27

1K 207 9
                                    

Aran melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota Jakarta di siang hari. Disampingnya ada Chika yang hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di jendela mobil.

Sesekali Chika menoleh menatap wajah samping Aran yang fokus menyetir. Setelah tadi mengetahui bahwa Aran mengidap penyakit jantung, ia jadi merasa bersalah karena selama ini sudah bersikap kasar pada laki-laki itu.

Benar yang Aran katakan, bahwa ia adalah perempuan yang sangat kasar. Sudah sebanyak itu juga ia menyakiti Aran secara fisik, bahkan non-fisik. Padahal laki-laki disampingnya ini adalah suaminya.

Chika menghela nafasnya, ia sedikit menyampingkan dirinya menghadap Aran.

"Aran" panggilnya menyentuh punggung tangan Aran.

"Ya?" Aran menoleh sekilas pada Chika lalu kembali fokus pada jalanan.

"Mau ke dokter aja? Takutnya ada apa apa sama jantung lo" tawar Chika. Ia sedikit khawatir karena tadi Aran kesakitan setelah ia mendorongnya.

Aran menoleh dan tersenyum tipis, "gausah lah ngapain juga. Udah biasa kok sakit kaya gini"

"Tapi tadi gara-gara gue dorong kan?"

"Gapapa" balas Aran balik menggenggam tangan Chika.

"Maafin gue ya?" Ucap Chika tulus.

Aran menoleh sekilas, ia mengerutkan keningnya. Tumben sekali gadis disampingnya ini meminta maaf bahkan mengucapkan kata maaf.

"Untuk?" Tanyanya pura-pura tidak mengerti.

"Selama ini gue udah banyak salah sama Lo"

"tumben?" Ucap Aran terkekeh kecil

"Iiih Aran serius" ucap Chika menghempas tangan Aran yang menggenggam tangannya. Lalu ia kembali mengambil tangan Aran dan menggenggamnya.

"Maafin ya?" Pinta Chika lagi melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Baru nyadar sekarang ya?" Aran masih dengan mode menyebalkannya.

"Tau ah gajadi! Ngeselin!" Kesal Chika menghempas tangan Aran dengan hentakan, ia melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya ke arah luar.

"Baru juga minta maaf" cibir Aran

"Abisnya Lo ngeselin"

Aran terkekeh. Ia menarik tangan Chika untuk ia genggam. "Iya dimaafin" ucapnya setelah mengecup punggung tangan Chika.

Chika menoleh, ia terkejut karena Aran mencium tangannya. Ia tatap wajah Aran yang tersenyum sambil fokus menyetir, bahkan Chika tak menolak atau marah sama sekali dengan perlakuan Aran tadi padanya.

"Aran" panggil Chika lagi.

"Hm?" Dehem Aran. Ia menoleh sekilas.

"Sejak kapan?"

"Apanya?"

"Sejak kapan Lo sakit jantung?"

"Sejakkk..." Aran menggantung ucapannya lalu membelokkan stirnya ke area mall.

"Dari kecil" lanjutnya setelah mematikan mesin mobilnya.

"Serius?" Tanya Chika terkejut.

Aran mengangguk lalu ia melepaskan seatbeltnya dan menatap Chika yang masih dengan wajah terkejutnya.

"Bawaan dari bayi sama ada keturunan juga dari bokap" jelas Aran.

Chika semakin dibuat terkejut dengan penjelasan Aran.

"Dan bekas luka jahitan yang Lo liat tadi, ini emang udah pernah dibedah satu kali. Tapi ya namanya gue dan keluarga ga ada biaya buat berobat lanjutan, jadi pengobatannya dihentikan" lanjutnya setelah mereka keluar dari mobil.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang