Sekarang ini Jihoon sedang rebahan sembari memainkan ponselnya, besok ia harus kuliah pagi, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tapi ia belum bisa tertidur.
Drrrrt. Drrtt.
Tertera nama Yeonjun di layar ponsel Jihoon.
"Halo Bang? Kenapa?"
"Alhamdulillah diangkat. Lo keluar deh, Mas lo kobam nih."
"Anjir! Serius?"
"Bacot ah. Gue udah di depan gerbang rumah lo."
"Aishh, yaudah gue keluar."
Jihoon buru-buru bangkit dan segera keluar rumah. Ia buka gerbang yang sangat tinggi itu dan benar saja, ada mobil milik cowok bernama Yeonjun tadi.
"Bang."
Yeonjun menoleh, ia keluar dari mobil dan membuka pintu mobil bagian belakang.
Jihoon mendekat, terdapat Hyunsuk yang sedang memegangi kepalanya dengan mata terpejam.
"Kok bisa gini Bang?" tanya Jihoon.
"Gak tau, tadi gue lagi nongkrong di cafe Om Seokjin, terus tiba-tiba bartender di club langganan gue sama temen-temen gue ngabarin kalo ini orang mabuk parah."
"Anjir berani banget ni orang, kalo bokap tau apa jadinya coba."
"Bacot nya besok lagi deh, Ji. Ayo bawa masuk aja."
"Gue sendiri aja. Lo balik aja deh udah jam segini. Mau dianter supir gue gak?"
"Gue gak mabuk kok, gue cuma jemput si pendek ini tadi. Tapi lo beneran bisa bawa sendiri?"
"Ck. Mas Hyunsuk tuh enteng." setelah mengucapkan itu Jihoon mengangkat Hyunsuk layaknya karung beras.
"Eh buset. Kuat bener lo Ji."
"Iyalah, easy ini mah."
"Yaudah, gue balik dulu."
"Thankyou banget ya Bang. Sorry ngrepotin."
"Gak kok, yokk."
Setelah itu Yeonjun melesat pergi dari sana. Dan Jihoon berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan Hyunsuk yang masih berada di pundaknya.
Dengan perlahan ia melangkah menuju kamar Hyunsuk. Berharap tidak ketahuan.
Jihoon menghela napas lega saat berhasil membanting Hyunsuk ke kasurnya.
Setelah itu Jihoon turun ke dapur untuk mengambil susu untuk mengurangi mabuknya. Kemudian kembali lagi ke kamar Hyunsuk.
"Oyy Mas!"
"Ckk.. Paan sih!"
"Bangun lo, diminum dulu. Kalo gak gue siram nih."
Jihoon berusaha menahan kekesalannya pada Kakaknya itu.
Hyunsuk bangun dengan susah payah, ia menyambar gelas yang ada ditangan Jihoon dan meneguknya.
"Lo kenapa?" tanya Jihoon
"Bukan urusan lo jing!" balas Hyunsuk dengan suara khas orang mabuk tapi ngegas.
Jihoon menghela napas. Hyunsuk ini adalah orang yang sabar dan jarang sekali misuh. Jika sudah seperti ini berarti Hyunsuk sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
"Lain kali bisa lah ngajak kalo mau kobam."
Hyunsuk membuka matanya sedikit, melirik Jihoon sebentar kemudian berdecih.
"Cih, bacot." balasnya kemudian langsung kembali merebahkan tubuhnya.
"Masalah apa. Cewek?"
"Gue abis putus!"
"Cuma karna itu?"
"Cuma? Cih, enak banget ngomong." balasnya menarap Jihoon tajam.
Jihoon diam lagi, sepertinya akan percuma ngobrol dengan orang yang sedang mabuk + emosi.
"Pusing gue Ji! Pusing. Huhuhu," Hyunsuk mengeluh, wajahnya ia tutup dengan kedua tangan.
Daripada respon omongan Hyunsuk yang mulai rewel gak jelas. Jihoon lebih memilih melepaskan sepatu yang Hyunsuk pakai. Ia menaikkan kaki Hyunsuk ke atas ranjang dan menyelimuti Kakak nya itu.
"Capek Ji.." ucap Hyunsuk masih merancau dengan mata terpejam.
Jihoon menepuk bahu Hyunsuk. Mencoba menenangkan sang Kakak.
"Deadline tugas numpuk, gue difitnah, diomelin bokap gara-gara nilai anjlok! Kuping gue panas denger Ayah Bunda berantem.. Belum lagi kalo bantuin ngurusin Chani. Repot Ji!"
"Mas.. Istighfar. Lo bisa minta bantuan gue kalo kesusahan. Gak perlu kayak gini. Dan jangan bawa-bawa Chani. Dia gak tau apa-apa."
"Kalo gitu lo yang urusin sono! Aishh!!"
"Ya lo kira kami semua leha-leha aja gitu?! Ayah sama Bunda itu lebih repot Mas ngurusin kita. Apalagi sekarang keadaan Chani yang kayak gitu."
"Bacot! Lo gak ngerti!"
Jihoon diam. Hyunsuk kini berguman tidak jelas.
Malam ini mungkin jiwa mereka terbalik. Hyunsuk yang biasanya sabar jadi emosian, Jihoon yang suka emosian jadi sabar.
Jihoon memutar bola mata malas. Kemudian matanya tidak sengaja menangkap seorang yang kini tengah mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka.
Jihoon berdiri saat orang itu ingin pergi dari sana.
Greb.
Jihoon meraih pegangan pada kursi roda Chani. Kemudian berjongkok di depan gadis itu.
"Ngapain jam segini keluyuran hm?" tanya Jihoon pada Chani.
"Kebangun, Mas. Terus gak sengaja tadi liat Mas Ji bawa Mas Hyunsuk kayak karung beras. Chani ikutin deh."
"Jadi kamu dari awal disana?"
Chani mengangguk sebagai jawaban.
"Mas Hyunsuk gak sadar ngomong kayak tadi, jangan marah ya?"
Alih-alih marah, Chani malah tersenyum.
"Enggak kok, Chani tau Mas Hyunsuk lagi dalam pengaruh alkohol, lagian itu kenyataan."
"Ihh enggak dek."
Jihoon mengusap kepala Chani lembut.
"Mas antar ke kamar ya?""Chani sendiri aja Mas."
"No rejection." balas Jihoon tegas kemudian mendorong kursi roda Chani.
Setelah sampai di kamar Chani, Jihoon memindahkan gadis itu ke ranjang dan menyelimutinya.
"Tidur, besok sekolah kan?"
"Maaf ya Mas."
"Kok tiba-tiba minta maaf?"
"Eum, gak papa sih."
"Yaudah, tidur ya. Good night adek."
"Night too."
Setelah Jihoon melangkah keluar dan menjauh dari kamarnya.
Chani jadi overthinking malam itu. Apakah dirinya benar-benar sangat beban untuk keluarganya? Apakah semua orang kesusahan karna nya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.~tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 || 𝐓𝐑𝐄𝐀𝐒𝐔𝐑𝐄 𝟏𝟐 [semi-hiatus]
Hayran KurguJadi anak perempuan satu-satunya tuh ada enaknya ada enggaknya. Ya namanya juga hidup masa mau enak terus. Enak karena banyak yang jagain, gak enaknya karena suka disuruh-suruh. Pokoknya selamat datang di kisah keluarga Dirgantara:)) Halo teume...