23

969 198 7
                                    

Paginya...

Aran terbangun lebih dulu dan merasakan pegal di pundaknya, ia menoleh mendapati Chika yang masih tertidur sambil memeluk lengannya.

Aran menggeliat pelan, ia diam sejenak untuk mengumpulkan nyawanya, melihat Chika yang masih nyenyak tertidur dan enggan membuka matanya membuat Aran tidak tega jika harus membangunkan gadis itu. Ia pun membiarkan posisi mereka seperti itu dulu.

Aran menyentuh dada kirinya yang semalam kembali kambuh, beberapa hari terakhir ia selalu merasakan sakit di bagian jantungnya.

Perlahan Aran bergerak melepaskan tangan Chika dari lengannya, ia berdiri pelan dan mengatur posisi tidur Chika agar gadis itu merasa nyaman dan membaringkannya di sofa.

Aran pergi ke kamarnya dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh Chika agar tidak kedinginan.

Ia diam sambil memandangi wajah Chika yang terlelap lalu mengangkat tangannya untuk yang menyingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu. Ia tersenyum tipis melihat wajah tenang Chika yang tertidur pulas.

"Lo cantik kalo lagi tidur kaya gini Chik"

"Ga keliatan cerewetnya"

"Gue harap gue bisa nahan perasaan ini"

Aran menggeleng, ia tidak boleh jatuh cinta pada Chika, ia sudah punya Anin, dan pernikahannya dengan Chika itu hanya sebatas kontrak, tidak boleh ada perasaan apapun diantara mereka.

Setelah kontraknya selesai, ia akan kembali pada Anin dan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Ia akan menikahi Anin, ya, ia hanya akan menikah dengan kekasihnya.

Aran bangkit lalu pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Hari ini ia libur ke kantor, jadi bisa lebih santai menghabiskan waktunya sambil beberes rumah.

Aran membuka kulkas dan mencari bahan untuk ia buat sarapan pagi ini, hanya ada telur dan beberapa sayur untuk membuat sup.

Ia diam sebentar memikirkan akan ia apakah dua bahan itu, setelah beberapa detik berpikir Aran memutuskan untuk membuat sup dengan telur sebagai pengganti ayam.

Aran memasak lebih dulu di rice cooker lalu ia lanjutkan dengan mencuci bersih sayuran dan memotongnya.

Chika terusik dari tidurnya dan menggeliat pelan, ia terperanjat kaget saat menyadari jika dirinya berada di ruang tamu dan
cepat cepat menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya.

Ia menghela nafas lega ketika baju yang ia pakai semalam masih terpasang dengan rapi. Chika sudah panik jika terjadi sesuatu dengan dirinya semalam.

Ia menoleh ke arah dapur saat mencium aroma sup yang membuatnya merasa lapar. Dengan wajah bantalnya ia bangkit lalu berjalan ke arah dapur.

Chika menepuk pundak Aran saat sudah berada di belakangnya yang membuat laki-laki itu sedikit kaget dan menoleh.

"Apa?" Tanya Aran lalu ia kembali fokus dengan kegiatannya.

"Lagi apa?" Chika bertanya dengan suara seraknya.

"Main futsal, Lo ga liat?"

Chika mendengus pelan, ia menyandarkan dagunya dengan nyaman di pundak Aran sambil memperhatikan laki-laki itu yang sedang memasukkan beberapa bumbu ke dalam panci.

Aran menghentikan gerakannya saat dagu Chika bertengger dengan nyaman di pundaknya, ia sedikit menoleh yang membuat pipinya bersentuhan dengan kepala gadis itu. Aran cepat cepat memalingkan wajahnya.

"Cuci muka dulu sana" suruh Aran

"Nantiii"

"Terus ngapain disini?" Aran beralih mengambil sendok untuk mencicipi sup buatannya.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang