JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
☁️☁️☁️
Kalau udah ngumpul pasti lupa waktu. Begitulah yang dirasakan Gaffi, dia hampir lupa kalau hari sudah sore. Jadi, mereka memutuskan untuk bubar sebelum adzan Ashar dan memilih ke Mushola untuk menunggu waktu Ashar.
Usai menunaikan sholat ashar, semuanya memutuskan untuk bubar dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
Gaffi, Nathar, dan Vito akan pulang. Sedangkan Melvin dan Raihan memilih pergi ke toko roti dan restaurant untuk melihat perkembangan toko.
Walau sama-sama hendak pulang, tapi mereka tidak pulang dalam waktu yang sama.
Nathar pulang lebih dulu karena sudah ditunggu Hana di rumah. Lalu Vito? Lelaki itu pulang usai Nathar pergi 5 menit yang lalu. Dan Gaffi terakhir.
Lelaki yang mengenakan kemeja berwarna abu dengan lengan kemeja digulung hingga ke siku itu baru akan pulang usai selesai menelpon Bundanya.
Iya, dia dapat telpon dari sang Bunda, jadi harus pulang terakhir.
Berjalan menuruni anak tangga Mushola seraya menelpon. Ketika hendak memutuskan panggilan telponnya, tanpa sengaja netra teduh itu melihat seorang lelaki berperawakan tinggi sedang berjalan menelusuri lorong Fakultas.
Mengernyit kecil lalu memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celana, kemudian memusatkan penglihatan pada objek sebelumnya.
Tunggu, sepertinya Gaffi mengenal lelaki itu. Tinggi, menggunakan kaos yang dibalut jaket kulit warna hitam. Dia adalah Mavra.
Ya, Gaffi tidak salah lagi. Mau apa dia ke Fakultas ini? Apa ingin mencari Zehra? Apa dia tidak jerah menyakiti gadis itu?
Entah dorongan apa yang ada dalam diri Gaffi sehingga dia menghampiri Mavra. Langkah lebarnya mampu membuat dia mengejar langkah Mavra.
"Mau ngapain lo di sini?" tanya Gaffi tenang.
Mavra berhenti dan membalikkan badan. Netranya menajam kala mendapati Gaffi di belakangnya.
"Apa urusan lo?"
Bukannya menjawab, dia malah bertanya balik. Oh, jangan lupakan nada sinis Mavra. Dia merasa terintimidasi jika harus berhadapan dengan Gaffi.
Gaffi menaikkan satu alis, tatapan teduh itu berubah datar.
"Berhenti cari Zehra. Lo nggak ngerasa bersalah untuk apa yang lo lakuin ke dia selama ini?"
Mavra lantas menyunggingkan senyum miring. "Sejak kapan lo peduli soal Zehra?"
"Ya, perlu lo tau kalo ini bentuk permintaan maaf gue ke Zehra."
"Cara lo salah. Dengan kayak gini bukan buat Zehra maafin lo, tapi dia makin takut. Jadi mulai sekarang lebih baik jauhi Zehra. Lo perlu lihat perkembangannya, dia belum pulih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Zehra
Ficção AdolescenteTentang Zehra, gadis tomboi pengidap gangguan mental yang jatuh hati pada lelaki sholeh bernama Gaffi. Trauma masa lalu membuat hidupnya berubah drastis. Mencintai lelaki yang bukan hanya sekedar paham agama melainkan taat agama merupakan tantangan...