- chap 44 -

34 4 0
                                    

Dave terbangun dari tidurnya. Namun, saat melihat sekeliling dia sadar, bahwa dia belum bangun. Ini pasti mimpi lainnya.

Tapi, kali ini yang dia lihat bukan Testeon, tapi kekasihnya, Alerie. Dave terbelalak, dia mengira Testeon dan Alerie adalah kekasih, tapi apa dia keliru? Yang dia lihat sekarang adalah Alerie yang sedang bercinta dengan Andrew, temannya Testeon yang waktu itu.

"Bagaimana jika Testeon tau?" Ucap Alerie sambil mengalungkan tangannya pada leher Andrew. Dave merasa dejavu.

Andrew memeluk pinggang ramping Alerie. "Biarkan saja, memangnya kita harus peduli?" Ucap nya setengah tertawa.

KRIET!? Pintu terbuka. Alerie, Andrew, dan bahkan Dave yang tidak mereka sadari kehadirannya ikut menoleh kearah pintu.

"Sial. Apa yang akan pria itu lakukan sekarang?" Gumam Dave. "Kalau aku di posisi Testeon, aku akan membunuh pria itu."

Testeon berjalan ke arah Alerie yang terlihat berantakan. "Sayang, apa kau baik-baik saja. Kenapa kau melakukan ini?" Ucap Testeon dengan nada khawatir dan kecewa yang tak bisa di sembunyikannya.

Dave menyerngitkan dahinya. "Hah? Apa itu? Pukul pria yang tidur dengan kekasih mu, bodoh."

Alerie terlihat kikuk. "A-aku..."

Andrew tersenyum senang. Rasa bangga dan ekspresi wajah penuh kemenangan terpancar dari nya.

"Testeon, aku... Uhuk." Alerie muntah darah. Baju putihnya dipenuhi bercak darah. Tubuhnya gemetar.

"Syalan, kenapa kau melakukan semua ini, Andrew. Aku bahkan sudah menerima mu sebagai temanku, bahkan aku memberikan setengah kekuatanku pada mu untuk menyucikan energi iblis mu. Tapi apa yang kau lakukan sekarang?"

Alerie terperanjat. "Energi iblis? Andrew, siapa kau sebenarnya."

Testeon menyeka darah di wajah Alerie penuh kasih. "Sayang, dia itu klan iblis. Apa kau tidak mengetahuinya? Kenapa kau bercinta dengannya? Tidakkah kau tau dewi tidak boleh berhubungan dengan iblis, itu membuat mu kehilangan kekuatan dewi mu." Testeon tak mampu menahan air matanya. Kehilangan kekuatan dewi nya berarti akan membuat Alerie kehilangan hidupnya juga.

Alerie bangkit seraya mencengkram kerah baju Andrew. "Kau, iblis. Bisa-bisa nya kau memperdayai ku."

Namun, Alerie terlalu lemah. Dia menangis tersedu-sedu. "Testeon, maafkan aku. Aku..."

Testeon memeluk Alerie dan membawanya keluar dari kamar yang sepertinya milik Andrew.

Dave tetap berada di sana, dia melihat Andrew yang tertawa dengan girang. "Ah, ternyata kau disini, Testeon."

Dave kaget. "A-apa maksudmu. Aku bukan Testeon, Aku Dave." Jawabnya trbata-bata, kenapa Andrew bisa melihatnya?

"Tidak, kau benar Testeon. Tak peduli, dimanapun kau berada. Aku tak akan melepaskan mu, kau tahu? Dendam diantara kita tak berakhir disini." Ucap Andrew dengan suara beratnya.

BUGH!! Satu pukulan keras mendarat di rahang Dave. Sepertinya dia akan pingsan lagi, padahal ini hanya mimpi. Tapi, itu sangat menyakitkan.

Dave membuka matanya, memegang rahangnya yang sepertinya patah. Tapi, itu baik-baik saja. Ya, syukurlah.

"Aku berpindah tempat? Menarik." Gumam Dave sambil menatap Testeon yang menggenggam tangan Alerie yang terkulai lemas.

"Maafkan aku, sepertinya ini memang hukuman agar aku bisa membayar dosa ku." Ucap Alerie dengan suara parau.

Testeon menggeleng. "Tidak, apa aku pernah mengatakan akan memaafkanmu? Bertahan hiduplah, maka aku akan memaafkan mu."

Testeon membuka sebuah buku yang sepertinya setebal 7 cm. "Kau harus bertahan. Kumohon." Ujar Testeon penuh harap sambil menatap Alerie yang mulai kehilangan kesadarannya.

Testeon mengiris nadinya. Bersamaan dengan darah yang mengalir deras dari tangannya, Testeon terus merapal mantra nya. Bersamaan dengan itu, buku itu bersinar dan beberapa elf kecil menari diatasnya.

Dari sana, terdengar suara nyanyian para elf.

~Testeon memeluk nyawa seseorang, lepaskan milikmu untuk nya. Maka kembali dan pergilah yang berharap~

Nyanyian itu terus dinyanyikan para elf kecil.

BRAK!? Pintu kamar itu terbuka. Seorang Pria dan Wanita masuk dengan tergopoh-gopoh.

"Hentikan, Testeon. Apa yang kau lakukan. Kau ingin memindahkan kekuatanmu padanya? Kau ingin mati demi dia yang mengkhianatimu?" Pekik wanita itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Testeon.

"Biarkan aku, keluarlah Anderson, Eileithia. Jika kalian hanya mengganggu, pergi. Jangan hiraukan aku." Bentak Testeon pada dua orang itu.

"Hentikan ritual ini, Testeon. Ku mohon." Pinta Anderson sungguh-sungguh.

TESTEON. APA KAU LEBIH MENCINTAI WANITA ITU DARIPADA DIRIMU SENDIRI?

Terdengar suara menggema yang entah berasal dari mana.

"MainGod. Maafkan aku, aku harus melakukan ini. Aku tahu ritual ini membuatku bahkan tak bisa terlahir lagi. Tapi, ini satu-satu nya cara membuat nya tetap hidup." Ucap Testeon dengan nada frustasi.

Alerie menggenggam tangan Testeon. "Kau tak perlu melakukan hal sejauh itu, biarkan aku pergi."

TESTEON, LAKUKAN RITUAL ITU. KAU AKAN TETAP BISA TERLAHIR KEMBALI, TAPI SEBAGAI MANUSIA. KAU AKAN TERLUPAKAN SEBAGAI TESTEON, TAK AKAN ADA YANG AKAN MENGINGATMU. BAGAIMANA? APA KAU TETAP INGIN MELANJUTKANNYA? ITU TERGANTUNG PADAMU.

Testeon mengangguk. "Terimakasih."

Alerie menitikkan air mata. "Tapi, aku tak mau melupakanmu, bagaimana dengan ku?"

Testeon mengelus rambut Alerie. "Kau akan baik-baik saja karena akan melupakan semuanya, jadi kau tak akan mengingat kenangan ini."

Anderson dan Eileithia saling menatap. "Semoga kau bahagia di kehidupan selanjutnya."

Testeon melanjutkan ritual itu.

~Testeon memeluk nyawa seseorang, lepaskan milikmu untuk nya. Maka kembali dan pergilah yang berharap~

Setelah lagu terakhir dinyanyikan itu. Waktu seperti berhenti, Testeon menatap ke arah Dave yang seharusnya tak bisa dia lihat.

"Kita memiliki jiwa yang sama. Namun, jangan pedulikan itu. Hiduplah seperti yang kau mau, jangan bergantung pada masa lalu." Ujar Testeon lalu pandangan sekitar Dave menjadi Buram.

.

Dave... dave...

Dave terbangun dengan perasaan aneh. Dia juga dikelilingi teman-temannya.

"Apa yang terjadi, Dave?" Tanya Seraphim.

Louis tak kalah khawatir. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa tak sadar selama dua hari?"

Dua hari? Ah, kepalanya terasa sangat sakit. Setelah diingat-ingat, sebelum tertidur dia melakukan itu dengan Arabella.

"Ah, dimana Abela?" Tanya Dave sambil memegangi kepalanya.

Semuanya saling menatap. "Dua hari lalu kami menemukanmu tak sadarkan diri di kamar. Sedangkan Arabella tak tahu dimana."

Dave merasa bersalah, apa Arabella kecewa padanya? Apa dia kabur karena hal itu? Dave mengutuk dirinya yang melakukan itu pada Arabella yang bahkan belum melakukan debutante nya.

"Aku akan mencarinya." Ujar Dave lalu berdiri dengan sempoyongan.

"Kami akan ikut. Kami telah mencarinya disekitar pantai dan hutan tapi, kami tak menemukannya." Ucap Alesya.

"Aku akan kerumah tuan Allard." Ucap Dave dengan yakin.

"Kenapa ke rumah itu? Apa kau pikir Arabella yang bahkan ketakutan saat memasuki gerbang rumah itu akan kabur kesana?" Tanya Seraphim dengan sedikit kesal.

Alex menepuk jidatnya. "Sial, apa mungkin pria itu yang menculik Arabella?"

Louis menggeleng. "Tidak, tuan Allard tidak mungkin seperti itu."

Dave kembali duduk. "Aku akan menceritakan semuanya. Jadi, kalian bisa memutuskan sendiri mau percaya atau tidak."

Tbc.

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang