Alesya hari ini bersama ayahnya berangkat ke istana. Duke ingin melaporkan sesuatu kepada raja, sedangkan Alesya hanya ikut saja. Tujuan utamanya adalah untuk bertemu putra mahkota.
"Ayah tak akan lama. Tunggulah di taman, jika kau bosan mintalah beberapa pelayan untuk menemanimu." Ujar Reston pada anaknya.
Alesya mengangguk lalu menatap punggung ayahnya yang mulai menjauh. Dia bergegas berkeliling istana. Terlihat sangattt menakjubkan.
Dia berjalan mengikuti jalan hingga dia menyadari jika dia berjalan terlalu jauh.
"Astaga, apa aku tersesat?" Tanya Alesya pada dirinya sendiri. "Akan lebih bagus jika putra mahkota dan aku bertemu lalu dia menolong dan jatuh cinta padaku." Khayal nya sambil menatap bunga mawar yang bermekaran.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya anak laki-laki itu pada Alesya dengan senyum ramahnya.
Alesya terpukau sesaat, anak laki-laki itu sa~ngat tampan. Dia langsung berasumsi jika anak laki-laki itu adalah putra mahkota. "Apa anda, pangeran?" Tanya nya sopan.
Anak laki-laki itu mengangguk.
"Salam kepada matahari kecil agily."
"Kau bisa bersikap santai kepadaku." Ujar pangeran itu. "Siapa nama mu?"
"Saya Alesya Crisiant." Ucap nya sambil membungkuk.
Pangeran menarik tangan Alesya dan mengecup punggung tangannya. "Senang bertemu dengan anda, lady."
Alesya tersipu malu. Sepertinya akan mudah mendapatkan hati putra mahkota.
"Apa kau tersesat? Ingin ku antar ke suatu tempat?" Tawar pangeran.
Alesya mengangguk. "Tadinya saya sedang berada di taman istana utama menunggu ayah yang sedang ada urusan dengan raja. Tapi saya berjalan cukup jauh hingga tersesat dan tak tahu jalan kembali." Ucap nya dengan wajah sedih.
Pangeran itu tersenyum. "Aku akan mengantarmu, ikuti aku."
Alesya menarik lengan baju pangeran. "Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar." Ucapnya dengan tersipu.
Tak ada jawaban dari pangeran itu, Alesya merasa terlalu ceroboh dan salah tingkah. "Ah maafkan kelancangan saya, tolong tunjukan jalannya, yang mulia." Ucap nya tanp berani menatap pangeran itu.
"Pfft... ada apa dengan wajah itu. Aku tidak menolak tawaranmu, ayo berjalan-jalan sebentar." Pangeran berjalan sambil menarik tangan Alesya.
Alesya kaget namun juga senang. "Pangeran, pasti menyukaiku juga." Gumamnya.
Mereka berjalan menuju air mancur ditengah taman itu. Cantik dan biru.
"Ini taman yang bisa di masuki siapa saja termasuk pelayan. Para pelayan terkadang melemparkan koin kedalam air mancur sambil mengucapkan permohonan." Ujar pangeran sambil menatap air mancur itu.
Alesya tertawa. "Hhh... apa pangeran percaya hal itu? Seperti pelayan membuat alasan untuk menguatkan diri mereka sendiri dengan berharap pada keberuntungan dari air mancur." Jawab Alesya sambil tertawa.
Pangeran mengeluarka 2 koin emas. "Aku juga tak ingin mempercayainya. Tapi, bagaimana jika kita mencobanya?" Ucap nya sambil menyodorkan koin itu.
Alesya tak lagi tertawa, dia tersenyum dengan cantik hingga membuat pangeran tersipu dan membuang wajahnya tak ingin menatap kecantikan overload Alesya.
"Baiklah, mari kita coba. Jika keinginan ku terkabul, aku akan kembali kesini dan membuat keinginan lain." Ujar Alesya sambil menutup mata dan membuat permohonan.
Pangeran ikut menutup matanya dan membuat permohonan.
PLUNG
Mereka melempar koin itu bersamaan tanpa sengaja.
"Apa permohonan mu?" Tanya pangeran.
Alesya tersenyum malu. "Tentu saja itu rahasia." Jawab nya kemudian. "Bagaimana dengan anda? Apa permohonan anda?" Tanya nya balik.
"Aku berharap agar permohonan mu terkabul. Jadi kau bisa kembali kesini." Ujar pangeran dengan tulus. "Maukah, kau menjadi temanku?" Ucap nya lagi.
Alesya mengangguk tanpa berpikir. "Suatu kehormatan bagi saya, yang mulia."
Anak laki-laki berumur sembilan tahun itu memegang tangan Alesya tiba-tiba. "Aku sangat senang. Kau adalah teman pertama yang aku punya." Ujarnya dengan ekspresi senang.
Tak heran jika seorang putra mahkota kesepian. Pasti dia tak bisa bermain dengan anak seumurannya dan merasa kesepian setiap saat karena sibuk mengikuti berbagai kelas untuk menjadi raja selanjutnya. Begitulah yang di pikirkan Alesya.
Aku berharap agar orang yang bersama ku saat ini menyukai ku
Itu permohonan Alesya.
Setelah bermain cukup lama, pangeran mengantar Alesya kembali ke istana utama. Sesampainya di depan istana utama, count Atemis dan duke crisiant sedang berjalan sambil bercengkrama.
"Ayah..." teriak Alesya sambil ke arah Duke dan diikuti pangeran yang berjalan dibelakangnya.
"Salam kepada matahari kecil agily. Apa yang membawa anda kemari, pangeran Alex?" Tanya count Atemis.
Alesya menyerngitkan dahinya. "Pangeran Alex?" Tanya nya sambil menatap anak laki-laki yang bersamanya hampir seharian.
Alex menatap Alesya bingung. "Ah iya, aku belum mengenalkan diriku secara resmi. Aku Alex Diven de Agily, pangeran kedua."
Alesya ter-ce-ngang. Apa? Jadi dia salah paham. Orang yang tampan ini ternyata hanya anak selir? Tujuannya adalah menjadi ratu bukan istri anak selir.
Alesya tak bisa menyembunyikan perubahan ekspresinya yang terlihat jelas menatap remeh dan jijik kepada Alex.
"Baiklah, karena sudah waktunya kami mohon izin untuk kembali kerumah." Ujar duke crisiant lalu masuk ke kereta kudanya bersama Alesya.
Alex menatap cukup lama kereta kuda yang mulai terlihat kecil itu. Dia bingung dengan ekspresi yang ditunjukan Alesya sebelum dia pergi.
Dia adalah anak yang peka. Tatapan Alesya berubah tepat sesudah dia memperkenalkan dirinya, sebelum itu dia masih sangat bersikap baik dan bahkan mau menjadi temannya.
"Apa dia mengira bahwa aku adalah Dave? Hahahaha." Alex mengacak-acak rambutnya sendiri. "Menyebalkan. Padahal aku bisa mendapatkan teman pada akhirnya, tapi putra mahkota lagi-lagi merampasnya."
Alex kembali ke kamarnya. Kesal dan marah, atau kecewa? Perasaan itu seperti sudah terasa biasa baginya.
Padahal dia pikir, dia akan menjadi putra mahkota. Dia bahkan telah mendapatkan kelas-kelas penerus dan itu sudah berjalan beberapa minggu. Tapi, tiba-tiba Dave kembali ditemukan dan dia langsung menjadi putra mahkota, karena dari awal memang itu adalah posisinya.
Tak ada satupun yang menanyakan perasaan nya. Tiba-tiba dia tidak boleh bermain-main lagi dan harus mengikuti banyak kelas untuk menjadi putra mahkota. Namun tiba-tiba dia di hujat karena putra mahkota yang asli telah ditemukan. Sejujurnya, dia tak pernah menginginkan posisi itu dari awal.
Beberapa pengawal dan pelayan bahkan mengatainya secara terang-terangan. Tentang anak selir yang bermimpi menjadi putra mahkota.
Begitu kembali, Dave mendapatkan banyak cinta dari ayahnya. Sejak lahir, mungkin raja Stephan tak pernah menggendong nya. Berbeda dengan Dave yang memonopoli kasih sayang itu sendiri.
"Dari mana saja kau. Belajarlah dengan giat, kau tahu? Anak syalan itu sudah bisa menggunakan sihir. Lihat dirimu, kau bahkan tak mahir menggunakan pedang." Omel Ariadne, ibu Alex.
Alex sudah terbiasa di banding-banding kan dengan Dave atau Ricard, pangeran ketiga. "Baiklah ibu, aku akan berusaha lebih keras agar bisa memenuhi ekspektasi ibu. Masuklah kedalam karena udara diluar mulai dingin." Ujar Alex dengan tenang.
Sekeras Apapun dia berusaha, dia tak bisa menjadi seorang ksatria yang memegang pedang atau penyihir karena mana di dalam tubuhnya sangat lemah.
Tapi, tak akan ada yang peduli tentang itu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Ficción históricaCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...