- chap 21 -

48 5 0
                                    

"Racunnya tak mematikan. Itu hanya pelumpuh tingkat rendah. Itulah kenapa hanya tangan anda yang sedikit kebas. Dalam waktu satu jam, semua akan kembali seperti semula." Jelas dokter istana, paelon. Setelah memberi salam, dia pun keluar dari kamar raja.

Dave berdiri di samping ranjang Stephan. Tubuhnya bergetar, pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan, seperti apa kira-kira yang akan raja dan ratu katakan. Atau apakah mereka akan membuang nya lagi, dan sebagainya.

Stephan dan Selene saling menatap. "Kau hebat, nak. Kau berani dan kuat, maju dan menyerang para musuh demi melindungi ibu dan ayah." Ucap Stephan sambil mencoba duduk.

Selene menarik anaknya yang terlihat gemetar kedalam pelukannya. "Iya benar, kau anak ibu yang hebat. Kami sangat bangga kepadamu."

Stephan menghela nafas. "Tapi, maukah Dave menceritakan semuanya kepada ayah dan ibu?"

Dave mengangguk. "Sebenarnya..." Dave menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya. Bagaimana dia bisa berada di rumah tuan Allard, lalu menemukan ruang rahasia di tempat latihan, naga, dan akhirnya mendapatkan pelatihan pedang dari teman tuan Allard yang sangat kuat, juga mendapatkan berbagai pelajaran dari tuan Allard.

Selene mengusap kepala Dave dengan lembut. "Ah begitu, ternyata putra kecil kami tumbuh lebih baik dari dugaan kami. Kami sa~ngat bersyukur memiliki putra tangguh yang tak putuh harapan walau berada dititik terendah."

Stephan mengangguk setuju. "Nak, mungkin ini terlalu terburu-buru. Tapi apa kau keberatan mengikuti kelas untuk mendapatkan pendidikan?" Tanya stephan. "Tentu saja ini tidak wajib dilakukan sekarang. Kau bisa menunda sampai tahun depan jika kau mau."

Dave menggeleng. "Saya akan mengikuti kelas agar bisa menjadi raja yang membanggakan suatu hari." Ucap Dave sambil menepuk dadanya.

Raja dan Ratu tertawa bahagia, disusul tawa Dave karna gelitikan dari ibunya.

.
.

Dave dalam perjalanan ke istana mawar. Seorang dayang dengan rambut coklat berkata bahwa raja memanggil nya.

"Kira-kira kenapa ayah memanggil ku Margaret?" Tanya Louis tanpa menghentikan langkah kakinya.

Margaret menggeleng. "Maaf pangeran, saya tidak berani menebak isi hati yang mulia Raja." Jawab margaret seadanya. Salah-salah bicara bisa memisahkan kepala dan tubuhnya, apalagi dinding istana ini memiliki telinga.

Dave menghela nafas berat. "Bagaimana jika guru melapor bahwa aku sulit di ajari atau sebagainya, ayah pasti sangat kecewa."

Margaret menggeleng cepat. "Yang mulia kan orang yang genius, tidak mungkin ada keluhan seperti itu tentang anda." Hiburnya. "Sebaiknya anda segera masuk, yang mulia."

Yang mulia putra mahkota memasuki ruangan.

Terdapat ratu, raja, vincent, dan beberapa orang asing yang Dave tak pernah lihat. Mungkin tamu, atau hmm entahlah.

"Salam kepada matahari dan bulan Agily." Ucap dave memberi salam.

"Salam saya kepada matahari kecil Agily." Ucap seorang pria yang berpakaian paling bagus di antara tamu yang lain.

"Kemarilah, nak. Teman mu, pangeran dari Agily mengirimi mu surat." Ucap ratu sambil mengarahkan Dave duduk di sebelahnya.

"Ini suratnya, yang mulia. Pangeran kami berpesan bahwa anda harus membaca surat ini sesegera mungkin dan menjawabnya secara langsung." Ucap pria itu. "ah, maaf kan kelancangan saya karena lupa memperkenalkan diri. Saya efron desto, anda bisa memanggil saya efron."

"Tapi, bagaimana caraku menjawab langsung?" Tanya Dave bingung.

"Sebentar lagi akan diadakan pesta untuk merayakan ulang tahun ratu issabele. Jadi kita diundang sebagai tamu kerajaan, dan kau bisa sekalian bertemu temanmu, nak." Jelas raja Stephan.

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang