8

149 18 0
                                    

Langit mungkin gelap dan angin berhembus cukup kencang tapi hujan tak kunjung turun membuat Jaehyun bisa keluar dari mobilnya. Memilih berjalan-jalan di taman yang sudah sepi itu. Lagipula, siapa yang akan ada di taman di jam 2 malam? Hanya orang gila yang melakukannya dan itu adalah dirinya.







Menyalakan satu batang rokok lalu dia berdiri menghadap ke arah sungai lebar itu. Melupakan dinginnya malam yang tengah beradu dengan kencangnya angin. Meniup rambutnya yang sudah agak panjang hingga sesekali menutupi wajahnya.




Matanya terpejam seakan memutar memori lama yang bagaikan kaset rusak. Rekaman itupun seakan sudah bercampur dengan suara teriakan dan tangis dari seorang gadis yang sama.








Air matanya menetes kembali merasakan sakit dan penyesalan yang tiga tahun lalu hampir membuatnya bunuh diri di tempat yang sama. Sungguh, dia hancur berkali-kali. Dan semakin lama semakin tak berbentuk.









''Aku merindukanmu...''










''Tolong beri aku kesempatan untuk melihatnya lagi, Tuhan. Aku berjanji akan memeluknya lebih erat dan membuatnya tak menyesali telah mendapatkan kehidupan dari Mu. Tolong... Kembalikan dia padaku...'' lirihnya diakhir kalimat yang akhirnya membuatnya luruh juga.







Mengingat kejadian hari itu,kakinya terasa lemas hingga tak mampu menopang tubuhnya lagi. Tubuhnya terduduk dan menyender di pembatas sungai itu.










''Satu kesempatan lagi... Tolong... Aku masih mencintaimu...''











Tubuhnya menegang saat merasakan sepasang tangan mengusap air matanya yang membasahi pipi, membuatnya membuka mata seketika. Mulutnya kaku, tenggorokannya tercekat.







Apakah Tuhan mengirimkan salah satu malaikat Nya itu?


Apa itu mungkin?






Tapi, wajahnya masih sama. Binar matanya masih sama. Bahkan dia masih bisa mencium aroma tubuh yang sama setiap kali dia memeluk gadis yang sama. Meskipun itu sudah terjadi 3 tahun yang lalu. Dia masih ingat betul semuanya.











''Lia?''









Gadis itu tersenyum tipis lalu menangkup wajah Jaehyun. Memberikan usapan pelan dengan ibu jarinya. Penuh kasih sayang. Hanya Lia yang bisa memberikan perasaan itu untuknya. Gadis itu beralih menatap ke arah tangan Jaehyun yang jarinya masih mengapit sebatang rokok yang masih menyala.









''Kau merusak dirimu sendiri...'' ucapnya sambil beralih melepaskan rokok itu dari jari Jaehyun secara perlahan dan mematikannya lalu menggenggam lembut tangan besar itu. Matanya kini kembali beralih pada Jaehyun dan memberikan satu senyuman tipis lagi.











''Agar aku bisa lebih cepat bertemu denganmu...'' jawabnya sambil mengeratkan genggaman pada tangan Lia dan tangannya yang satunya mengusap pelan pipi gadis bergaun sutra putih bersih itu.








''Secara medis, jika kau sering merokok seperti ini, putramulah yang bisa lebih cepat pergi. Dia masih bayi, kak. Dia masih rentan terkena penyakit...'' ucapnya dengan sorot mata lembut menatap Jaehyun. Jauh berbeda dengan tatapannya ketika dilihat Jaehyun di Mall tadi.










''Jadi...apa yang membuatmu berada disini, tuan Jung?'' tanyanya dengan nada sedikit meledek dan kekehan pelan diakhir kalimatnya membuat hati Jaehyun terasa sedikit menghangat.










''Aku tahu ini salah, tapi...''










Jaehyun langsung menarik Lia kedalam pelukannya. Sungguh, dia tak bisa menahannya lagi. Dia merindukannya. Merindukan semua yang ada pada gadis itu. Wajahnya yang dia telusupkan di leher dengan rambut terurai itu, menghirup rindu aroma yang lama diimpikan. Satu-satunya aroma yang membuatnya merasa rindu selalu.










''Aku merindukanmu...''












''Kau telah kehilangan...'' ucapnya sambil memberikan usapan pelan di kepala dan punggung pria bermarga Jung itu.










''Beri aku satu kesempatan lagi. Aku...aku mencintaimu. Hanya mencintaimu...'' ucapnya sambil mengeratkan pelukannya. Takut-takut kehilangan Lia lagi.







''Kesempatanmu hanya untuk melihat, bukan untuk memiliki Lia lagi...'' ucapnya pelan setengah berbisik pada Jaehyun membuat Jaehyun sedikit bingung.











''Aku mohon-''











''Ini sudah terlalu lama. Aku harus pergi...''



Gadis itu menangkup wajah Jaehyun dan menatapnya dalam.




''Nanti kesempatan itu akan datang. Semua keputusan ada di tangannya. Maafkan aku yang membuat semua ini semakin rumit...''










Satu kecupan dia berikan di kening Jaehyun dan akhirnya bangkit lalu berlari pergi dari sana. Entah kenapa kaki Jaehyun seakan tak mampu untuk bangkit dan mengejar Lia.











''Sial...! Sial....!'' keluhnya sambil memukul kedua kakinya.













''Lia....!!''






















.
.
.































She  || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang