3

256 12 0
                                    


Bel pulang sekolah sepertinya akan segera berbunyi, Milla memandang malas kearah depan pintu kelas. Bagaimana tidak?beberapa bodyguard berjas sudah berjejer rapi tinggal menunggu dirinya pulang.

"Apa lo gak merasa risih dijagain terus kaya gitu?" Bisik Alya membuat Milla menoleh.

"Banget malahan. Emang gue barang langka apa? Kemana-mana harus dijagain," dengus Milla mengalihkan pandangannya ke papan tulis.

"Lha kan lo emang langka."

"Enggakkk, mereka aja yang berlebihan. Lo cari aja ya alpha dominan, pasti istri, ibunya atau adiknya omega. Percaya deh, yah kecuali kakak gue sih milih beta."

"Lha itu, kakak lo aja milih beta. Pasti kan karena langka."

"Heei, dia aja yang malas cari jodoh.Setiap hari pacarannya sama kertas dan laptop. Untung aja nggak dinikahin tuh kertas ama laptopnya," ujar Milla terlihat kesal mengingat kembali kakaknya kylson si maniak kerja.

"Bisa aja, oh ya ngomong-ngomong rumah lo dimana?"

"Pack timur, lo tinggal cari alamat mansion keluarga xavier nanti juga ketemu."

"Asiiiap."

•••

Sepulang sekolah milla menghabiskan waktunya di ruang boxing miliknya dibawah tanah, ruangan ini bersebelahan dengan kamar khusus miliknya jika ia sedang mengalami heat.

Milla melampiaskan kesalnya dengan berlatih boxing sendiri hingga dirinya dipenuhi peluh keringat. Bagaimana tidak kesal? Sesampainya dirumah ia harus mendengar ceramah panjang lebar dari sang kakaknya Kylson dan istrinya Celline hanya karena melupakan SB nya. Ia berpikir kakak-kakaknya terlalu overprotektif padanya, ia juga perlu kebebasan seperti remaja seusianya dan tidak dikekakang seperti ini. Memang dunia ini begitu kejam bagi omega?tapi, jika diusut yang menjadi ancaman omega sendiri adalah kawanan alpha seperti kakaknya, jika saja alpha masih punya hati nurani maka omega tidak akan langka seperti ini. Semua ini salah alpha.

"Gue benci alpha!" Teriak Milla yang meninju samsak di depannya dengan sekuat tenaga.

"Yakk...Milla lo ngapain sih?" Axel yang baru saja datang langsung merengkuh tubuh kecil adiknya itu dari belakang, ia tahu dengan cara seperti ini adik kecilnya bisa kembali tenang.

"Nggakpapa," setelah mengatakan itu, Milla melepas pelukan kakaknya lalu beralih mengambil air mineral dan meneguknya sampai tandas.

"Kenapa lo selalu nyakitin diri lo sendiri?" Monolog Axel lalu mengambil kotak p3k yang selalu diletakkan pojok ruangan.

Milla pun membiarkan kakaknya mengobati lecet ditangan dan kakinya karena tadi sempat berlatih karate, bagaimanapun ia masih seorang omega yang mempunyai fisik lemah dan mudah terluka.

"Lo ada masalah?" Tanya Axel menutup kembali kotak p3k itu dan memandang Milla dengan sendu.

"Enggak, udah ah gue ke kamar dulu. Capek," pamit Milla keluar duluan. Sedangkan Axel menatap kepergian adiknya itu dengan bingung, ia sangat mengerti perasaan adiknya melebihi dirinya sendiri.

"Gue harap saat umur lo udah 17 tahun lo ditakdirkan punya mate," guman Axel lalu pergi dari ruangan itu.

Keesokan harinya Milla pergi kesekolah lebih awal, entah mengapa sedaritadi pagi jantungnya selalu berdetak lebih cepat dan membuatnya sangat resah, ada apa ini? Jika penyakit jantung itu tidak mungkin.

"Alya, jantung gue mau meledak," ujar Milla histeris dengan kedua tangannya menyentuh dada.

"Lo mau mati? Mill lo mau mati?" Tanya Alya panik dan melupakan alat make-up nya.

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang