21

970 199 16
                                    

Keesokan paginya, seperti biasa, hari Aran di awali dengan kekesalannya pada Chika. Sudah hampir satu jam ia menunggu gadis itu yang belum selesai berdandan.

Sebentar lagi jam 8, tapi gadis itu belum keluar juga dari kamarnya. Dan mereka pasti akan telat hari ini.

Aran sudah bolak balik masuk ke dalam rumah untuk memanggil gadis itu tapi jawabannya tetap sama ..

"Tunggu dulu Aran ih, bentar lagi!" Teriaknya dari dalam kamar. Ia sibuk memoles wajahnya dengan make up.

"Lama banget sih?! Dari tadi ga selesai selesai, gue tinggalin nih?!" Aran berteriak di depan kamar Chika.

Aran mengusap wajahnya frustasi, benar benar menyebalkan sekali. Gadis itu sudah merusak paginya, ia berjalan keluar dan menyalakan motornya.

Aran memutar gas motornya hingga menimbulkan suara keras. Kekesalannya sudah di ubun-ubun, kenapa gadis itu tidak mengerti bahwa mereka akan telat.

Brummm brummm

"Woi berisik!"

Seorang bapak bapak datang sambil mengangkat sapu di tangannya. Mukanya yang sangar dan kumisnya yang tebal seperti ulat bulu mampu membuat nyali Aran ciut, ia pun segera mematikan mesin motornya.

"Ngerti adab ga sih?! Pagi pagi kok ganggu orang aja!" Ucap bapak bapak itu setelah dekat dengan Aran. Beliau menarik sarungnya yang melorot.

"Maaf pak, saya lagi manasin motor" ucap Aran

"Manasin motor bisa langsung di nyalain aja, ga pake ngompor ngomporin!"

"Iya pak, sekali lagi saya minta maaf karna sudah mengganggu bapak"

"Jangan diulangi! Ini komplek, bukan hutan! Yang hidup disini bukan cuma kamu saja!"

"Iya pak, maaf sekali lagi" Aran sedikit membungkukkan badannya. Ia bernafas lega saat tetangganya itu telah pergi dari halaman rumahnya.

"Sial sial" gumam Aran.

"Kenapa?" Chika bertanya sambil melemparkan senyum lebar ke arahnya.

"Ga ada" Aran menggeleng lalu menaiki motornya.

"Dimarahin tetangga ya?" Tanya Chika meledek.

"Gara-gara lo!"

"Kok gue? Aneh banget, yang salah dirinya sendiri malah nyalahin orang"

"Ya itu karna Lo lam--"

"Sssttt, udah ya jangan ngomel terus tar kita telat ke kantor" Chika menaruh jari telunjuknya di depan bibir Aran hingga laki-laki itu bungkam.

Aran terdiam atas perlakuan Chika, ia menatap wajah gadis itu yang juga sedang menatapnya. Tangan Chika masih berada di depan bibirnya, entah keberanian dari mana Aran tiba-tiba reflek mengecup jari telunjuk Chika.

Chika melotot saat jarinya dikecup oleh Aran. Ia langsung menurunkan tangannya dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Apa yang Aran lakukan padanya? Kenapa ia tidak marah dan malah salah tingkah seperti ini.

Sedangkan Aran, wajahnya sudah memerah menahan malu. Apa apaan dia ini, yang bersamanya sekarang adalah Chika, bukan Anin. Kenapa semua kebiasannya dengan Anin juga ia lakukan pada Chika?. Aran mengusap wajahnya kasar, ia sangat malu sekarang. Pasti gadis itu akan berpikiran buruk padanya.

"Kayanya kita udah telat" Chika membuka suaranya setelah keheningan beberapa detik menyelimuti mereka. Ia bersikap biasa saja dan tidak berani menatap Aran, entah kenapa ia juga tidak mengerti kenapa tidak bisa marah pada Aran.

"I-iya" Aran menetralkan mimik wajahnya. Ia menyalakan mesin motornya dan menurunkan handle motor untuk kaki Chika.

Setelah Chika naik, Aran pun mulai menjalankan motornya menuju kantor.

R A S A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang