Cerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran.
Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...
Teriakan penduduk sekitar yang biasa di dengarnya. Anak kecil berusia 5 tahun itu bahkan tak mengerti apa yang salah dengannya, orang-orang terus memarahi nya karna hal yang tidak pernah dia lakukan. Para ibu terus melarang anak mereka bermain atau sekedar berdekatan dengan dave sambil terus menyumpah serapahi anak malang itu. Soal makan, dave hanya memunguti makanan atau memakan apa yang disediakan alam untuknya, buah dihutan misalnya. Hidup yang berat untuk anak sekecil dave hm?
"Tuan, bolehkah saya berkerja disini. Saya kuat dan tidak akan menyusahkan anda." Pinta dave pada pria tua pemilik toko pemasok gandum dengan mata yang penuh harap. Binar mata nya yang berkilau terkena sinar matahari membuatnya tampak manis. "Anda bisa menggaji saya hanya dengan sedikit makanan, saya tidak butuh yang lainnya lagi." Ucap nya pelan tanpa berani melihat ke arah pria tua yang tinggi dan besar itu.
Fern memalingkan wajahnya tak mau menatap terlalu lama bocah malang yang diam-diam sering diperhatikannya saat berlalulalang di depan toko atau rumahnya. Bahkan, saat penduduk memukuli dave beramai-ramai fern sangat ingin menolongnya. Namun, mengingat kondisinya yang tak terlalu baik, bisa membuat penduduk balik menghakimi dan berhenti membeli gandum padanya. Maklum, pemikiran penduduk masih sangat awam dan tak berpikiran luas. Hanya mengikuti perilaku mayoritas tanpa tau sebab dan akibatnya.
Melihat tidak ada tanggapan, dave berniat pergi. "Terimakasih atas waktunya, tuan." Dave berlalu pergi tanpa melihat kebelakang lagi. Baru beberapa langkah dave mendengar teriakan.
"Bekerjalah dengan rajin, jangan mengangkat karung yang terlalu berat. Aku tidak mau kau menyusahkan ku karna membuatmu terluka atau sebagainya." Fern berlalu masuk kedalam tokonya.
Ekspresi dave berubah seketika. Ini adalah awal yang baik untuknya, mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Dia akan bekerja dengan giat dan menabung banyak koin emas lalu membayar semua kue coklat lucu yang peri berikan padanya.
"Tuan, apakah karung-karung ini yang harus saya angkat kedalam kereta itu?" Fern mengangguk. Dia menggigit pipi dalamnya menahan senyum melihat binar berseri dari mata dave. "Baiklah, selamat bekerja." Dave mengangkut satu persatu karung yang tak terlalu berat kedalam kereta pengangkut barang. Tubuh kecil nya hampir sebanding dengan sekarung yang menurutnya 'tidak berat' itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah bekerja seharian, dave mendapatkan sebungkus roti berukuran setengah badannya. Dave tersenyum riang "Apakah peri akan senang jika aku membaginya roti lezat ini?" Gumam dave lalu berlari keluar tembok pembatas desa dengan hutan. Ya tentu saja dave mencari peri cantik nya.
Matahari sangat terik padahal sudah sore hari. Peluh keringat membasahi pakaiannya, awalnya dave tak mau berlari. Tapi, bisa saja peri akan pergi jika dia tidak datang cepat. Dia bergegas kearah pohon yang menjadi tempat awal pertemuan dave dan peri cantik berambut perak dengan mata biru gelap berkilau seperti berlian dilaut dalam.
"PERIIIIIIII" teriak dave sambil melihat sekitarnya. Menatap setiap tempat yang masi terjangkau matanya yang sayu karena tak ada tanda peri akan datang. "Periii... saya membawa roti dari hasil mengangkat gandum. Apakah anda tidak mau bertemu dan makan bersama?" Ucap dave lantang. Namun nihil, peri yang ditunggu-tunggunya tak kujung datang. Dave mendekap rotinya dan merebahkan tubuhnya pada pohon besar rindang itu. Semilir angin lembut meniup helaian rambut hitam dave. Perlahan dave tertidur sambil tetap berharap peri akan datang saat dia membuka matanya.
POV Alerie
Aku tidak fokus hari ini, aku bahkan lupa memberi berkah pada kelinci kecil yang datang ke kuil tadi. Aku terus memikirkan dave yang tersenyum dengan manis. Entah apa yang di lakukan anak itu sekarang.
Aku meminta kristal pengawas pada Allard yang sepertinya tak mengerti maksud ku.
"Itu berada tepat di sebelah kiri anda, dewi." Ucap allard datar. Itu bukan salah ku karna tak melihat kristalnya, salahkan allard yang membuat mejanya seperti kaca hingga aku tak memperhatikannya. "Baiklah, bagaimana kabarmu pria kecil..." aku terdiam melihat dave bekerja dengan sungguh-sungguh. Bukankah karung itu terlihat berat? Apa yang dilakukan anak itu. Astaga dave kau membuat ku tak tenang.
Aku hendak memantrai karung itu agar pindah kedalam kereta. Jadi dave tak akan kesusahan, senyum ku melebar. "Anda telah menggunakan terlalu banyak kekuatan hari ini. Bila anda menggunakannya lagi. Jangan salahkan saya jika anda tak akan bisa menemui 'pria kecil' itu selama beberapa bulan." Tegas allard pada ku, ya aku memang terlalu banyak menggunakan kekuatanku hari ini. Tapi apakah dewi selemah ini? Aku hanya memberikan setengah kekuatan ku untuk menyembuhkan pria tua yang memiliki 5 cucu walaupun anderson memarahi ku karna ikut campur terlalu dalam urusan manusia.
"Perii... saya membawakan roti untuk anda, tidakkan anda mau memakannya bersama?" Teriak dave setelah berlari kedalam hutan. Apakah dia mencariku? Dia merindukanku? Oh pria kecil, itu sangat manis. "Allard yang baik, tolong gantikan aku sebentar karena aku punya piknik dengan seseorang." Allard menggangguk dengan memutar bola mata malas. Ya terserahlah karena aku tak peduli dengannya. Dave kecilku sedang menunggu sekarang. Aku seperti memiliki ikatan batin dengannya tapi, sepertinya ada yang salah disini.
Aku menutup mataku dan ingin bertransportasi ke tempat dave. Tiba-tiba kepalaku pusing dan,
BRUUKKK...
Alerie POV end
Dave terbangun saat merasakan roti terjatuh dari dekapannya. Membuka matanya pelan dan menggeliat merenggangkan tubuhnya yang kaku. Matanya melirik kesegala penjuru mencari peri. Tapi, peri tak kunjung datang. Apakah peri tak mau lagi datang walaupun dia telah menunggu.
"Mungkin aku harus tidur beberapa saat lagi, aku akan memakan roti ini nanti bersama peri." Dave mengelus perutnya yang perih. Dia belum makan sejak kemarin. Kue coklat yang diberikan peri, sebagiannya diberikannya pada seorang ibu dengan bayi kecil yang terlihat kelaparan di pinggir jalan kemarin.
Sejujurnya dia juga tak ingin memberikannya. Tapi, kelaparan adalah hal yang mengerikan.