- chap 11 -

56 5 0
                                    

Alerie duduk dibebatuan telaga sambil sesekali melemparkan batu kecil ke dalam air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alerie duduk dibebatuan telaga sambil sesekali melemparkan batu kecil ke dalam air. Dia masih memikirkan cara menyampaikan hal ini kepada Dave.

Flashback on

"Anda tidak bisa terus membesarkan manusia disini, dewi. Itu melanggar hukum kausal." Ucap Allard tegas mengingatkan alerie.

Seharusnya Dave telah di kembalikan ke kerajaan Agily jauh sebulan lalu. Tapi karna Alerie keras kepala, Dave akhirnya terus menetap disini.

"Tak bisakah kita membesarkannya sebentar lagi?" Ucap Alerie memelas.

Allard sudah tak tahan lagi dengan hal ini. " anda sendiri tau kan, kenapa saya bersikeras memulangkan dia. Anda yang seorang dewi pada kodratnya tidak bisa menunjukkan diri bahkan memakai kekuatan anda terang-terangan untuk membantu manusia." Ucap nya panjang lebar. "Jika hal ini berlangsung dalam waktu lebih lama lagi, eksistensi anda bisa ikut menghilang." Lanjut nya.

"Ya, aku tau itu membahayakan diri ku. Tapi, aku menahannya disini bukan semata-mata karena menyayanginya. Seperti ada keinginan kuat dari diri ku yang membuatku tak bisa melepasnya. Seperti, aku telah menunggunya sangat lama." Jawab alerie, itu memang benar. Ada perasaan aneh sejak pertama bertemu anak itu. Selalu ada hal yang membuatnya merasa harus melindungi anak itu.

"Aku akan kembali keruang kerjaku, keluar lah Al, kumohon." Alerie nampak bersungguh-sungguh.

"Istirahatlah dewi, anda memakai banyak energi hari ini. Seharusnya..."

BRUKK..

belum selesai sampai Allard menuntaskan ucapannya. Alerie terjatuh tak sadarkan dirike lantai yang dingin.

"Keras kepala, seharusnya anda mendengarkan saran saya dewi. Anak manusia itu seperti menyerap habis energi anda dari hari ke hari." Allard bergegas membawa alerie dalam dekapannya ke kamarnya.
.
.
Saat terbangun, alerie setengah sadar mencari sosok Dave. Iya, Dave dan bukannya Allard yang menjaganya seharian. "Dimana Dave?"

"Tidakkah anda terlalu pilih kasih diantara kami, dewi?" Rengek Allard dengan wajah datarnya.

"Ini tidak bisa di tunda lagi, Alerie. Jiwamu memudar. Pikirkan dirimu sendiri dan menjauhlah dari anak itu." Tegas anderson yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu.

Alerie dengan wajah letihnya menatap tajam anderson. "Berhenti ikut campur masalahku. Pria tua." Ketus Alerie tanpa perasaan.

Uhuk... uhuk..
Darah? Muntah darah? Eh, batuk darah? Batin Alerie. Seorang dewi? Berdarah? Alerie mulai meragukan kemurnian jiwanya dengan wajah tersenyum kecut.

"Kau lihat sekarang. Dewi seharusnya tidak bisa terluka. Lihat dirimu, kau sepertinya akan menghilang besok pagi." Ucap anderson dengan wajah serius. "Pilih antara dirimu atau anak itu."

Flashback off

Peri....

Dave berlari ke arah alerie tanpa memperhatikan jalan bebatuan yang licin.

"Aaaa!?" Pekik dave yang yakin akan segera terjatuh ke telaga. "Eh, aku terbang." Pekik dave lagi tak kalah melengkik dari pekikan yang pertama.

"Bagaimana mungkin ksatria ceroboh seperti ini. Kau bahkan bisa mati tergenlincir dengan darah bahkan sebelum mengangkat pedang di medan perang." Celoteh alerie sambil membawa Dave ke pangkuan dengan kekuatannya.

Dave menelengkan kepalanya, tak mengerti apa maksud alerie.

Alerie lupa anak yang di ajak bercanda itu baru berumur 5 tahun. "Ya, intinya kau ingin menjadi ksatria kan. Berhati-hati lah bertindak dimulai dari jangan berlari sembarangan." Nasehat nya lalu menyentil dahi dave pelan.

"Shh..." desis Dave berpura-pura sakit.

"Lemah." Kekeh alerie kecil

"Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu... tapi berjanjilah untuk tidak membenci atau melupakanku bahkan marah pada ku. Berjanjilah Dave." Ucap alerie sambil mengangkat kelingkingnya.

Dave tanpa pikir panjang langsung menautkan kelingking kecilnya. "Aku berjanji." Lagipula Dave tidak mungkin membenci Peri yang telah menyelamatkan hidupnya dan memberikan banyak kukis coklat.

"Sebenarnya aku telah menemukan..." belum selesai sampai Alerie melanjutkan perkataannya. Terdengar teriakan dari arah hutan sebelah utara.

TOLONGG.... SIAPAPUN?! TOLONG AKU.. KUMOHON.

Dave tanpa babibu langsung berlari ke asal suara itu. Alerie tak tinggal diam juga mengejar Dave yang berlari. Sebenarnya bisa saja jika Alerie menggunakan kekuatannya untuk teleportasi, tapi seperti yang kita tau, alerie saat ini sa~ngat lemah. Bisa-bisa dia tak sadarkan diri selama 3 hari hanya karna teleportasi.

Karna Dave memiliki tubuh yang kecil dan cenderung ringan. Dia sampai terlebih dahulu ketempat itu.

SWUSHH....
satu ayunan pedang Dave berhasil memisahkan serigala dengan kepala yang 2 kali ukuran tubuh Dave.

"Te-terimakasih." Ucap anak kecil seumuran Dave yang terlihat ketakutan.

"Dave, a-pa y-yang terja-di." Tanya alerie dengan nafas tersengal-sengal karna baru saja berlari mengejar Dave.

Brukk...

Anak itu terjatuh, mungkin tubuhnya sudah mencapai batasnya. Tubuhnya jatuh di atas tanah Hutan yang disinari bulan tampak berkilau juga cahaya-cahaya yang terpantul dari kunang-kunang.

Alerie menggeleng tak percaya, "baiklah. Aku akan menggendong anak ini. Mari kembali ke kuil." Dengan sigap dia langsung membopong tubuh anak itu.

Dave hanya mengangguk. Sebelum mengikuti alerie, Dave terlebih dahulu memungut sesuatu yang terjatuh dari saku anak itu. Bros? Pin? Entah apapun itu. Yang jelas Dave memungutnya karna itu terlihat mahal dan sepertinya barang penting karna terdapat simbol..

.
.

"Apa anda memiliki hobby baru, dewi?" Ucap Allard sambil menatap lekat-lekat anak-anak yang tertidur itu. "Mengumpulkan anak kecil tampan?"

Dave yang seperti nya kelelahan juga langsung tertidur sesampainya di kamarnya.

Alerie hanya menghela nafas. "Sepertinya aku memang ditakdirkan dikelilingi oleh malaikat-malaikat kecil lucu." Ucap alerie sambil tersenyum memegangi pipinya.

"Apakah anda tahu? Sepertinya anak ini juga putra mahkota. Tapi, dari kerajaan Finiz." Ucap Allard dengan menghela nafas berat.

Alerie terbelalak, "wah sepertinya aku magnet yang menarik para pewaris kerajaan besar." Tersirat senyum bangga dan pasrah membayangkan apa yang harus di lakukannya besok pagi. Dia bisa dikira menculik para putra mahkota, bisa-bisa penduduk malah berbalik membakar kuil nya. Ya walaupun hal itu tak akan terjadi.

Alerie tersadar satu hal, segera menatap tajam Allard. "Dari mana kau tahu, bahwa anak ini putra mahkota Finiz. Jika itu hanya assumsi asal mu, aku akan mengurung mu di ruang bawah tanah." Tanya nya sambil tersenyum memyeramkan. "Jawab aku." Lanjutnya lagi sambil menarik kerah Allard.

"Ini simbol keluarga kerajaan Finiz, dewi." Jawab Allard sambil memperlihatkan simbol yang di pungut Dave. "Jadi, bisakah anda melepaskan saya."

Alerie lagi-lagi tersenyum dengan terpaksa. "Mungkin ini memang takdir yang dituliskan untukku." Ucap Alerie sambil menggenggam kuat-kuat simbol itu.

"Seharusnya anda lebih dekat dengan dewa takdir agar bisa mendapatkan bocoran." Ucap Allard datar.

"Wah, kau sudah pandai bercanda ya sekarang. Aku sedikit bangga pada mu." Balas Alerie sambil mengusap matanya seolah terharu.

"Sebaiknya, besok setelah anak ini siuman. Segera letakkan dia di depan gerbang istana. Dan pulangkan Dave sekalian ke kerajaan Agily." Saran Allard tegas dalam satu tarikan nafas.

"Sebaiknya kita bicarakan besok saja. Aku sudah sa~ngat lelah."

Itulah kenapa aku menyuruhnya mengembalikan anak-anak itu ke asal nya. Keras kepala. Jerit batin Allard

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang