8

930 193 4
                                    

Seperti biasa, hari Senin adalah hari yang sangat berat bagi semua orang. Mereka yang masih ingin libur harus dipaksa kembali produktif saat hari itu tiba.

Seperti yang terjadi pada Chika dan Aran. Keduanya terlihat buru-buru pagi ini. Mereka tergesa-gesa dalam memasang sepatunya dan segera berlari ke luar rumah.

Aran yang hari ini ada liputan pagi terlihat panik. Pasalnya sudah hampir jam 8 dan sebentar lagi wawancaranya akan segera dimulai.

Sedangkan Chika, ia ada kelas pagi hari ini. Semalam ia begadang menonton film sampai bangun kesiangan.

Chika naik ke atas motor Aran dan merebut helm yang tergantung di motor lalu memasangnya. Ia tak peduli dengan Aran yang sudah menatapnya tajam.

"Ngapain lo?!"

"Udah buruan jalan tar gue telat"

"Lo apa apaan sih?! Turun ga?!"

"Gamau!" Chika memaku pantatnya diatas motor Aran. Ia tak mau turun meski Aran menarik tangannya dengan kasar.

"Plisss, hari ini aja gue nebeng sama Lo. Bentar lagi kelas gue dimulai" Chika menyatukan tangannya didepan dada dan memohon dengan tatapan sedihnya.

"Gue juga telat. Bentar lagi ada liputan, gue gabisa nganter Lo" ucap Aran

"Pliss, kalo gue nyari taksi ga akan sempet. Pliss Araannn"

"Gue ga ada waktu buat berantem sama Lo pagi ini. Ayo buruan" pinta Chika

Aran sudah siap mengeluarkan kata-katanya, belum sempat ia berbicara Chika sudah mengambil alih kemudi dan menyalakan motornya.

"Eh lo mau ngapain?!" Tanya Aran

"Buruan, kalo lo gamau gue tinggal" ucap Chika. Ia mengaitkan pengait helmnya dan bersiap untuk menjalankan motor itu.

"Buruan bego!" Ucap Chika ngegas. Ia menarik tangan Aran agar duduk dibelakangnya.

Chika pun mulai menjalankan motor butut Aran menuju kampusnya. Ia melajukannya dengan kecepatan tinggi membuat Aran dengan reflek berpegangan pada handle belakang motor.

"Emang Lo bisa bawa motor?!" Tanya Aran berteriak.

"Lo buta apa gimana hah?!" Teriak Chika. Ia menyalip pengendara motor yang sangat lambat didepannya serta menekan kuat klakson agar mereka menyingkir.

Aran tak menjawab lagi. Ia berpegangan dengan erat pada pada handle motor sembari menggumamkan banyak doa. Sungguh, jika hari ini ia harus mati karena gadis ini, ia lebih memilih terjun dari atas pohon daripada harus mati bersama gadis konyol ini. Ia tidak akan rela.

"JANGAN NGEBUT GUE GAMAU MATI MUDA!" Teriak Aran.

"PLISS, TUHAANN, GUE GAMAU NINGGALIN BUNDA GUE SENDIRIAN KALO HARUS MATI"

"GUE BELUM SIAP MATI"

"GUE BELUM NIKAHIN ANIN"

"GUE BELUM--"

"LEBAY LO!!" Sahut Chika.

"CEWEK ANEH PLISS KALO MAU MATI JANGAN NGAJAK NGAJAK GUE"

"GUE GA RELA KALO HARUS MATI SAMA LO!"

"CK! BERISIK!!" Chika makin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tak peduli dengan lampu merah dan melewatinya begitu saja.

"ANJING LAMPUNYA MASIH MERAH ITU!" Teriak Aran.

"BODO AMAT!"

"KITA BISA DITILANG!"

"BIARIN!"

"INI MOTOR GUA!"

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang