7

958 218 3
                                    

Hari ini adalah hari minggu, yang mana Aran sedang libur bekerja. Ia bangun pagi pagi sekali untuk ber olahraga. Setelah melakukan pemanasan yang cukup, Aran pun mulai berlari di sekitaran komplek saja. Ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari libur.

Sudah hampir 20 menit ia berlari dari ujung ke ujung, Aran pun memutuskan untuk mampir ke rumah bundanya yang tak berjarak jauh dari rumahnya.

Ia menghampiri bundanya yang sedang menyiram tanaman di halaman lalu mengecup pipinya.

"Pagi bundaa" sapa Aran tersenyum manis.

"Kamu ngagetin bunda aja deh. Dari mana?" Tanya bundanya. Shani Indira.

"Biasa Bun, abis keliling" balas Aran.

"Duduk sini" Shani mengajaknya untuk duduk di teras rumah. Aran pun mengikutinya.

"Selonjorin kakinya" titah sang bunda.

Aran menurut, ia menselonjorkan kakinya sambil mengelap keringat di dahinya.

"Kamu mentang mentang udah nikah jadi jarang nengokin bunda sekarang ya" cibir Shani.

"Ga gitu bunda. Bunda kan tau aku sibuk kerja"  balas Aran.

"Hm, iyadeh"

"Istrimu gimana?" Tanya bundanya.

Aran menghela nafasnya pelan, lalu melemparkan pandangannya pada tanaman bunga depan rumah. Bundanya memang sangat menyukai bunga.

"Gak gimana gimana Bun. Bunda kan tau, Aku sama dia sama-sama gak menginginkan pernikahan ini" ucap Aran.

"Nak, pernikahan itu sakral loh. Kalian udah sah"

"Iya aku tau bunda, tapi kan ini karena terpaksa, ga ada perasaan apapun diantara kami berdua. Kami cuma terikat status, Selebihnya gak hubungan ada apapun"

Shani menatap wajah samping anaknya. Ia mengusap punggung sang anak.

"Aku gatau sampai kapan ini berakhir" ujar Aran menghela nafas berat.

"Kamu masih sama Anin?" Tanya Shani.

"Masih Bun, aku sayang banget sama dia"

"Aku tetep akan nikahin dia setelah lepas dari ikatan gajelas ini" lanjutnya.

"Bunda dukung apapun yang kamu lakuin asalkan tidak menyakiti orang lain. Bunda yakin kamu bisa lewatin ini" ucap Shani menepuk pundak anaknya.

Aran mengangguk. Setidaknya ia masih punya kekuatan karena bundanya selalu mendukungnya.

"Mau sarapan?"

"Mau Bun. Aku males masak" sahut Aran.

"Istrimu?" Tanyanya terkekeh.

"Anak manja kaya dia mana bisa masak" ucap Aran berdiri lalu masuk ke dalam rumah bundanya.

Shani hanya terkekeh pelan lalu ikut menyusul Aran masuk ke dalam rumah.

***

Aran meletakkan sepatunya di rak setelah selesai berolahraga. Ia masuk ke dalam rumah menuju kamarnya untuk segera bersih bersih karena badannya yang sudah lengket akibat berkeringat.

Beberapa menit kemudian Aran keluar dari kamarnya bertepatan dengan Chika yang baru keluar kamar dengan wajah bantalnya. Sepertinya gadis itu baru bangun. Aran menatap sekilas pada gadis itu lalu ia berjalan menuju dapur sembari membawa laptop dan hpnya.

Chika hanya meliriknya sekilas dan berjalan menuju dapur. Ia menuangkan air ke dalam gelas lalu meneguknya.

Sementara Aran, ia membuat kopi terlebih dahulu lalu membawanya ke meja makan sembari menghidupkan laptopnya.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang