5

1.1K 213 5
                                    

"Lecek banget muka Lo Ran. Hari ini gajian, biasanya Lo paling semangat deh" seru Oniel saat Aran datang dan duduk di meja kerjanya.

"Tau tuh biasanya paling semangat kalo mau liat duit" tambah Indah yang duduk disisi kanan meja Aran.

"Lagi kesel gue" sahut Aran menghidupkan komputer didepannya.

"Tumben amat. Siapa nih yang bikin temen gue kesel?" Tanya Oniel

"Biasalah ada cewek gila, kesel gue"

"Siapa?" Tanya Oniel dan Indah berbarengan

Aran diam menatap kedua temannya yang juga sedang menatapnya. Hampir saja ia menyebutkan nama Chika.

"Ga ada" sahut Aran cepat.

"Dih gajelas" ucap Indah

"Tau si anjir kaga jelas amat lu" Oniel memukul kepala Aran dengan map di tangannya.

Oniel dan Indah adalah pasangan kekasih. Keduanya sudah berhubungan lumayan lama, hampir 3 tahun. Awalnya mereka cinlok karena selalu berada di tim yang sama saat bekerja, tentunya bersama Aran juga. Jadi ketiganya memang sudah kenal cukup lama.

"Pak bos, pak bos" ucap Oniel cepat saat melihat atasannya yang masuk ke ruangan mereka.

Semua karyawan diruangan itu kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Selamat pagi" sapa pak Pucho pada mereka semua.

"Pagi, pak" sahut para karyawan.

"Hari ini gajian ya, pasti pada semangat" ucap Pucho diikuti kekehan kecilnya.

"Semangat dong pak" sahut mereka antusias.

"Nanti dibagiin sama sekertaris saya ya. Kalian lanjut saja kerjanya"

"Siap pak" sahut semua karyawan. Sistem gaji dikantor ini masih pakai cash, karena kebijakan dari atasannya dengan alasan agar melihat wajah wajah karyawan mereka saat pembagian gaji. Entahlah, di jaman yang serba canggih ini kantor mereka masih menggunakan sistem manual.

"Aran, bisa ikut saya?" Tanya pak Pucho.

"Saya pak?" Aran mengangkat wajahnya karena sedari tadi ia menunduk sambil mengerjakan beberapa pekerjaannya.

"Iya, kamu. bisa ikut ke ruangan saya sebentar?"

"Baik pak" Aran pun bangkit dari duduknya.

"Bae-bae lu. Mau dibagiin gaji duluan kayanya" ucap Oniel.

"Apaan sih. Kaga mungkin lah" balas Aran.

"Gudlak Ran, tiati lo disuruh lembur" seru Indah.

Aran hanya berdehem sambil berjalan keluar dari ruangannya menuju ruangan Pucho. Ia menebak nebak, kira-kira apa yang akan Pucho katakan saat ia sudah berada disana? Apa akan memberinya lembur lagi hari ini? Pikir Aran menerka nerka.

Aran membuka pintu ruangan atasannya. Setelah diberi izin untuk masuk, ia pun kembali menutup pintunya dan berjalan mendekat ke arah pak Pucho.

"Duduk" suruh Pucho agar Aran duduk didepan mejanya.

"Gimana anak saya?" Tanya Pucho.

"Baik-baik aja pak" sahut Aran

"Saya harap kalian bisa saling menerima" ucapnya.

Aran berdecih pelan. Mana mungkin mereka akan saling menerima, kenal saja tidak. Bahkan Aran tak berniat untuk lebih dekat dengan gadis menyebalkan bernama Chika itu.

"Ini gaji kamu" Pucho menaruh amplop tebal dihadapan Aran.

"Dua kali lipat dibanding gaji kamu biasanya" lanjutnya.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang