Sejak kejadian panti asuhan itu, para perampok yang di bayar mille untuk pura-pura merampok di panti kini telah menjadi pengikut Dave.
Awalnya mereka menolak, mereka tak ingin di kekang oleh bangsawan. Namun setelah di bujuk dan negosiasi. Mereka, menjadi bawahan Dave.
"Jadi, kau ingin kami membuka gilda informasi? Bukannya itu illegal? Bagaimana bisa putra mahkota melakukan hal seperti itu?" Tanya Bart.
Dave menghela nafas. "Entahlah, aku pikir ini akan dibutuhkan suatu waktu. Karna aku menjadi putra mahkota, bukan berarti aku akan jadi rajanya. Bisa saja, para selir dan anaknya mengincarku. Jadi aku harus selangkah lebih maju dri mereka." Jelas Dave panjang lebar. "Kalian tau? Jika kalian bersinggungan dengan kandidat penerus. Jadi raja atau mati. Hanya itu pilihannya." Tegas Dave.
Bart dan yang lainnya mengangguk. Sejak hari itu, gilda spinx mulai beroperasi dengan Dave sebagai pemimpin yang memakai nama samaran leo.
"Kalian bisa tetap berbicara santai kepada ku, dan panggil aku leo."
"Peraturan yang paling penting. Jangan menjual informasi yang sama dua kali." Ujar ernest.
Dave mengangguk. "Baiklah, aku akan kembali ke istana. Jadi bekerjalah dengan giat teman-teman."
Bart menahan dave. "Ada yang ingin ku tanyakan. Bagaimana kabar jalang yang menipu kami?"
Dave berpikir sejenak. "Ah, dia? Mille? Saat itu cukup aneh. Setelah berlari keluar dan dikejar para prajurit. Dia tak ditemukan, sampai hari ini."
Ernest tercengang. "Bagaimana bisa para prajurit itu tak bisa menangkap seorang wanita?" Tanya nya tak percaya.
Dave menggeleng. "Sepertinya, ada orang lain yang membantunya. Dia tak akan berani mengambil uang dari panti dengan statusnya itu. Dia jelas tau konsekuensinya." Dave mencurigai jika mille memiliki penyokong yang cukup berpengaruh. Itulah kenapa dia berani berbuat sejauh ini.
Semua barang mille yang di seludupkan olehnya di amankan oleh istana. Dan dikembalikan saat panti memiliki pengurus baru.
.
.Dave yang keluar istana diam-diam kembali dengan selamat tanpa diketahui siapapun kecuali Selene.
"Astaga." Dave kaget melihat ibu nya sedang duduk di kasur dan melipat tangan. Wajah Dave memucat, sedang mencari alasan yang bagus untuk ibunya yang terlihat kesal.
Dave tersenyum kaku. "Salam kepada bulan Agily." Ujar Dave sambil membungkuk lalu menghindari tatapan mata ibunya yang sepertinya semakin tajam.
"Berani-beraninya, kau melupakan janji dengan ibu. Dari mana saja kau, bahkan memakai pakaian seperti ini." Celoteh selene pada anaknya.
Janji? Astaga. Dave melupakan janji dengan ibunya. Seharusnya dia berjanji akan menemani ibunya minum teh di rumah kaca.
"Huh, anak ibu sudah dewasa ternyata. Dia bahkan tak mendengarkan ibunya lagi." Rajuk selene sambil berpura-pura menyeka air matanya.
Dave berjalan mendekati ibunya. "Maaf kan aku ibu. Aku tadi bertemu dengan para anak buah ku yang baru."
Dimata selene kini Dave terlihat seperti anak anjing yang kehujanan yang sedih. Menggemaskan.
Selene tertawa kecil. "Ekspresi apa yang kau perlihatkan itu. Ibu tak masalah jika Dave ingin keluar. Tapi, lain kali kabari ibu dulu sebelum pergi agar ibu tidak khawatir." Peringat Selene sambil memeluk putranya.
"Jangan peluk aku ibu, ini berkeringat." Dave meronta-ronta agar lepas dari pelukan Selene.
"Pfft... sejak kapan kau peduli dengan itu."
"Anak kita terlalu cepat dewasa." Ujar Stephan yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Dave.
"Kenapa raja yang SIBUK ini kekamar anaknga di sore hari?" Tanya selene dengan ramah.
Dave menelan kasar salivanya. Ayahnya pasti akan marah jika tahu dia keluar diam-diam.
Stephan memegang kepalanya. "Padahal aku yang sa~ngat sibuk ini sengaja memutar arah untuk kemari bertemu istri dan anak. Tapi mereka malah tak menyambutku." Ujar nya memelas sambil memegang dadanya.
"Ayolah, dimana wibawa raja mu itu. Berhenti merengek seperti anak kecil, sayang." Ucap selene.
Stephan duduk di sebelah Selene dan menyenderkan kepalanya pada bahu Selene. "Hah, terkadang aku merasa sangat lelah. Aku pikir sepertinya akan menyenangkan jika kita bertiga hidup di desa dengan sederhana, tanpa perang politik dan memiliki kebun yang luas untuk di tanami berbagai tanaman."
Dave ikut bersandar pada ibunya. "Jika saat sperti itu tiba. Ayo pelihara anak anjing juga." Timpal Dave.
Selene tertawa kecil. "Baiklah, jika begitu. Saat kalian pulang di sore hari. Ibu akan membuatkan banyak makanan dan kukis yang banyak."
Stephan tertawa, diikuti dave dan juga selene.
"Ya walaupun hal itu tidak akan terjadi." Ujar Stephan menyadarkan diri sendiri. "Tapi, kenapa putra kita yang seharusnya baru selesai kelas penerus malah memakai baju seperti itu?" Tanya stephan. Kini dia tak lagi bersender pada Selene dan sedang menatap Dave.
Dave tak menatap balik ayahnya. "Raja, bukan kah ada akan ada rapat kabinet sebentar lagi?" Ucapnya mengalihkan topik.
Selene menggeleng. "Aku akan memberitahumu, tapi aku juga tak bisa memberitahumu." Ucapnya bingung.
"Apa kalian punya rahasia antara kalian berdua saja? Tanpa membertahukan ku?" Stephan merasa dikhianati dan memasang wajah tersakiti.
"Aku akan memberitahu ayah dan ibu. Jadi bisakah kalian merahasiakan ini?" Ucap Dave sambil berbisik.
Stephan dan Selene serentak mengangguk.
"Sebentar. Jadi, ibumu juga tidak tahu? Jadi kau merahasiakan dari kami berdua?" Tanya stephan.
"Baiklah. Kalian harus berjanji untuk tidak marah." Ucap dave pelan-pelan.
Selene dan Stephan mendengar dengan seksama.
"Sebenarnya aku menyukai seorang anak perempuan. Tapi aku tak mengenalnya, jadi aku keluar untuk mencari tahu tentangnya." Dave berbohong, dia tidak mungkin memberitahu orang tuanya yang seorang raja dan ratu bahwa anaknya yanh seorang putra mahkota mendirikan gilda informasi.
"Astaga, anak perempuan mana yang membuat putra ibu yang rajin sampai bolos kelas." Selene gemas dan mencubit pipi Dave kencang.
"Hahaha. Astaga, kau bisa mengundangnya ke istana. Mari makan malam bersama lain kali. Itu tidak buruk, seorang teman diusia muda. Ah tidak, kau masih kecil nak. Bertemanlah dengan siapapun yang kau mau. Ayah dan ibu tidak akan melarang-larangnya walau dia anak pelayan sekalipun." Raja stephan memang memiliki rasa toleran yang tinggi. Dia tidak akan membedakan dan membuat garis batas yang jelas tentang status.
Dave mengangguk sambil tersenyum. Di sisi lain, naluri tertusuk karena telah berbohong soal itu. Tidak seperti yang dibayangkannya. Respon ayah dan ibunya diluar dugaan. Bukannya menanyakan asal usul anak perempuan yang di karangnya, ayah dan ibunya malah mengundangnya untuk makan malam.
"Ibu ada janji dengan dame esler untuk membuat baju dengan model terbaru. Jadi ibu pergi dulu. Mandi dan isturahatlah. Cup." Ucap selene lalu melangkah keluar.
"Bagaimana dengan ku? Dimana kecupan untuk ku jugaa!?" Stephan berjalan mengikuti selene.
Dave yang tertinggal sendiri dikamar merebahkan tubuhnya. "Dasar, padahal mereka sudah tua. Tapi masih saja bermesraan didepan anak kecil." Dengus Dave.
Tanpa sadar, dia memejamkan matanya dan tertidur.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/335321547-288-k547289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Historical FictionCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...