1

2.7K 320 25
                                    

Aran berjalan menyusuri jalanan ibukota Jakarta di malam hari dengan mendorong motor tuanya yang lagi-lagi mogok. Hal yang membuatnya kesal adalah semua bengkel di setiap jalan yang ia susuri sudah pada tutup. Itu karena waktu sudah menunjukan pukul 1 malam, dan terpaksa ia harus mendorong motornya sampai rumah.

"Motor jelek! Udah tau malem begini malah mogok!"

"Tar kalo gue udah punya duit banyak bakal gue jual Lo terus gue beliin motor baru yang lebih cakep dan ga nyusahin kaya Lo! Bangke emang Lo Juki!" Sepanjang perjalanan Aran mengomeli motornya. Pasalnya jarak rumahnya masih jauh, dan ia sudah mendorong motor itu sekitar 2 km lebih.

Aran baru saja pulang dari kantor tempatnya bekerja karena ada beberapa kerjaan yang belum selesai dan mengharuskannya lembur malam ini.

Tadinya ia bersama dua temannya yang lain, yang juga lembur disana. Tapi kerena rumah mereka beda arah, mereka berpisah saat keluar dari kantor. Dan sialnya, baru saja keluar dari gerbang kantor, motor butut Aran mengalami kemacetan dan tak mau menyala. Ia ingin meminta bantuan tapi teman-temannya sudah pada pulang.

"Ini semua gara-gara pak Pucho nih. Kalo aja pak tua itu ga minta gue lembur, gue ga akan susah kaya gini. Apalagi si Juki kalo dah malem pasti ngambek mulu gamau nyala"

"Sial banget anjing! Mana sepi banget lagi"

Aran berbicara dan mengomel sendiri. Rasa kantuk dan lelah akibat bekerja seharian membuatnya mulai lemas. Ingin menelpon pacarnya untuk meminta tolong tapi ponselnya lowbatt dan ia lupa membawa charger serta powerbanknya yang tertinggal di kantor. Selanjutnya kesialan apa lagi yang akan Aran dapat malam ini, sudah cukup rasanya ia kesusahan seperti ini.

Aran menghentikan langkahnya di pinggir jalan. Ia duduk di trotoar sambil meminum air putih yang masih tersisa di tas ranselnya.

"Huh! Capek banget gue" gumam Aran.

Ia mengambil ponselnya di saku celana dan mencoba menghidupkannya. Berkali-kali ia mencoba tapi ponsel itu tetap tak mau menyala.

"Hp sialan!" Kesal Aran. Ia sudah mengangkat tinggi ponselnya untuk ia banting, tapi atensinya teralihkan pada seseorang yang berjalan sempoyongan ke arahnya.

"Anjing ada orang gila!" Aran buru-buru bangkit dan mendorong motornya lagi agar menjauh dari orang itu. Jujur saja ia sangat takut dengan orang gila. Takut orang itu hanya modus dan memalak dirinya.

"Hei! Mau kemana Lo?! Tolong gue!" Orang gila itu berteriak.

Aran yang sudah sedikit menjauh darinya menghentikan langkah dan menatap seseorang yang berdiri tak jauh dibelakangnya. Karena minimnya penerangan di jalan, Aran tak bisa melihat jelas siapa orang itu. Tapi dari siluet yang ia tangkap sepertinya orang itu perempuan. Terlihat dari rambutnya yang panjang dan postur tubuhnya.

"Orang gilanya cewe anjir! Takut gue" Aran bergidik dan buru-buru kembali mendorong motornya. Baru beberapa langkah, suara dari orang itu lagi lagi menghentikannya.

"Enak aja gue dibilang gila! Lo yang gila ninggalin cewe sendirian disini. Tolongin gue!" Teriaknya. Rupanya orang itu mendengar ucapan Aran tadi.

Langkah Aran terhenti, ia menstandar kembali motornya dan berjalan mendekat ke arah gadis itu.

"Lo kenapa malem malem sendirian disini?" Tanya Aran ketika ia sudah dekat dengan gadis itu.

"Tolongin gue! Cepet!" Ucapnya mengangkat tangannya. Ia sudah terduduk lemas di trotoar.

"Tolongin apa? Gamau gue. Lo mau modus kan? Nanti Lo pasti ngambil barang-barang gue, terus Lo palakin. Iya kan? Udah tau gue otak busuk orang orang kaya Lo ini" ucap Aran.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang