5

193 20 0
                                    

Jaehyun memilih duduk menyender di bangku taman belakang rumahnya dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Sungguh, dia masih yakin tadi itu nyata meskipun harus berdebat dengan istrinya Rose hingga dia harus meminta maaf karena membuat istrinya menangis.




Sebagai seorang istri sekaligus kakak, Rose pasti ada diambang kebimbangan saat mendengarnya. Di satu sisi dia bahagia mendengar Jaehyun melihat adiknya sedangkan di sisi lain dia merasa sakit karena ternyata Jaehyun masih memikirkan Lia.



Menyakitkan bukan? Tentu itu tak sebanding dengan sakit yang adiknya rasakan sebelum akhirnya memutuskan untuk bunuh diri 3 tahun lalu setelah acara pernikahan mereka.





''Kau harusnya sadar Jae. Orang yang sudah tiada tak akan bisa hidup lagi...''




''Tapi... Kenangan itulah yang masih hidup sampai sekarang...''






Jaehyun membuka matanya dan menatap langit biru dihiasi sedikit awan. Menyilaukan namun menenangkan baginya. Setidaknya, itulah caranya untuk mengingat bagaimana damainya tempat tinggal Lia sekarang.





''Kau bahagia kan disana. Kau bisa menertawai kami sekarang. Orang-orang yang sudah menyakitimu dan membuatmu menagis di sisa akhir hidupmu...''




''Aku tahu...aku tahu semua perih mu, lukamu dan keluh kesahmu. Tapi aku yang malah memperburuk semuanya...



...Maafkan aku... Maaf aku yang sudah membuatmu menyerah menghadapi hidup. Kau tahu... Aku menyesal... Aku menyesal menyakitimu seperti itu hingga aku harus merasakan kehancuran diriku sendiri setelah kehilanganmu. Aku menyesal, Lia... Aku menyesal...''






Jaehyun tertunduk meneteskan air mata merasakan sakit dan sesak di dadanya. Seakan kembali ke masa yang lalu dimana kenangan Indah, manis dan penuh cinta itu dia rusak dalam sekejap dan mematikan dalam hitungan hari.







''Meributkan hal ini pun percuma...''









Jaehyun tersentak lalu menoleh ke sumber suara. Disebelahnya sudah ada adiknya, Jaemin berdiri dengan tangan masuk kedalam saku celananya. Nampak dari penampilannya jelas sekali anak itu baru saja pulang dari kampus.






''Pertengkaran kalian tak akan membuat Lia hidup lagi. Malah mungkin Lia hanya akan makin sedih karena pengorbanannya percuma...'' lanjut Jaemin dengan suara datarnya.






''Dia tak pernah berkorban...''








''Tapi dia merelakan. Merelakan orang-orang seperti kalian yang sudah menyakitinya untuk bahagia diatas penderitaannya. Seharusnya kalian bersyukur supaya Lia bisa tenang disana...''








Jaemin menoleh ke arah Jaehyun masih dengan tatapan datarnya.









''Kakak baik-baik saja?''








''Aku-''







''Aku hanya ingin mendengar jawaban baik karena itu yang ingin mama dan papa dengar...'' potong Jaemin dengan santainya kembali menatap ke depan.







''Mereka memintamu datang untuk itu?''








''Iya... Kalau tidak, untuk apa aku datang...''







Jaemin benar. Untuk apa dia datang menemui orang yang sudah membuat sahabatnya itu meninggal percuma? Sialnya itu adalah kakaknya sendiri. Karena kakaknya, dia harus mengubur sendiri sahabatnya di pemakaman yang menjadi tempat istirahat terakhir gadis manis itu.




''seharusnya aku menjauhkan Lia darimu sejak awal...''






Itu benar. Jika saja Jaemin melakukannya, mungkin Lia akan masih bersama mereka sekarang. Meskipun Jaehyun akan melihatnya sebagai seorang adik yang jahat. Walaupun untuk dibayangkan itu akan sangat menyakitkan, setidaknya tak akan Se menyakitkan sekarang. Dimana hanya kenangan yang mengobati rasa rindu disusul dengan rasa bersalah dan penyesalan sedalam palung mariana.







''Aku melihatnya...''









''Berhenti mengingatnya maka kau akan berhenti melihatnya. Ini bukan pertama kalinya kau membuat keributan dengan kakak ipar...''





''Aku tau... Tapi tadi itu benar-benar tampak nyata...''





''Dia memang nyata. Sayangnya kalian yang membuatnya bagaikan imajinasi sekarang...''






Jaehyun tak lagi menjawab. Jaemin selalu saja membuatnya merasa makin bersalah. Luka di hati pemuda itu nampaknya lebih besar dari yang dia bayangkan.






''Aku akan membawa Jaeden menginap dirumah. Gunakan waktu kalian untuk berbaikan...''






Dengan begitu Jaemin langsung berbalik pergi meninggalkan Jaehyun disana sendiri. Ya, selalu seperti ini. Dia harus menyusun kata untuk meminta maaf pada Rose.

Bukan masalah besar sebenarnya. Dia sendiri bingung kenapa ini menjadi sangat sulit baginya. Padahal dulu dia selalu lebih sering mengutamakan Rose dibanding Lia. Mungkin itu yang disebut pengalihan dari rasa bosan. Dan sekarang dia baru menyadarinya.









''Aku menyesal Lia... Tolong maafkan aku...''















.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Jung Jaemin23 tahunAdik Jaehyun, mahasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Jaemin
23 tahun
Adik Jaehyun, mahasiswa

She  || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang