14

878 190 14
                                    

Sepulang dari kantor, setelah mengambil motornya Aran langsung saja pulang karena bunda dan kekasihnya sudah menunggunya di rumah. Ia melewati rumahnya dan disana tidak ada mobil Chika, itu artinya gadis itu belum pulang. Tapi Aran tidak peduli dengannya, mau gadis itu tidak pulang sekalipun ia tidak akan pernah mencarinya.

Aran berhenti didepan rumah bundanya dan memasukkan motornya ke dalam pagar. Ia berjalan masuk ke dalam rumah sambil menenteng satu kotak martabak manis untuk bunda dan kekasihnya.

"Assalamualaikum, bunda, sayang" panggil Aran. Ia menaruh tasnya di sofa.

"Haiii" Anin datang dari arah dapur dan langsung memeluk kekasihnya.

"Kangennn" ucapnya manja.

"Cantik banget sayangnya aku" ucap Aran mengecup puncak kepala Anin.

"Aku beliin martabak kesukaan kamu tuh" ucap Aran.

"Rasa keju?"

"Iya dong"

"Maacih sayang"

"Sama-sama sayangku"

"Tadi aku abis masak sama bunda, enak banget, kamu harus cobain" ucap Anin setelah pelukan mereka terlepas.

"Oh ya? Jadi gak sabar deh pengen cobain masakan kamu"

"Harus cobain pokoknya, kamu bersih bersih dulu gih"

"Yaudah, aku ke kamar dulu ya" ucap Aran yang diangguki oleh Anin.

"Bun" Aran menyalimi tangan dan mengecup pipi bundanya.

"Bau ih"

"Mana ada, wangi begini kok"

"Wangi kan sayang?" Tanyanya pada Anin.

"Bau acem, udah sana mandi dulu" suruh Anin.

Aran pun menurut dan berjalan menuju kamarnya untuk bersih-bersih. Sedangkan Anin dan bunda Shani menyiapkan makanan untuk mereka.

"Nurut ya dia sama kamu, kalo sama bunda pasti bilangnya nanti terus" ucap bunda Shani sembari menaruh menu masakannya di atas meja.

"Kadang-kadang Bun, biasanya juga kalo lagi telponan sama aku suka bilang nanti dulu nanti dulu, apalagi kalo udah ngegame dia" sahut Anin.

"Emang bandel anaknya tuh" ucap bunda Shani terkekeh mengingat tingkah Aran yang selalu menyebalkan itu.

Beberapa menit kemudian Aran pun keluar dari kamarnya dan bergabung di meja makan bersama kekasih dan bundanya.

Sudah seperti kebiasaan, Anin selalu menyiapkan makanan untuk Aran. Ia sudah seperti istri yang melayani suaminya.

"Nih, udah cocok banget kan aku jadi istri" ucap Anin terkekeh sembari menaruh piring berisi nasi dan lauk yang ia masak tadi dihadapan Aran.

Aran dan Shani yang mendengar itu saling pandang, terlebih lagi Aran, perasaan bersalah itu kembali membuatnya tidak tenang. Ia sudah sangat jahat sekali menyakiti gadisnya dengan menikahi orang lain. Hal yang selalu mereka impikan dari lama, menikah dan menua bersama.

"Kok diem? Ayo makan" ujar Anin.

"Iya iya makasih ya, tapi kamu juga makan dong" Aran menuangkan nasi ke dalam piring Anin.

"Udah biar aku aja ih, kamu makan aja" ucap Anin mengambil alih centong nasi di tangan Aran.

Shani yang melihat itu tersenyum, Anin sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri, mereka juga sudah kenal sejak lama, itulah kenapa Shani sangat senang jika Anin berada di rumahnya dan melihat sendiri bagaimana cara Anin memperlakukan Aran dengan sangat baik.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang