan anak itu, ibunya meninggal karena kehabisan darah. Seharusnya, ibunya bisa selamat jika mengorbankan anak itu. Tapi, ibunya malah rela menukar nyawa demi anak syalan itu. Itulah kenapa Alesya sangat membenci adiknya. Seandainya saja, arabella tidak ada. Dia pasti masih memiliki ibu sekarang.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Ficción históricaCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...