6

1K 228 8
                                    

Pukul 8 malam, Aran baru saja sampai di rumahnya. Ia menaikkan alisnya bingung saat melihat sebuah mobil terparkir di halaman.

Ia melirik mobil itu sekilas sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Saat masuk, Aran terkejut melihat pak Pucho duduk bersama Chika di ruang tamu.

"Ah, Aran. Dari mana?" Seru Pucho bertanya saat Aran masih berdiri didepan pintu.

"D-dari luar pak" sahut Aran gugup. Jika ia bilang ia dari kantor, bosnya ini pasti tahu ia berbohong karena jam pulang kantor tidak selarut ini. Kecuali lembur.

"Saya pikir kamu lembur. Yasudah mari masuk, kenapa masih berdiri disitu?"

"Ah iya" Aran berjalan masuk dan menghampiri Chika dan papinya di ruang tamu. Ia meletakkan tasnya lalu ikut duduk bergabung disana.

"Chika, suaminya baru pulang masa gak disambut?" Kekeh Pucho.

"Hah?" Chika bingung ia harus melakukan apa. Ia pun berinisiatif sendiri mendekati Aran dan duduk disebelahnya.

"Sayaangggg, gimana kerjaannya hari ini? Cape ya?" Tanya Chika gelendotan di lengan Aran.

Aran yang melihat itu jadi geli sendiri. Ia menarik lengannya yang dirangkul oleh Chika tapi Chika menariknya dengan paksa hingga mereka kembali bersentuhan.

"Diem, kalo engga nanti papi curiga" bisik Chika.

"Pih, papi jangan banyak banyak dong ngasih kerjaannya ke suami aku. Kasian nih sampe kecapean gini dia" ucap Chika sembari menyapu keringat di dahi Aran.

Pucho yang melihat itu tersenyum. Ia pikir Chika sudah bisa menerima pernikahannya.

Aran terkekeh paksa saat Chika menyentuh wajahnya. Ia mendelik tajam pada Chika saat perempuan itu dengan sengaja menggosok wajahnya dengan keras.

"Oke, nanti papi kurangin" ucap Pucho

"Bikinin minum buat dia sana Chik" suruh Pucho.

"Ah, oke. Mau minum apa sayang?"

"Teh aja sayang. Makasih ya" ucap Aran mengikuti sandiwara Chika.

Setelah itu Chika pun pergi ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Aran. Ia mengintip ke arah luar melihat papinya dan Aran sedang mengobrol.

"Iyuhhhh, ngapain sih tadi gue pegang pegang dia. Ewhh geli gue" ucap Chika mengusap usap tangannya.

"Aha! Gue kerjain aja kali ya tu cowo mesum. Biar tau rasa!"

"Abisnya tadi dia ngeselin banget pas ketemu di kampus pake ngeledek gue segala" gumam Chika mengambil cangkir lalu ia isi dengan garam.

Chika mengaduk teh yang ia buat itu. Ia sudah mencicipinya sedikit dan rasanya sangat asin.

"Ini teh asin, bukan teh manis" ucapnya tersenyum lalu membawa secangkir teh itu untuk Aran.

"Ini sayang, diminum dulu pasti kamu haus kan abis dari luar" ucap Chika langsung menyodorkan teh itu ke depan mulut Aran.

"Iya makasih ya" ucap Aran mengambil alih gelas itu dan meminumnya.

"Hmmppffttt"

"Eh eh kenapa? Gak enak ya sayang?" Tanya Chika menahan tawanya.

"Anjing ini pasti dia kasih garem. Mana ada teh asin begini. Awas aja Lo ya" batin Aran kesal menatap tajam pada Chika yang sedang menahan tawanya.

"Aran, gapapa?" Tanya Pucho.

"Engga pak, tehnya panas" sahut Aran meletakkan gelas itu diatas meja.

Ia mengambil tisu dan mengelap mulut serta lidahnya yang masih merasakan rasa asin itu. Sepertinya Chika memasukkan 1 bungkus garam ke dalam teh itu karena rasa asinnya tak hilang hilang.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang