Brakk!
Tubuh itu terlempar ke lantai begitu saja. Dengan teganya di dorong tanpa rasa kasihan.
"Lo ngomong apa sama Radin waktu itu?! Lo ngadu?"
"A-aku gak ngadu. Cuma ngomongin olimpiade aja, Yuna."
"Awas aja lo kalo sampe berani ngomong sama Radin! Atau siapapun!"
Dayeon menunduk menatap lantai gudang yang dingin dan kotor itu. Jujur, dia sudah lelah.
Semua orang di sekolah hanya tau jika Dayeon, Yuna dan Sheon adalah teman satu geng.
Tapi kenyataannya tidak seperti itu, Dayeon hanyalah budak mereka.
Jika Dayeon tidak menurut, ia diancam akan dicabut beasiswa nya.
Orangtua Yuna juga adalah donatur di sekolah itu. Tapi masih lebih besar Kekek Dirgantara dan Kakek Diningrat sih.
Si Yuna nya aja yang lagaknya selangit. Padahal dia gak bisa seenaknya cabut-cabut beasiswa gitu aja. Modal bacot doang dia.
Dayeon percaya aja karena dia sendiri gak tau apa-apa.
Bugh!!
"Arrgh.."
Dayeon memekik saat kaki Yuna menendangnya hingga ia tersungkur.
"Itu buat lo karena sok mau ngaduin gue waktu itu!"
Bugh!!
"Buat lo karena suka caper sama Radin."
Yuna memberi jeda sebentar kemudian tersenyum.
"Dan yang terakhir, karena gue gak bisa balas dendam sama si Chani sialan itu..."
Bugh! Bugh!
"Jadi lo yang harus wakilin karena dia sok jadi pahlawan buat lo."
Yuna mengambil sebuah balok besar yang ada di dalam gudang itu.
"Yuna.." Peringat Sheon panik melihat Yuna akan memukul Dayeon dengan itu.
Sheon menahan tangan temannya itu,
"Yun, jangan nekat anjing!""Lepas, She. Kalopun anak ini mati juga gak akan jadi masalah."
"Eh babi! Gak waras lo!"
"Ck. Lepas!" Yuna menghempaskan tangan Sheon.
Bugh! Bugh! Bugh!
"Bonus dari gue."
Yuna tersenyum senang, ia kemudian melepar balok itu ke badan Dayeon yang sudah tidak berdaya.
Sedangkan Dayeon tidak kuat lagi. Berharap dirinya lenyap saja dari bumi.
Sakit. Sangat sakit.
Darah mengalir dari kepala Dayeon.
Mata gadis itu terpejam perlahan, jika ini akhir hidupnya, ia pasrah.
"Yu- Yuna lo gila!! Dayeon merem cok! Dia gak mati kan?! Yunn!" heboh Sheon.
Yuna tak kalah panik, ia menggoyangkan tubuh Dayeon berharap gadis itu bangun.
"Woii! Dayeon!"
"Day!"
Klik.
Suara kunci yang dibuka mengalihkan atensi mereka, auto keringet dingin.
Seingat mereka, pintunya sudah mereka kunci dari dalam dan kuncinya mereka pegang.
Tapi...
Ceklek.
Yuna dan Dayeon yang udah jantungan pun langsung menoleh.
"Dayeon!!"
Teriak orang itu langsung mengangkat tubuh Dayeon. Tak lupa menatap dua gadis kejam itu saat melewatinya.
"Urusan kalian sama gue!"
*****
"Semangat ya semua. Lusa kita ketemu lagi disini. Sekarang kalian boleh pulang."
Anak-anak yang ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade itu keluar dari lab satu persatu. Hingga Doyoung jadi yang terakhir keluar.
"Radin. Kamu tau Dayeon kemana?"
"Eum, gak tau, Bu. Tapi saya kemarin sudah bilang sama Dayeon."
"Yasudah, kalo kamu ketemu sama dia. Kasih tau ya Radin. Olimpiade tinggal 2 minggu lagi."
"Baik Bu."
Bu Mawar meninggalkan lab, kemudian disusul oleh Doyoung.
Keadaan sudah sangat sepi karena semua murid dan guru sudah pulang. Hanya ada pak satpam di depan.
Doyoung yang berjalan santai menuju parkiran motor tiba-tiba di cegat oleh dua orang adik kelas yang ia ketahui juga adalah anggota OSIS.
"Permisi Kak Radin."
"Iya? Kalian kok belum pulang?" tanya nya ramah.
"Kami baru aja selesai bantu beres-beres beberapa peralatan sisa acara ulang tahun kemaren di gudang. Terus tadi kami juga kebetulan lewat gudang belakang yang jarang dipakai itu Kak, terus kami dengar suara, kami takut mau ngecek."
"Suara apa?"
"Kayak, benda dipukul sama suara orang gitu."
Doyoung nampak berpikir sejenak,
"Yaudah, biar Kakak yang ngecek. Kalian pulang aja."
"Beneran Kak gak papa? Kita bisa nemenin."
Doyoung tersenyum ganteng, dua adik kelas itu salting liat senyum gantengnya Doyoung,
"Gak papa. Kalian pulang, udah sore banget.""Yaudah Kak. Kami permisi."
Setelah dua anak itu pergi, Doyoung pergi ke ruang OSIS untuk mengambil kunci gudang itu.
Karena gudang itu dulunya tempat menyimpan peralatan OSIS juga, jadi kuncinya ada di ruang OSIS juga.
"Kok tinggal satu? Berarti ada yang ambil kuncinya satu lagi."
Jadi kuncinya tuh, kunci asli dan cadangan gitu.
Doyoung bergegas menuju gudang yang dimaksud.
"Yu- Yuna lo gila!! Dayeon merem cok! Dia gak mati kan?!"
"Woii!Dayeon!"
"Day!!"
Klik.
Ceklek.
Doyoung cepat membuka pintu itu dan betapa terkejutnya saat melihat pemandangan di dalam.
"Dayeon!!"
Doyoung langsung menghampiri Dayeon dan membawanya.
"Urusan kalian sama gue!" ucapnya saat melewati dua orang itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.~tbc~
haii🥰🥰 terimakasih buat kalian yg udah mau baca dan vote..
![](https://img.wattpad.com/cover/330964325-288-k395848.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 || 𝐓𝐑𝐄𝐀𝐒𝐔𝐑𝐄 𝟏𝟐 [semi-hiatus]
FanfictionJadi anak perempuan satu-satunya tuh ada enaknya ada enggaknya. Ya namanya juga hidup masa mau enak terus. Enak karena banyak yang jagain, gak enaknya karena suka disuruh-suruh. Pokoknya selamat datang di kisah keluarga Dirgantara:)) Halo teume...