35

126 14 0
                                    

''Dia mencintaimu, Lia...''






''Tidak...dia hanya mencintaimu!'' ucap Lia tanpa menoleh karena kembali sibuk merangkai bunga di tangannya. Serasa de javu namun beda dunia.






Melihat bibir pout Lia membuat Jisu tertawa pelan dan meraih tangan saudarinya itu.





''Kau cemburu padaku?''






''Dia milikmu. Untuk apa aku cemburu!'' gerutu Lia yang malah membuatnya nampak makin menggemaskan bagi Jisu.








''Dia hanya merasa bersalah padaku...''





Lia terdiam dan menatap Jisu.








''Soo... What's make you think so? Because what I felt before was different...''





Jisu menoleh pada Lia lalu tertawa pelan.






''Kau memang cocok untuknya. Aku bahkan tak bisa berbahasa inggris dengan baik...'' ucap Jisu yang membuat Lia cukup kaget juga.






''Aku tak sepintar dirimu, Lia. Bukan masalah pendidikan yang aku dapat, tapi karena minatku dalam belajar itu kurang...''






''Satu hal yang harus kau tahu, Johnny mungkin berpikir selama ini kau adalah aku, tapi dalam hatinya dia sellau membedakan kita dengan nama ''Jisu yang dulu'' dan ''Jisu yang sekarang''. Dia sudah membedakan kita sejak lama...''




Jisu mengambil flower crown buatan Lia lalu memakaikannya di kepala saudarinya itu. Tersenyum melihat wajah bingung Lia yang nampak menggemaskan.







''Dia hanya menganggapku sebagai sebuah target. Dan setelah dia berhasil mencapai targetnya, dia ingin aku melakukan apapun yang dia inginkan. Tapi berbeda saat bersamamu. Dia lah yang melakukan segalanya untuk membuatmu mau bertahan bersamanya...''







''Itu artinya, kau jauh lebih spesial dan berharga untuknya...''







''Tapi dia tak mencari ku...'' ucap Lia sedikit menunjukkan kesedihannya.







''Dia mencari mu. Tapi bukan untuk membawamu kembali...''





Lia menatap wajah Jisu yang nampak sangat menenangkan baginya. Entah, bagaimana saudarinya itu bisa tenang padahal keluarga mereka merasa sedih mengingatnya.






''Kenapa?''






''Dia fikir kau tak bahagia dengannya, itu kenapa dia tak mau membawamu kembali. Dia meminta para pengawal untuk mencari mu dan memastikan kau baik-baik saja. Hanya itu. Karena keselamatan dan kebahagiaanmu jauh lebih penting baginya...''






Lia terdiam mendengar ucapan Jisu. Benarkah yang dia katakan? Tapi sungguh, Jisu selalu lebih tahu banyak darinya. Apa semua orang di surga bisa memperhatikan semua keluarganya?








''Tunggu... Kau bis Atau semuanya. Tapi apa kau tahu kenapa aku bisa ada di tangga pagi itu? Aku sama sekali tak mengingatnya...'' tanya Lia yang membuat Jisu tertawa dan sedikit merasa bersalah juga.





''Ah...itu...aku meminjam tubuhmu, sama seperti sekarang. Hari itu aku tahu bahwa Jaehyun hampir menyerah dengan hidupnya karena merindukanmu...''







Mata Lia membulat sempurna mendengar jawaban Jisu.








''Kau membuatku menemuinya?!'' tanya Lia kaget yang mendapat geplakan di tangannya oleh Jisu.



















''Hei...dia tetaplah saudara kita, kau ingat itu! Aku tak mau terjadi apapun padanya. Tapi nyatanya waktuku untuk berada di tubuhmu habis saat aku berada di tangga. Jadilah kau tertidur disana...''jawab Jisu santai yang membuat Lia menggeplaknya juga.









''Kau membuat kak Johnny panik! Kau tahu itu!'' ucapnya kesal mengingat wajah panik Johnny hari itu sedangkan Jisu hanya tertawa lagi.









''Kau mengkhawatirkannya...''










''Dia pria yang baik...''









''Kembalilah padanya...''








''Aku tak tahu caranya. Maksudku, meminta izin pada yang lain...''





Jisu tersenyum dan mengusap kepala Lia penuh sayang lalu tangannya berakhir menutup mata Lia.


''Bangunlah...kau akan bertemu dengannya...''






















.
.
.


















Lia membuka matanya dan alisnya berkerut seketika. Bayangan samar yang lama-lama makin jelas membuatnya kaget. Sial! Jisu membawanya pergi lagi dan kini malah dia berbaring di halaman belakang rumah Johnny. Lia masih ingat betul tempat itu.








''Sial sekali kau Jisu! Bagaimana caramu memasukkan ku kerumahnya ini? Dan kenapa tak meletakkan ku di kasur ruang tamu saja?'' gerutunya kesal sambil bangkit dan membersihkan dirinya dari rumput yang menempel padanya.










Langit sudah terang, jauh berbeda dengan ingatannya terakhir saat sedang duduk berempat dengan saudaranya. Namun saat dia menoleh ke atas, tirai kamar Johnny masih tertutup membuatnya mengerutkan alisnya.









''Apa dia belum bangun jam segini? Dia bisa terlambat ke kantor!''













Lia langsung berlari masuk kedalam rumah dan berjalan menaiki tangga. Dia tak memperhatikan bahwa ada Lucas yang tertidur di sofa ruang tamu dan Lucas pun tak terbangun karena kaki telanjang Lia membuatnya tak menimbulkan suara sama sekali saat berlari.










Lia tiba di depan kamar Johnny dan mencoba membuka pintunya namun ternyata pintu itu terkunci dari dalam.









Tok...tok...tok....!










Tak ada jawaban dari dalam membuat Lia kembali mengetuk pintunya lebih keras lagi.









TOK....TOK...TOKKK.....!!












''Ada apa Kun?''






Lia merasa lega mendengar suara Johnny meskipun suara itu terdengar lemah sekali.










Kembali Lia mengetuk pintunya dengan kencang membuat Johnny mau tak mau membuka kunci pintunya. Kesal juga karena Kun berani sekali mengetuk pintu dengan kasar.







''Ada apa dengan-''














Ucapannya terhenti dan matanya membulat sempurna sedangkan Lia menatapnya dengan tatapan kesal setelah melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.








Berantakan! Lia tak suka! Apalagi nampak dari sudut matanya kalau kamar itu jauh lebih berantakan lagi.









''Astaga.....KAK JJOOHHNNN.....!!''



























.
.
.















She  || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang