22

119 19 2
                                    

''Lalu bagaimana dengan pekerjaan rumah,kak?'' tanya Lia khawatir sambil mengikuti langkah Johnny yang merangkulnya, bejalan menuju ruang kerja pria itu.






Iya, Johnny membawa Lia ke kantornya. Dia sama sekali tak mau mengambil resiko meninggalkan Lia disana mengingat semalam Jaehyun sudah mengetahui keberadaannya. Setidaknya, jika Jaehyun datang ke kantornya, dia bisa menahan Lia langsung.






''Aku sudah meminta pelayan di mansion untuk membersihkan rumah, sayang. Kau tenang saja,ya...'' ucap Johnny sambil memberi usapan pelan di bahu Lia dan sedikit mengangguk melewati sekretarisnya, Kun yang sudah membukakan pintu untuknya.








''Aku ingin hari ini kau menemaniku bekerja. Akhir-akhir ini aku tak bisa fokus dan kau yang bisa menjadi semangatku. Jadi, tak apa ya?'' ucap Johnny setelah berdiri berhadapan dengan kekasihnya itu dan mengusap pelan pipinya.









''Hhmmm... Tak masalah...''









Johnny tersenyum dan menarik Lia dalam pelukan. Sungguh, memeluk Lia adalah salah satu kegiatan favoritnya. Dia bisa betah melakukan itu seharian penuh jika memungkinkan. Atau...








































Mungkin.....?

































.
.
.











''Sudah aku katakan pulang! Kau masih tak menurut! Lihat sekarang! Astaga...''






Taeyong berdecak pinggang melihat wajah Jaehyun yang sedikit memar karena mendapat bogem mentah dari pengawal Johnny semalam. Salahnya tetap memaksa ingin masuk dan menyulut emosi pria-pria besar itu.








Untung saja Taeyong, Doyoung dan Yuta segera melerai mereka dan menarik paksa Jaehyun untuk pulang.









Sekarang, Jaehyun bahkan mendapat tatapan heran dari para pegawai yang melihatnya datang dengan wajah memar. Memalukan memang. Tapi akan lebih memalukan jika mereka tahu kalau dirinya dipukuli karena ingin merebut wanita milik orang lain.






''Sudah aku katakan dia bodoh. Sudah bodoh jadi bulol pula!'' gerutu Doyoung yang menggantikan Jaehyun duduk di kursi kerjanya sementara Jaehyun memilih duduk di sofa dengan Taeyong.








Etssss....!



Duduk bukan sembarang duduk!






Dia diminta Jaehyun mengerjakan pekerjaannya sementara pria itu beristirahat santai dengan alasan masih sakit.







Kalau sakit ya bisa dirumah saja kan?





Tapi kata Jaehyun, kupingnya panas mendengar pertanyaan dari Rose sejak kepulangannya semalam. Jadi lebih baik dia ke kantor meskipun tak bekerja.






Kalau kata Doyoung, dialah yang menjadi ''beban perusahaan'' sebenarnya.








Mendengar gerutu an Doyoung, Jaehyun meraih kertas kosong di bawah meja tamu itu lalu meremasnya dan melemparkan pada pria kelinci itu dengan kesal.






''Diam kau kelinci merah!''








''Hei...! Jangan merusak moodku atau tak ku kerjakan tugasmu ini! Kau harusnya bersyukur memiliki asisten sebaik dan Se rajin diriku!''









''Rajin juga karena naik gajih!'' gerutu Jaehyun yang membuat Taeyong tertawa pelan melihat pertengkaran mereka. Ya, rasanya seperti kembali ke masa lalu melihat semua ini lagi.






Meskipun dia masih heran, kenapa Jaehyun dan Doyoung bisa bekerja sama padahal mereka selalu ribut sejak masa sekolah. Memang takdirnya mereka akan menghabiskan hari tua dengan bertengkar sepertinya.










''Lalu apa rencana mu selanjutnya?''.











Jaehyun melirik Taeyong sekilas lalu melipat tangannya di depan dada dan menyender di senderan sofa.








''Aku meminta Yuta pergi ke rumah keluarga Kwon untuk membujuk mereka supaya mau melakukan penyelidikan ulang atas kematian Jisu...''








Doyoung dan Taeyong terdiam lalu saling melirik satu sama lain.







''Bukankah cukup dengan bukti tes itu saja. Minta mereka menjemput Lia. Kenapa harus menyelidiki kematian Jisu lagi?'' tanya Doyoung heran sama dengan Taeyong.










''Aku merasa ada yang tak beres disini. Dari data yang didapatkan Yuta, Jisu itu anak yang mandiri, tegas dan cerdas. Rasanya tak mungkin gadis sepertinya melakukan bunuh diri tanpa alasan jelas...''









Taeyong sedikit mengangguk setuju. Dia juga tahu hasil penyelidikan Yuta dan memang benar Jisu itu tipe gadis anti banting. Dia juga tak pernah memiliki jejak masalah besar sebelumnya sampai-sampai harus melakukan aksi bunuh diri itu.










''Lalu menurutmu apa yang terjadi?''











''Kau...tak mencurigai Lia yang sengaja membunuhnya kan?''











Jaehyun melirik kesal pada Doyoung lalu kembali melempar kertas pada pria itu.








''Tentu saja tidak! Kau pikir Lia sejahat itu?! Dia membunuh nyamuk saja tak akan tega! Apalagi membunuh manusia yang bagaikan saudara kembar untuknya!''










''Yah...aku pikir akal sehatmu sudah hilang. Apalagi melihat bagaimana mereka berdua semalam berpelukan dengan Johnny yang bertelanjang dada. Entah apa yang mereka sudah lakukan sampai- aaadduuhhh....!!''











Kali ini bukan lagi kertas, tapi bantal sofa yang melayang mengenai kepala Doyoung sampai-sampai dia hampir terjungkal membuat Taeyong harus menahan tawanya. Kasihan juga jika Doyoung ditertawakan.











''Apa yang kau-''












''Lia tak akan mau melakukannya! Bukankah Jaehyun saja ditolaknya?'' ucap Taeyong yang terasa sedikit menyindir Jaehyun membuat Pria Jung itu sedikit melirik pedas padanya.











''Tapi kau lihat tubuh Johnny? Atletis! Idaman para kaum-''










''Hei...! Tubuhku jauh lebih bagus darinya,ya! Kau meremehkan ku?'' tanya Jaehyun merasa dianggap kalah mempesona dari Johnny.









''Ya faktanya, Lia memilih tetap bersama Johnny...''









''Cih...! Pria itu sedang berada di posisi baik saja. Lagipula aku jauh lebih baik dari nya. Bahkan sudah teruji dengan ada nya Jaeden!''













''Kau tahu sudah ada Jaeden... Masih saja mengejar Lia. Aneh!''
















Jjjllleeeebbbbb.....!!






















.
.
.


















She  || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang