12

111 8 0
                                    


  "Gue seneng banget hari ini," seru Milla kegirangan setelah itu menyeruput es cokelatnya dengan pandangan ke kanan dan ke kiri melihat para pedagang makanan berjajar rapi.

  Ia ingin mencicipi mereka satu per satu namun sialnya tangan kirinya dipegang erat oleh Axel tidak membiarkannya berkeliaran dengan bebas. Namun Milla menenangkan jiwa bar-barnya untuk tenang, akan ada saatnya dia bisa berkeliaran bebas sebentar lagi hehe.

  "Mill, itu takoyaki-nya. Dijamin enak dan lo suka, yok kesana."

  "Ayokk."

  Saat ia ingin ikut lari, tangannya ketarik ke belakang dan langsung menyadari pergelangan tangannya masih dipegang oleh Axel. Dengan kesal ia menarik kakaknya agar berjalan dengan cepat.

  Setelah mendapat takoyaki dan mengigitnya, kernyitan dalam dan jejak tidak suka terlihat jelas di wajah Milla membuat gadis omega itu mendorong takoyaki yang tersisa ke kakaknya. Dengan berat hati Axel menghabiskan takoyaki itu agar tidak terbuang sia-sia. Dari kedai takoyaki, mereka pergi ke bakaran sosis rekomendasian Vina. Namun sekali lagi Milla hanya mencicipinya dan menyerahkan sisanya ke Axel.

  Axel kepayahan, dari 7 jenis makanan yang Milla beli hampir 95 persen masuk ke perutnya. Disisi lain Milla senang, ia bebas mencicipi makanan yang ia inginkan bersama teman-temannya menghiraukan Axel dibelakang yang kekenyangan.

  Ponsel Axel bergetar dan nama Fero terpampang begitu jelas membuatnya sedikit mengernyit. Dengan langkah memelan ia mengangkat panggilan Fero sembari menunggu Milla dan teman-temannya membeli makanan khas korea.

  "Axel!"

  "Hem."

  "Gue tahu apa yang telah kakak lo lakuin dengan keluarga gue dan gue memakluminya, namun gue harap cukup ini saja. Ibu gue butuh masih butuh pekerjaan ayah gue untuk berobat. Jika pengobatan ibu gue terganggu, gue akan lakuin hal yang tidak akan bisa lo sangka."

  "Fero-Fero, dari nada lo bicara saja gue sudah tahu dendam lo dengan kakak lo seberapa besar. Namun, jika keluarga lo diam dan tidak melakukan apa pun dengan Milla atau keluarga Xavier, kita juga nggak bakal usik keluarga lo."

  "Tapi lo juga perlu ingat sesuatu, keluarga gue tidak selemah yang lo pikir dan kalian juga perlu hati-hati."

  Setelah mengucapkan beberapa kata lagi Axel menutup teleponnya dan menyadari Milla berpindah stan di samping. Dengan helaan nafas panjang ia mengikuti dan mulai memprovokasi Rafka dan farrel untuk segera pulang, lihat saja keduanya juga sudah kepayahan membawa satu plastik makanan.

  Di lain sisi, disebuah bangunan tingkat dua yang sepi dan lama tidak berpenghuni seseorang berpakaian serba hitam mulai memasuki bangunan tanpa cahaya itu dengan mantap. Dengan pelan ia membuka pintu tinggi yang usang itu dan menutupnya rapat. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam, namun tidak begitu lama ada teriakan wanita yang sayup-sayup terdengar dan disusul seruan minta ampun. Namun itu hanya terdengar sekitar 30 detik dan setelahnya tidak ada pergerakan apa pun, seseorang yang masuk tadi keluar dengan acuh dan berlalu pergi tanpa meninggalkan jejak. Malam itu, sesuatu terjadi dan bulan berkilat biru dengan cepat hingga tidak ada makhluk di bumi menyadarinya.

  Dua hari berlalu dan pagi ini adalah pagi dimana Milla dan Axel sarapan tanpa Kylson dan istrinya. Suasana itu tidak bisa diam dan dipenuhi celotehan Milla tidak ada habisnya, namun suara tapak kaki tiba-tiba terdengar membuat keduanya mengalihkan pandangan ke asal suara dan  seorang wanita tinggi menjulang dengan pakaian kerja rapi datang tanpa senyuman dan memandang mereka dengan dingin." Kalian sarapan? Setelah itu kalian bisa langsung sekolah, tempat saya sudah disiapkan bukan?"

  "Kak Freya, bibi antar kak Freya ke kamar yang sudah disiapkan kak Celinne."

  Setelahnya orang yang disapa Freya tadi pergi dengan pelayan ke kamar-nya sementara. Setelah kepergiannya, Milla langsung menurunkan bahunya untuk santai. Walau itu hanya beberapa detik, seluruh tubuhnya kaku dan semua sendinya seakan terkunci.

   Axel juga menghembuskan menghela nafas setelah melihat kepergian Freya, dengan sedikit gugup ia duduk kembali dan langsung menatap wajah adiknya yang memelas. Melihat ini, Axel tidak bisa menahan tawanya membuat Milla merengut kesal dan menendang kaki kakaknya dari bawah. Dengan kesal ia melahap makanan di depannya hingga kedua pipinya bergembung lucu.

  "Hahaha....ngomong-ngomong kak Freya makin kesini makin dingin."

  Milla menelan makanannya dengan cepat dan bergabung dengan Axel untuk mulai menggibah.

  "He'em, orang yang pertama kali lihat pasti berpikir dia dominan alpha."

  "Gue rasa obsesinya dia semakin tidak terkontrol untuk jadi yang teratas, itu akan memperburuk baginya."

  "He'em, dia sudah berani melawan kodratnya untuk jadi beta. Gue jadi takut kalau obsesinya yang awal ingin melangkahi Alpha berganti menjadi ingin melangkahi Alpha dominan. Mungkin tidak begitu lama pemerintah akan meliriknya."

  "Sudah-sudah, sangat sulit jika dia sampai mendengarnya. Ayo cepat selesaikan makan lo dan kita berangkat."

  Diskusi itu cepat berhenti dan mereka untuk pertama kalinya berangkat bersama dengan mobil Milla, ditengah perjalanan Milla tidak sengaja melihat Batagor di pinggiran jalan membuatnya terus merengek ingin membelinya. Karena Axel kewalahan dengan rengekan Milla akhirnya ia berhenti dan turun sendiri untuk membeli. Milla senang, namun saat ia melihat keluar jendela ia sedikit terkejut melihat Aldevaro lewat dengan motor besarnya membonceng sosok yang kemungkinan besar Sofia yang dua hari lalu pernah memergokinya mengintip Ipa 1. Entah kenapa perasaan Milla sedikit tidak enak, perasaan memiliki entah mengapa merayap di hatinya membuat hatinya sedikit nyeri dan sakit. Milla menyentuh dadanya dengan keluhan kentara namun segera berekspresi seperti biasa saat kakaknya kembali ke mobil dengan Batagor kesukaannya. Mobil melaju perlahan dan perasaan tadi hilang digantikan semangat Milla mengingat ini pertama kalinya ia akan mengikuti pelajaran olahraga.

  Bel berbunyi, anak-anak Ipa 2 langsung turun ke lapangan dan Milla langsung mengikuti dengan sebotol air di genggamannya. Alya tidak masuk hari ini, dan sekarang ia berjalan bersama Vina lalu berbaris sesuai instruksi guru.

  Entah siapa yang membuat peraturan, Milla mendapat baris paling depan dengan Vina walau mereka datang paling akhir. Mungkin menurut mereka dirinya terlalu pendek untuk berdiri di baris belakang, maybe.

  Guru olahraga kali ini seorang alpha yang kuat dan gagah, ada bekas luka samar di pipi kanannya dan menurut cerita Vina gurunya ini mendapat bekas luka itu saat bertarung dengan bangsa vampire 12 tahun lalu. Walau tidak lagi muda, temperamen seorang heroik bersinar dari tubuhnya membuat Milla terkesiap dan diam-diam mengagumi, ia sangat ingin mate-nya besok memiliki tempramen seperti ini.

  "Kita lakukan pamanasan 5 menit dan kalian akan mengelilingi lapangan 2 kali putaran. Setelah selesai kalian akan langsung ke lapangan basket."

  "Baik pak!"

  Pemanasan ini sangat mudah, semua tulang-tulang Milla seakan meregang dan membuatnya merasa nyaman. Setelah pemanasan selesai mereka akhirnya mereka melakukan lari dua putaran mengelilingi lapangan yang cukup luas. Bahkan milla mengeluh tidak akan menyelesaikan 2 kali putaran dengan lancar sebelum melangkahkan kakinya.

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang