3. GAFFI PEDULI?

1.1K 188 32
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

☁️☁️☁️

Bangun cepat di pagi hari adalah salah satu hal sulit yang harus Zehra kerjakan. Maka dari itu, gadis dengan tinggi 167 cm itu selalu bangun kesiangan.

Apalagi jika ada kelas pagi, sudah pasti akan terlambat. Seperti sekarang, dia bangun tepat pukul 09:15. Syukurlah karena tidak ada kelas pagi di hari ini. Setidaknya dia bisa bersantai dan tidak terburu-buru.

Menguap sebentar lalu memaksa tubuhnya untuk bangkit. Menggaruk kepala yang terasa sedikit gatal, lalu gadis itu keluar dari kamar. Hal yang tidak akan Zehra lupakan setiap bangun ialah minum susu vanila. Minuman favorit Zehra adalah susu vanila.

Bi Ijah selalu menyediakan makanan dan minuman Zehra. Iya, itu semua dilakukan oleh pembantu rumah tangga. Gina jarang sekali memasak sejak rumah tangganya dan Danish hancur. Jadi, Bi Ijah lah yang selalu memasak untuk mereka.

"Pagi, Bi," sapa hangat Zehra pada sosok Bi Ijah yang tengah membersihkan dapur.

Wanita berusia 50 tahun itu melempar senyum hangat pada putri majikannya.

"Pagi, Non Zehra."

"Udah makan belum, Bi? Ayo makan bareng." Zehra mengajak dengan santai. Karena sudah lama dekat, mereka berdua menjadi sangat akrab.

"Udah, Non."

Mengangguk saja. "Bunda mana?" tanya Zehra seraya memakan roti dengan selai buatan Bi Ijah, dan tak lupa segelas susu putih.

"Sepertinya Nyonya belum pulang dari semalam, Non," jawab Bi Ijah.

Mengernyit sebentar lalu mengedikkan kedua bahu. "Nanti kalo Bunda pulang, Zehra minta tolong lihat-lihat siapa yang nganter ya, Bi."

Bi Ijah mengangguk seraya mengacungkan jempol. "Siap, Non Zehra."

"Kalo gitu, Zehra ke atas dulu ya, Bi."

"Iyaa, Non."

Tak ambil pusing, dia cukup memantau sang Bunda dari jauh saja. Yang pasti, tidak ada lelaki lain yang bisa menggantikan posisi Ayahnya di rumah ini.

Zehra kembali ke kamar untuk melanjutkan aktivitas rebahan. Hari ini kelas dimulai pukul 10:30 jadi Zehra masih punya banyak waktu untuk bersantai.

Hari-harinya hanya rebahan dan menikmati masalah kehidupan. Masalah rumah, Kampus, hingga perasaan. Baru ingin tertidur lagi, dia dibuat tersentak kala mengingat tanggal.

"Shit! Gue lupa konsultasi."

Menepuk jidat lalu menyugar rambutnya ke belakang. Zehra lupa kalau kemarin ada jadwal konsultasi dengan Psikolog mengenai PTSD yang dideritanya.

Ah, kenapa dia sampai selalai ini. Bukan sekali dua kali, tapi sering kali Zehra lupa jika saja Danish tidak mengingatkan.

Danish tidak ada mengingatkan Zehra. Tapi, sang Ayah sempat datang ke rumah. Apa jangan-jangan kedatangan Danish kemarin untuk bertemu Zehra dan mengajaknya konsultasi? Jika iya, mengapa Gina tidak memberitahu.

Menyebalkan, dia lupa kalau Sang Ibu tak akan mungkin peduli dengan Zehra. Dari pada penasaran, Zehra memilih untuk menghubungi Danish. Mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas dan mencari nomor sang Ayah.

Sial, saat mencari nomor sang Ayah, Zehra dikagetkan dengan spam chat dari Danish. Astaga, dia lupa kalau kemarin tidak mengecek ponsel seharian.

Zehra lupa, iya lebih tepatnya dia masa bodoh dengan semua orang. Ternyata sudah banyak pesan chat dari Danish yang berisikan permintaan maaf karena tidak bisa mengantar Zehra konsultasi untuk 1 bulan ke depan dikarenakan pergi ke luar kota.

Cinta untuk ZehraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang