7

156 20 0
                                    

''Kalian akan merestui mereka?''








Suara itu membuat empat orang lainnya yang tengah duduk di ruang tamu menoleh seketika. Bahkan mereka langsung berdiri serempak melihat siapa yang datang. Seorang gadis yang masih menggunakan seragam SMA menatap kedua orang tuanya dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang memerah. Mereka tahu, gadis itu tengah menahan amarahnya sekarang. Bahkan dia sama sekali tak menoleh pada pada pemuda 23 tahun yang secara fakta masih memegang status sebagai kekasihnya.









''Lia... Dengar dulu...''








''Kalian akan memberi mereka restu,begitu?'' tanya Lia lagi memotong ucapan papanya yang kini nampak bingung harus menjawab bagaimana. Dia tahu semua ini salah dan pasti akan menyakiti putri bungsunya itu. Namun sekali lagi, keadaan tak bisa memberinya banyak pilihan.








''Lia...tolong mengerti keadaan kakak kali ini-''









''Kapan aku tak mengerti keadaanmu?! Kapan?! Katakan!''








''Lia...! Jangan membentak kakakmu!''







Sandara memperingati Lia membuat semuanya menoleh padanya. Kecuali Lia. Tatapan matanya yang setajam pedang masih menghunus pada kakak sulungnya, Rose.









''Kapan? Katakan?! Kapan aku tak pernah memahami keadaanmu?! Aku selalu mengalah selama ini bahkan disaat orang-orang pun menyadari bagaimana kasih sayang orang tua kita berat sebelah hanya untukmu. Aku berusaha menutup telinga untuk itu...!





Kau yang selalu bersikap sesukamu, mengabaikan rumah dan apapun selain memikirkan dirimu sendiri, aku diam untuk itu. Kau yang setiap saat selalu mendapatkan barang baru sedangkan aku selalu diminta menggunakan barang bekas mu, aku juga diam. Katakan dimana kurang pengertiannya aku padamu?!'' teriak Lia penuh amarah dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Sungguh, dia lelah. Dia lelah selalu mengalah pada kakaknya itu.









''Lia...''









''Aku tahu... Aku tak secantik kakak. Aku tak sehebat kakak... Aku tak seberbakat kakak... Aku belum bisa membanggakan apapun pada kalian. Tapi tidakkah kalian melihat sedikit saja kelebihanku ?



Ingatkah kalian kalau selama ini akulah yang ada untuk membantu kalian dirumah ini? Aku yang bahkan mati-matian mengejar beasiswa supaya kalian bisa mengumpulkan uang untuk kuliah kakak? Disaat dia saja sekolahnya selalu berantakan!''










''Lia! Cukup!''









Rose berjalan mendekat dan menarik lengan Lia yang akhirnya membuat mereka saling bertatapan penuh amarah sekarang. Sedikit senyuman terukir di sudut bibir Lia melihat kemarahan kakaknya itu. Mengabaikan pria yang tengah menatapnya dengan rasa bersalah.









''Ada apa? Kau tersinggung dengan ucapan ku? Bukankah itu semua benar? Kau mungkin berbakat dalam kelas seni, tapi nilai sekolahmu yang lain sangat berantakan. Kau juga sering bolos kelas hingga harus membuat mama dan papa sering dipanggil sekolah...




Lihat aku. Apa aku pernah membuat mereka mengeluarkan sedikit saja uang untuk pendidikanku sejak SMP? Aku sudah tak pernah meminta uang lagi pada mereka. Bahkan walaupun itu hanya sekedar untuk uang jajanku diluar sekolah. Lalu kenapa? Kenapa masih kau yang diagung-agungkan dirumah ini? Kenapa selalu kau yang selalu merebut semua kebahagiaanku?!''






''Aku masih kakakmu, Lia...''









''Dan aku pun masih adikmu, jika kau masih ingat itu! Status kakakmu itu bukan artinya kau lebih baik dariku! Aku bahkan harus menanggung malu dari orang-orang yang membencimu diluar sana dan malah menyerang ku untuk balas dendam padamu. Se berengsek apa kau dulu disekolah sehingga aku yang menjadi-''












Pllllaaaakkkkk......!!









''Lia...!''












































''Tidak....!!''












Jaehyun terbangun dari tidurnya tepat saat suara gemuruh petir terdengar keras. Untung saja suaranya ataupun petir itu tak sampai membangunkan istrinya. Rose hanya nampak sedikit terganggu dan merubah posisi tidurnya saja. Sedangkan Jaehyun, dia sudah berlumuran keringat dingin sekarang. Bahkan dia nampak baru saja selesai mandi keringat.












''Taman...''










Tiba-tiba pikirannya hanya terisi dengan kata itu. Tanpa pikir panjang, Jaehyun langsung turun dari ranjangnya dan mengambil jaket serta kunci mobilnya. Entah kenapa, satu kata itu yang dia yakini akan membuatnya bisa merasa lebih tenang setiap selesai mengalami mimpi buruk seperti ini. Satu tempat yang dulu sangat suka di datanginya. Ya... Dia membutuhkan tempat menyendiri sekarang.












''Aku merindukanmu... Sungguh...''


















.
.
.














Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
She  || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang