"Ekhem, lo mau tahu sesuatu nggak?"
"Apa?"
"Kalau gue belum punya pacar."
"Lha terus?"
"Lo mau nggak jadi pacar gue?"
"Au ah nggak jelas, pergi sono!"
Elden terkekeh kecil setelah berhasil menganggu Milla dan membuat gadis itu sedikit frustasi ketika sempat salah membuat hitungan. Saat ini mereka sedang mengerjakan tugas matematika, dan Elden belum menemukan tanda-tanda kalau Milla akan selesai setelah 30 menit berlalu. Sedangkan dirinya yang hanya tinggal mengumpulkan harus menundanya sebentar lebih lama agar bisa bersamaan saat Milla mengumpulkan, rencananya. Namun sepertinya Milla sangat kesusahan mengerjakannya hingga berulang kali rambutnya yang rapi itu diacak-acak.
"Alya, gue cuma bisa jawab 2."
Mendengar rengekan itu seketika membuat Elden ingin tertawa kencang jika saja sang guru tidak ada dikelas. Bagaimana tidak? Mereka diberi soal 10 dan setelah 30 menit Milla hanya bisa menjawab 2? Itu sangat lucu, bagaimana bisa gadis cantik ini ternyata bodoh?
Alya yang mendengar rengekan Milla hanya bisa tersenyum paksa dan memperlihatkan kerjaannya yang baru bisa menjawab 6 soal, ia sudah berusaha sebisa mungkin namun 4 jawaban lainnya seakan mustahil untuk ditemukan. Alya sudah pasrah dan putus asa dengan apa yang ia dapat.
"Waktu tambahan habis, silahkan kumpulkan tugas kalian."
Milla kalang kabut mencotek jawaban Alya yang panjang, hingga akhirnya hanya 1 jawaban yang bisa ia salin sebelum ia mengumpulkannya."Elden, tumben kamu mengumpulkan terakhir?"
"Hanya ingin pak."
Setelahnya Elden berbalik kembali ke tempat duduknya bersamaan dengan Milla yang mengantarkan buku tugasnya sebagai yang terakhir. Melihat ekspresi Milla yang ditekuk dengan murung membuat Elden tidak tahan lagi untuk tidak tertawa." Hahaha...sesulit itu ya matematika buat lo?"
Milla berkacak pinggang lalu dengan sadisnya mencubit lengan kekar Elden yang masih tertawa," gue baru masuk kemarin, materinya beda sama yang diberi guru privat gue tahu."
Elden tidak terlalu percaya namun menghentikan tawanya dan duduk dengan tenang. Elden tahu, kalau rata-rata omega itu tidak terlalu pintar namun gadis ini tidak mengakuinya saja.
"Milla!"
"Ya pak?"
"Bisa ke sini sebentar?"
Milla dengan gugup berjalan ke depan setelah menoleh ke Alya dan gadis beta itu mengisyaratkan kalau tidak akan terjadi apa-apa. Oleh karena itu, di hadapan guru matematika yang terlihat serius membuat Milla meneguk ludahnya kasar walaupun ia berusaha untuk tersenyum saat guru itu meliriknya.
"Kamu anak baru bukan?"
"Iya pak."
"Kenapa hanya 3 soal yang bisa kamu jawab? Apa di sekolahan asalmu tidak diajari?"
"Saya home schooling pak, dan materi ini belum disampaikan guru privat saya."
"Oh, jika begitu kalau ada soal atau materi yang sulit jangan sungkan-sungkan bertanya pada saya. Saya tidak terlalu killer pada semua murid, apalagi murid pindahan sepertimu," ujar guru itu entah sengaja atau tidak mengusap punggung tangan Milla yang menyentuh meja, Milla dengan reflek pun menarik tangannya namun guru itu malah menarik dirinya untuk berdiri di sampingnya lebih dekat.
"A-ada apa ya pak?"
"Maaf, tapi karena kamu masih anak baru maka saya bebaskan kamu dari hukuman hari ini. Tapi besok-besok kalau kamu tidak berhasil menjawab 50 persen dari soal maka kamu akan mendapat hukuman seperti yang lain. Mengerti?" Tanya pak Guru itu yang masih tidak mau melepaskan tangan Milla dan malah menatap lekat omega itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bar-bar Omega
FantasiaHanya sebuah fantasy dan imajinasi. gadis berusia hampir 17 tahun itu seorang omega langka.Bagaimana jika ia masuk sekolah para beta dan alpha?bagaimana kisahnya?