- chap 20 -

44 5 0
                                    

"Apakah anda memanggil saya, yang mulia?" Ucap arke, kepala pasukan elite istana Agily.

"Selidiki tempat tinggal putra mahkota sebelum ini, cari tahu bagaimana dia hidup selama 3 tahun ini. Laporkan padaku secara rinci." Perintah Stephan. Ucapan Margaret kemarin malam sangat mengusiknya, membayangkan anaknya yang kecil hidup selama tiga tahun ini dengan menderita membuatnya kesal setengah mati.

Vincent tiba-tiba mengetuk dan memasuki ruang kerja Stephan. "Maaf yang mulia, saya ingin mengusulkan sesuatu tentang putra mahkota."

Stephan melempar pandangan nya pada Arke. "Arke, segera kerjakan perintahku." Dan diikuti anggukan oleh Arke.

"Bicaralah."

"Menurut saya, pangeran sudah bisa mulai mendapatkan pendidikan untuk seorang penerus, yang mulia." Saran Vincent. Itu memang benar, umur Dave sudah layak untuk mendapatkan pendidikan.

Raja Stephan tampak berpikir. "Aku juga merasa itu adalah hal yang hrus dilakukan putra Mahkota. Tapi, apakah dia sudah siap?"

Vincent tak memikirkan hal itu. Dia tak memikirkan trauma yang mungkin di miliki putra mahkota selama hidup sendirian diluar. Akankah dia mampu menanggung beban ini lebih awal?

"Dimana putra mahkota berada sekarang?" Tanya Raja stephan.

"Mungkin beliau sedang bersama Ratu di taman istana lily." Jawab vincent. Istana lily adalah istana untuk ratu, istana mawar untuk Raja, dan istana tulip untuk putra mahkota.

.
.
.

"Ibu!?" Teriak Dave dengan wajah cerahnya sambil berlari menyusul Ratu Selene.

Ratu selene sedang menikmati teh Chamomile. Teh kesukaan nya, selain memiliki rasa yang manis dan aroma yang harum teh ini juga memiliki khasiat untuk kesehatan.

"Kemarilah, nak. Apa yang kau pegang di tangan mu?" Tanya Ratu Selene pada anaknya.

Dave tersenyum ceria. "Ini mahkota bunga untuk ibu. Menunduk lah, agar saya bisa memasangkannya." Lalu dia memasang kan mahkota bunga itu untuk Ratu Selene. "Wah, ibu terlihat menggemaskan."

Selene terkikik. "Kenapa ibu terlihat gemas dan bukannya cantik?" Tanya ratu selene coba menggoda Dave yang tampak lucu dengan tangan yang sedikit kotor karna mencabuti bunga.

Dave memiringkan kepala nya. "Tapi, pengasuh selalu memanggil saya menggemaskan. Saya pikir itu ungkapan yang cocok untuk ibu juga." Ucap Dave polos.

"Wah apa itu mahkota bunga. Tidakkah Ayah juga seharusnya mendapatkan satu yang seperti itu?" Tanya Raja stephan yang entah sejak kapan telah berada di belakang Dave.

"Syukurnya saya membuatnya untuk ayah." Ucap Dave lalu menyodorkan mahkota bunga pada Stephan. "Apa ini tidak cocok untuk seorang raja?" Celetuk Dave murung. Setelah melihat mahkota yang dikenakan raja, mahkota buatannya terlihat seperti bukan apa-apa.

Ratu selene menatap tajam Raja Stephan.
Apa yang kau lakukan, kau membuat anak ku murung. -kira kira seperti itulah yang Ratu selene ingin katakan lewat tatapannya.

Raja stephan kelabakan melihat tatapan istrinya yang mengerikan. Bahkan tatapan mengintimidasi dari para bangsawan saat rapat kabinet tak semenakutkan ini.

Raja Stephan menelan kasar salivanya, lalu berlutut agar sejajar dengan anaknya. "Tentu saja ini bagus. Tolong pakaikan pada ku juga, nak."

Dave mengedipkan matanya beberapa kali. "Tapi bagaimana dengan mahkota ayah?"

Raja stephan baru tersadar dikepalanya terdapat mahkota. Pantas saja Dave merasa minder saat menawarkan mahkota itu. Dasar ayah yang tidak peka:(

Tanpa melihat ke arah selene yang menatap nya tajam. Stephan melepaskan mahkotanya. "Dave yang akan memakai mahkota ini." Stephan memasangkan mahkota yang ternyata longgar di kepala Dave. "Lalu, Dave pasangkan ini pada ayah."

Setelah memakai 'mahkota' masing-masing, ketiganya duduk sambil menikmati tea time yang berharga bersama keluarga.

"Makanlah juga makanan penutupnya, nak. Apa kau tak menyukai nya? Mau ganti dengan yang lain?" Tanya Selene sambil menatap lekat-lekat putranya.

"Bukan... Saya sangat menyukai kukis coklat. Tapi.." Dave memandang tangannya yang kotor.

Selene tersenyum. "Ah begitu ternyata. Kemarikan tanganmu, nak."

Dave menjulurkan tangannya tanpa bertanya apa yang akan ibunya lakukan.

WUSH...
Tangan Dave bersih seketika. Dave sedikit kaget, iya sedikit. Entah kenapa rasanya dia tidak asing dengan yang namanya sihir atau apapun itu. Seperti dia telah pernah melihat bahkan merasakan hal yang sama sebelumnya.

"Wah, ibu bisa menggunakan sihir." Ucap Dave terkagum-kagum.

"Itu bukan sihir. Itu kekuatan suci, kekuatan suci berasal dari prana dan tidak trgantung pada garis keturunan, kekuatan suci muncul secara acak pada sembarang orang yang di percayakan dewa. Sedangkan sihir berasal dari mana, biasanya turun temurun atau bisa saja di pelajari." Jelas raja Stephan.

Mata Dave berbinar. "Ayah tahu banyak hal, dan ibu sangat keren. Aku juga akan sekeren itu saat aku besar." Ucap Dave bersungguh-sungguh dengan tekad kuat.

"Hahaha. Baiklah, anak ibu yang manis. Dave pasti bisa menjadi sekuat bahkan lebih kuat daripada kami untuk melindungi rakyat kerajaan Agily." Selene mengusap kepala Dave dengan lembut.

SWUSH!!!!
Anak panah menancap tepat di meja. Hampir saja mengenai tangan Dave yang mungil.

Selene sangat panik segera menggendong Dave. "Syalan, bedebah dari mana yang berani menyusup ke istana lily."

Dave melihat sekitar, dia merasakan pergerakan dari arah timur. Kira-kira 5 orang dengan pedang, dan 2 orang di arah selatan namun jaraknya agak jauh karena mereka pemanah.

Raja stephan menarik pedang dari sarungnya. Berdiri di depan istri dan anaknya. Aneh, kemana para ksatria yang berjaga. Mereka semua malah tak ada disaat-saat genting seperti ini, menyebalkan. Ah, atau mereka tidak kompeten dan telah di lumpuhkan oleh para penyusup, lemah.

"Berlindung di belakangku, selene." Stephan mengarahkan pedangnya, kelima penyusup itu telah keluar dari persembunyiannya dan menyerang secara bersamaan. Awalnya Stephan bisa mengimbangi serangan mereka berlima. Namun, tiba-tiba anak panah tertancap tep,   at di bahu nya.

"Sial, panah ini beracun." Maki Stephan. Tangannya lemah, kehilangan daya. Dia bahkan tak sanggup mengangkat pedang nya.

Selene menurunkan Dave. "Tunggulah ibu disini." Dia maju dan menyerang kelima penyusup menggunakan kekuatan sucinya.

Dave tak tahan lagi. Tadinya dia tak mau terlalu cepat menunjukkan kemampuan berpedangnya. Namun, situasi saat ini diluar dugaannya.

"Rèarmor!?" Teriak Dave. Lalu pedang itu muncul dari ruang hampa. Sebelum berangkat ke istana, Dave meminta pedang itu untuk tidak selalu menempel padanya, dan akan selalu muncul kapanpun dia memanggilnya.

"Kenapa anda baru memanggil saya sekarang tuan. Saya sangat tidak sabar untuk membantai semua bedebah ini." Celoteh pedang itu panjang lebar.

Stephan tercengang melihat apa yang dilakukan anaknya. Begitu juga dengan Selene, melihat anaknya berlari maju dengan tubuh mungil yang memegang pedang besar ke arah para penyusup sialan itu membuat jantungnya berdebar kencang.

"Tidak, Dave. Anak ku." Teriak selene sambil menyerang penyusup yang mencoba mengarahkan pedang ke arahnya.

"Tenanglah Ibu, aku bisa mengatasi ini. Menjauhlah."

Tak sampai 10 menit. Dave berhasil, membunuh kelima penyusup itu.

Stephan dan Selene tak habis pikir. Tak lama kemudian, para prajurit istana datang.

"Maafkan keterlambatan kami, yang mulia." Ucap kepala prajurit dengan gemetar. Stephan sangat keras dalam memperlakukan bawahannya.

"Dimana dokter, tolong obati yang mulia."

Selene segera memeluk putranya yang masih menggenggam pedang yang berlumuran darah.

Dave gemetar. Dia takut akan dibuang, jika raja dan ratu tahu bahwa dia bisa mengalahkan para orang dewasa dengan mudah, bukankah itu mengerikan.

Tbc.

Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang