8. BELUM MEMBAIK

992 174 53
                                    

Haiiiiii 😊👋

Ada yang rindu Gaffi dan Zehra, nggak? 🤔

Maaf ya, akhir-akhir ini jadi sering terlambat up. Soalnya tugas kuliah lagi banyak-banyaknya. Belum lagi ada beberapa masalah di kehidupan hehehe 😅

Eh, kok malah curhat? Wkwkwk
Ya udah, langsung baca aja ya.


JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

☁️☁️☁️

Di saat orang-orang peduli terhadap kesehatan mental Zehra. Justru Zehra sendiri yang tidak menyayangi dirinya sendiri. Gadis itu tidak konsultasi ke Psikolog dan Psikiaternya secara rutin sesuai yang sudah dijadwalkan. Kondisi semakin memburuk akibat beberapa tekanan.

Dia sampai di rumah sore hari dan langsung berlari masuk ke kamar. Dia bahkan tidak sempat menyapa Bi Ijah yang tengah menyapu rumah. Zehra merasa tidak aman, dia terancam jika keluar dari kamar.

Alhasil gadis tomboi itu mengurung diri hingga malam. Melewatkan makan malam padahal dia tidak ketiduran. Zehra tidak bisa tidur, pikirannya terus berkelana kemana-mana.

Bahkan rasanya untuk tenang saja susah. Karena tidak punya pilihan lain, Zehra meminum obat tidur.

Dia berjalan menuju nakas dan mencari obat tersebut di laci nakas. Obat tidur yang biasa Zehra minum ketika dia tak bisa mengontrol diri lagi.

"Maaf, Yah. Zehra udah nggak kuat," ucapnya menghapus air mata yang menetes dari pipi kanannya.

☁️☁️☁️

Efek dari obat tidur tersebut benar-benar membuat Zehra tidur lama hingga kesiangan. Pagi ini yang harusnya dia ada kelas pagi, harus terlewat akibat kesiangan.

Tak apa, Zehra tidak peduli dengan semua itu. Sekarang dia hanya mencoba untuk rileks walau dia yakin sesampai di Kampus nanti belum tentu Zehra akan bisa tenang.

Gadis dengan rambut digerai bebas itu melangkahkan kaki jenjang miliknya di koridor Fakultas dengan langkah lebar dan cepat. Dia memasuki kelas dengan nafas memburu. Kali ini Zehra berhasil datang lebih cepat, yakni terlambat 20 menit.

Di dalam kelas tidak ada sama sekali materi yang masuk ke dalam otaknya. Bagaimana tidak masuk? Zehra hanya bermain ponsel dan sesekali tidur dengan tumpuan tangannya.

Satu notifikasi masuk membuat Zehra buru-buru membuka ponsel. Notifikasi itu dari sang Ayah. Danish berkata akan mengirimkan Zehra uang bulanan. Helaan nafas kasar terdengar dari Zehra. Dia tidak butuh uang itu, dia hanya butuh Ayah dan Bundanya kembali bersama.

Cinta untuk ZehraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang