31

93 6 0
                                    


"Gue masih pasti kalau lo itu salah satu mate gue, kenapa lo sudah mati? apa lo juga ingin gue ikutan mati juga?" Lanjut Milla membuat tangisan Hary langsung berhenti dan membuat yang lain menatapnya bingung. Untung saja paman jauh Hary sudah menyuruh dokter dan perawat lain keluar jadi hanya ada mereka berempat mengelilingi brankar Aldevaro.

"Milla, apa yang lo katakan?"

"Lo nggak dengerin gue Al? Jika lo nggak mau bangun gue akan ikutan mati nyusul elo. Itu yang elo mau?" Tanya Milla menggebu dan tangannya kini tidak lagi menyentuh tubuh Aldevaro yang dingin.

"Berhenti bicara atau kakak paksa kamu keluar?" Ancam Kylson namun Milla malah menintikkan airmata tanpa disadari.

"Lo payah, lo menyerah duluan dari Elden. Apa itu keinginan lo untuk menyerahkan gue sama Elden? segampang itu?"

Tanpa ada yang tahu, jari-jari Aldevaro mulai bergerak secara halus.

"Lo itu pengecut, gue nggak nyangka kalau alphadom seperti lo itu kalah sebelum start. Lo kalah Aldevaro, kalau lo pergi berarti lo kalah dari Elden."

Milla meremat lengan Aldevaro dan menundukkan kepalanya dalam," gue mau Al gue kembali, dan saya mau lord saya kembali."

"Anda sudah berjanji pada saya. Jikapun anda terlambat datang, anda akan terus memperjuangkan saya dan minta maaf untuk semua yang telah anda lakukan. Bahkan sebelum anda melakukan itu saya sebenarnya sudah melihat anda dan memaafkan anda sebelum anda mengucapkannya. Tapi sekarang, anda pergi dan membawa jiwa anak laki-laki itu? apa karena anda tidak ingin lagi bertemu saya? Lord, janji anda harus anda tepati."

Milla mendongakkan wajahnya dan kedua iris mata itu sudah berubah menjadi ungu. Hawa ruangan berubah menjadi begitu dingin, dan dengan perlahan Aldevaro membuka matanya dan kedua iris merah yang biasa terlihat itu kini berubah menjadi iris keemasan yang tidak pernah sekalipun Hary pernah lihat.

Aldevaro menatap kearah Milla dan bibir pucat yang sudah berwarna lagi itu terlukis senyuman seiring tangannya terulur untuk terkepal di depan jantungnya,"Lord ini tidak pernah ingkar janji, lord sudah kembali sesuai permintaan Quenn-nya."

"Jangan paksa raga anak itu untuk menerima anda lord, raga anak itu sudah lemah dan belum waktunya anda menampakkan diri. Jangan membuat saya khawatir lagi, jika sudah waktunya kita keluar pasti kita akan keluar. Ini waktu bukan milik kita, kita hanya sebentar untuk meluruskan masalah dan kita tidak akan abadi. Jangan membuat suatu hal yang menakutkan werewolf lain."

"Saya mengerti, hanya saja salah satu sifat saya yang itu sangat sulit dihilangkan."

"Ikuti alurnya saja lord, saya juga mengikutinya."

  Setelahnya Aldevaro dan Milla pingsan, ketiganya dengan refleks memanggil dokter dan Axel dengan segera meraih Milla agar tidak merosot kebawah. Ketiganya tidak mendengar apa pun sejak Aldevaro membuka matanya dan tubuh mereka tidak dapat digerakkan. Namun setelah kejadian aneh itu jantung Aldevaro kembali berdetak dan dia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

  Mungkin dilain sisi, hanya Kylson yang tahu apa yang keduanya ucapkan. Karena setelah mengetahui telinganya tidak berfungsi ia masih melihat dengan cermat gerakan bibir Milla dan Aldevaro secara garis besar. Ternyata benar kata peramal itu kalau adik perempuannya bukanlah werewolf biasa dan harus dijaga dengan baik. Selain itu kata peramal, adiknyalah yang akan membuat bangsa werewolf mengalami kejadian luar biasa untuk ketiga kalinya dan akan membawa perubahan besar.

  "Apakah yang tertulis dalam kitab itu ada hubungannya?"

   ●○●

  Pada hari minggu, pertandingan basket dan futsal akan diadakan di lapangan sekolah RG School yang letaknya tidak jauh dari sekolah WFSchool. Fasilitas disini tidak kalah dibandingkkan dengan sekolah bergengsi itu, mungkin yang membedakan hanya lebih banyak anak laki-laki dibanding perempuan yang membuatnya seperti sekolah STM.

Tanding Futsal akan dilaksanakan setelah pukul 10 sedangkan untuk basket setelah jam 1. Milla ingin menonton semuanya, maka dari itu dia dengan berat hati membiarkan satu bodyguard kakaknya ikut, daripada dia tidak diizinkan lebih baik mengikuti syarat kakaknya.

  "Paman, paman nanti ngawasinya dari bawah pojok aja ya? Milla mau ke tengah tribun bersama teman-teman. Nanti dikira Milla masih diantar ayahnya lagi, kan Milla malu," ujar Milla ke bodyguard disampingnya yang hanya diam disampingnya menyelusuri lorong sekolah. 

  "Maaf non, tapi kata tuan saya harus selalu disamping non."

  "Nanti Milla bisa malu, nanti Milla akan terus sama temen-temen kok nggak akan kemana-mana. Kan paman akan terus awasi dari jauh, ya paman? Please."

  "Baik non, tapi selalu ada dibawah pengawasan saya ya? Jangan menyelinap."

  "Siap paman, paman Jefry memang terbaik hehe..."

Saat sampai di dekat tribun, Milla langsung saja berlari mendekati keempat temannya yang memberinya space ditengah-tengah mereka. Milla berada ditengah antara Alya dan Vina sedangkan dibelakangnya ada Rafka dan Farrel yang siap dengan syal bertuliskan WF School untuk menyoraki tim mereka.

  "Mill, dia bodyguard kakak lo? Kelihatannya seram," ujar Alya bergidik ngeri saat bodyguard bertubuh besar itu meliriknya.

  "Dia nggak galak kok, namanya paman Jefry. Dia sudah lama jadi bodyguard di mansion sedari ayah gue ada, kelihatannya aja seram tapi dalamnya dia lembut."

  Ya sebenarnya Jefry tidak lembut, hanya dibuat-dibuat saja agar teman-temannya tidak takut. Jefry itu sedikit mirip dengan kakaknya Kylson, bicaranya datar tanpa ekpresi.

  "Gue cari-cari ternyata kalian ada disini. Mill kenapa telepon gue nggak lo angkat?" Tanya Elden yang tiba-tiba sudah duduk disamping Rafka membuat ketiga cewek itu terkejut.

  "Sialan lo ngagetin, untung gue nggak jantungan," ujar Vina mengusap dadanya untuk meredakan jantungnya yang bedebar kencang.

  "Ooh, hp gue ke silent sedari mansion. Maaf Elden."

  Elden mengangguk dan mengusak rambut Milla sebelum melihat ke lapangan karena para pemain sudah mulai masuk. Milla memberi isyarat ke Jefry diam-diam untuk tidak datang karena Elden tiba-tiba menyentuhnya. Untung saja Jefry mau mengerti tapi ia sudah memasuki peringatan ke 1.

  Milla bertepuk kencang ketika melihat kakaknya Axel yang terlihat tampan ditengah lapangan dan terlihat sangat berbeda dihari-hari biasanya yang selalu terlihat menyebalkan. Tapi fokusnya dengan cepat teralihkan ke Aldevaro yang ikut bertanding, padahal baru saja kemarin dia keluar rumah sakit dan sekarang langsung bertanding. Apa cowok ini mempunyai nyawa 9 atau bagaimana?
Lalu bukannya dia bukan dari tim futsal?

  "Jika dia kolaps di tengah lapangan, gue akan vidioin dan kirim ke kak Hary," gumam Milla kesal karena kemunculan Aldevaro yang baru sembuh dari sakit ditambah seru-seruan para perempuan yang tertuju padanya. Kali ini mark Aldevaro terpampang jelas membuatnya terlihat seksi dan tampan ditengah lapangan. Tentu saja yang paling keras adalah Sofia yang berdiri di pinggir lapangan lalu berteriak seperti orang gila menurut Milla.

  "Aldevaro terlihat sangat tampan dan seksi kali ini," celetuk Vina membuat Milla sontak menoleh padanya dan Vina langsung tersadar kalau dia sudah menggangu macan betina yang tidur." Maaf Mill, hanya reflek. Gue nggak naksir kok sama Varo, beneran deh."

  "Naksir juga nggakpapa, hubungan sama gue apa," ujar Milla ketus membuat Elden dibelakangnya tersenyum simpul, ternyata rasa lain telah tumbuh di hati Milla dan sekarang bukan sepenuhnya untuknya.

  Peluit ditiup keras dan pertandingan di mulai. Aldevaro menjadi pusat kali ini, dengan tanda mark mawar terlihat jelas banyak cewek-cewek lain dengan terang-terangan mulai naksir padanya, karena hal itu sedaritadi Milla cemberut dan tidak bersorak seperti lainnya.

  "Elden, lo nanti handband-nya jangan dilepas. Biar nggak dikira pansos," ujar Milla menarik celana Elden yang duduk disamping atas.

  "Iya-iya, dan biar lo nggak cemburu kan?" Tanya Elden bercanda namun Milla malah mengangguk," ya, biar gue nggak cemburu."

  "Siap my Queen hahaha...."

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang