31

958 216 9
                                    

Aran sampai di rumahnya bertepatan dengan Chika yang baru saja keluar dari mobilnya. Ia langsung turun dari motor dan melepaskan helmnya.

"Chik"

"Chika" panggil Aran.

Chika hanya menoleh sekilas lalu ia menutup pintu mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah.

"Chik" Aran menahan tangan Chika ketika gadis itu akan memasuki rumah.

"Apasih?!" Ucapnya menghempas kasar tangan Aran. Ia masih kesal pada Aran yang mendiaminya hari ini. Terlebih lagi saat tadi di mall saat Anin mengatakan Aran adalah calon suaminya.

"Lo balikan sama dia?" Tanya Aran.

"Kalo iya kenapa? Bukan urusan Lo kan?"

"Jelas urusan gue, Lo bilang dia brengsek. Lo bilang dia selingkuhin Lo"

"Ya terus kenapa? Ga ada urusannya sama Lo"

"Lo bego apa gimana? Dia udah nyakitin Lo dan Lo masih mau balikan sama dia?" Tanya Aran menggeleng tak percaya.

"Jelas jelas dia ga baik buat Lo" lanjutnya.

"Terus menurut Lo siapa yang baik buat gue? Lo? Bahkan Lo ga jauh lebih baik dari dia. Lo juga brengsek!" Ucapnya lalu ia berjalan masuk meninggalkan Aran.

"Gue tau Lo masih marah karena semalem. Gue cuma gamau Lo salah pilih Chik, dia ga baik buat lo" ucap Aran yang masih kekeh untuk menyusul Chika.

"Lo gausah sok peduli sama gue, gausah ikut campur dalam hidup gue. Lo itu bukan siapa-siapa, ngerti?"

Setelah mengatakan itu Chika langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya dengan bantingan keras.

Aran hanya terdiam memandangi pintu yang tertutup itu, ia menghela nafasnya. Apa salah ia peduli pada gadis itu? Ia hanya tak ingin Chika disakiti lagi, ia tidak ingin melihatnya sedih. Jika Chika tak bisa dengannya, setidaknya gadis itu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik, dan itu bukan Zean.

Aran pun melangkahkan kakinya menuju luar. Ia menghidupkan motornya dan pergi ke rumah bundanya.

Menurutnya, kehadirannya di rumah itu hanya membuat Chika tidak nyaman, jadi mungkin untuk beberapa waktu ia tak akan pulang ke rumah itu lagi. Lagi pula Chika juga tidak menginginkannya, biarkan gadis itu tenang dan terbebas dari gangguan apapun.

Dengan begitu, Aran juga bisa segera menghapus Chika dari hati dan pikirannya.

"Kemana dia malem-malem gini?"



***

Tok tok tok

Ceklek

"Bun" Aran langsung menyalimi tangan bundanya.

"Nak, tumben malem-malem ke sini?"

"Kangen sama bunda" ucap Aran memeluk bunda Shani.

"Baru inget punya bunda?" cibir Shani sambil mengusap punggungnya putranya.

"Bunda ihh" Aran melepaskan pelukannya lalu berjalan masuk ke dalam rumah dan menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Ada apa? Kok murung gitu mukanya?" Tanya bunda Shani mendudukkan dirinya di samping Aran.

"Gapapa Bun" balas Aran, ia merosotkan tubuhnya dan berbaring di paha bundanya.

"Lagi capek banget ya? Mau bunda bikinin minum?" Tawar Shani sambil mengusap kepala putra semata wayangnya itu.

"Gausah Bun, nanti aja" ucap Aran.

"Chika tau kamu ke sini?"

Aran menggeleng.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang