29

977 214 16
                                    

Sesampainya di rumah, Aran melangkahkan kakinya masuk dengan langkah penuh rasa bersalah. Setelah tadi dari rumah Anin, pikirannya jadi kemana-mana, keluarga Anin memintanya untuk meresmikan hubungan mereka, sedangkan posisi Aran sekarang berada di ambang kebingungan. Bagaimana ia menyelesaikannya? Ingin menikahi Anin tapi pernikahannya dengan Chika?.

Ia masih belum memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Anin. Ia yakin Anin pasti akan sangat terluka dan keluarganya pun juga pasti kecewa.

Aran menarik nafas panjang, semua sudah benar-benar rumit sekarang. Apa yang harus ia lakukan?.

"Lama banget sih" Chika yang baru saja keluar dari kamarnya berjalan menghampiri Aran yang masih berdiri di dekat pintu.

Ia mengambil alih plastik yang Aran bawa lalu membukanya.

"Buat gue kan ini?" Tanyanya.

Aran hanya mengangguk lalu berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya disana. Ia menyandarkan tubuhnya sembari memijat pelipisnya yang berdenyut. Semakin hari semakin saja sulit mengendalikan perasaannya.

"Lo kenapa? Berantem sama pacar Lo?" Tanya Chika yang juga ikut duduk disamping Aran.

Aran menggeleng sebagai jawaban.

"Terus?"

"Makan gih" ucap Aran mengalihkan.

"Ditanyain apa jawabnya apa" gumam Chika yang masih dapat didengar oleh Aran.

"Lo udah makan belum? Tapi ini Lo belinya cuma satu"

"Buat Lo aja, gue udah"

"Yaudah" Chika membawa makanannya ke dapur meninggalkan Aran yang terdiam di sofa.

Chika makan sambil sesekali melihat Aran yang masih duduk di sofa ruang tengah. Tumben sekali laki-laki itu diam.

Aran memejamkan matanya, kepalanya sangat berisik dengan berbagai macam hal yang ia takutkan. Ia takut Anin mengetahui kebenarannya, dan ia takut Chika juga akan meninggalkannya jika ia menikahi Anin. Kalau boleh jujur, Aran ingin egois untuk memiliki keduanya.

"Hei"

Aran membuka matanya saat merasakan tepukan di pundaknya. Ia menoleh mendapati Chika yang duduk disampingnya.

"Kenapa? Pusing? Ada masalah?" Tanya Chika.

Aran mengangguk pelan.

"Mau cerita?"

Aran tidak menjawab, ia menghela nafas beratnya.

"Berat banget kayanya masalahnya" ucap Chika.

"Gue boleh ngomong sesuatu ke Lo?" Pinta Aran.

"Ngomong aja"

Aran membenarkan duduknya menghadap Chika dan menarik satu tangannya untuk ia genggam. Ia menatap Chika dengan sungguh-sungguh.

Chika yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam. Ia siap mendengarkan cerita Aran.

"Tadi gue ketemu Anin"

"Gue tau"

"Dia dan keluarganya minta gue buat resmiin hubungan kita"

Chika mengangkat alisnya, "lalu?"

"Keluarganya minta gue buat secepatnya nikahin Anin"

"Terus? Lo siap?" Tanya Chika. Nada bicaranya masih terdengar santai.

"Engga" Aran menggeleng.

"Kenapa? Wajar kalo dia dan keluarganya minta Lo buat cepet cepet resmiin hubungan kalian yang udah 7 tahun itu. Lalu apa masalahnya?"

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang