"Tapi tugas seperti apa di masa depan, yang terpenting adalah melindungi pasangannya sendiri diatas hidup dan mati."Semua murid bertepuk tangan atas sahutan yang Elden lontarkan, sedangkan Fero hanya bisa mengalihkan pandangannya keluar jendela dengan masam. Tanpa sadar tangannya menyentuh lengan kirinya yang terdapat bekas mark. Dia sudah gagal menemukan mate-nya dan ternyata mate-nya sudah mati, apa karena dia tidak pantas mendapat tugas dari moon goddes?
"Fero, gue yakin moon goddes punya rencana lain buat lo," celetuk Aska teman disamping Fero duduk.
"Gue baik-baik saja," ujar Fero menurunkan tangannya dan mengalihkan pandangannya ke sang guru yang kini tengah membuka bukunya memilah halaman.
"Lo inget nggak? Kata bu Fang dulu Mark yang terbakar akan hilang setelah satu bulan, tapi sampai saat ini bekas lo belum hilang bukan? Bukannya sudah terhitung 3 bulan? Pasti ada sesuatu yang menunggu lo di masa depan, jadi...."
"Lo mau jadi guru? Sana maju!"
Aska menutup bibirnya rapat ketika Fero sudah berubah ekspresi dan nadanya semakin mendingin. Tapi Aska yakin kalau moon goddes pasti sedang mengupgrade mate Fero dan akan mengirimnya cepat atau lambat, bekas mark itu belum mau menghilang setelah 3 bulan dan Aska mulai berfantasi liar akan bagaimana ekspresi Fero jika mark-nya pulih kembali dan ia akhirnya menemukan sang mate yang dulu hampir membuatnya gila.
"Buka buku halaman 49, di sana sudah disebutkan ciri-ciri seseorang telah berdekatan dengan mate mereka sendiri. Jantung berdegup kencang, perasaan resah seperti akan bertemu dengan seseorang yang sudah lama di tunggu-tunggu, rasa ingin selalu berdekatan dan merasa nyaman mencium pheromone lainnya jika itu antara omega dan alpha. Dan yang paling penting, keduanya merasakan perasaan timbal balik, artinya tidak hanya satu orang yang bisa merasakannya."
"Iya! Kemarin Milla merasakannya bu!" Seru Aska mengalihkan pandangan seluruh kelas ke arahnya dengan bingung," benar kok, iya kan omega?"
Sekarang perhatian mereka berpindah ke Milla yang menutupi wajahnya dengan buku milik Vina, ia sangat malu ditatap seperti itu oleh semua orang.
"Milla, apa kamu sudah menemukan mate-mu?" Tanya bu Fang mendekati meja Milla dan tersenyum lembut.
"Tidak tahu bu, tapi kata kak Kylson saya belum boleh menemukan alpha sembarangan sebelum 17 tahun," jawab Milla polos.
"Tapi Milla pernah merasakannya ciri-cirinya tadi?"
"Iya, kemarin pagi. Tapi aneh jika dijelaskan."
"Aneh kenapa?" Sahut Elden menaikan satu alisnya.
"Ya aneh, gue merasakannya pas rombongan lomba pulang. Jantung gue berdegup kencang dan gue gelisah. Setelah itu saat gue diselamatin Aldevaro gue merasa nyaman sama feromonnya, ada perasaan nggak enak saat dia berdekatan dengan Sofia itu tahu," cerocos Milla berbalik untuk menatap Elden yang juga menatapnya.
"Jadi lo mate-nya Varo?" Tanya Elden dengan nada tidak suka.
"Ya mana gue tahu, dan yang paling membingungkan adalah saat pertama kali kita bertatap muka saat apel itu gue lihat bibir lo bergerak mengatakan mate ke gue dan gue langsung merasakan sengatan listrik. Setelahnya hari ini gue tidak sengaja mencium feromon lo dan gue langsung merasa nyaman. Menurut lo bagaimana hah kalau seperti itu?" Tanya Milla sedikit kesal, entah mengapa ia membocorkan semua perkiraannya tanpa pandang tempat. Apa kemungkinan ia akan heat sebentar lagi dan emosinya tidak bisa terkontrol?
"Apa menurut lo gue sudah jadi gila?"
"Ternyata lo sadar itu, gue sadar kok kalau kita itu sebenarnya mate dari pertemuan awal. Lo percaya nggak?" Tanya Elden dengan senyuman yang sebenarnya menurut Milla menyebalkan.
"Nggak."
"Tapi lo merasakan semua ciri-cirinya, bagaimana dengan itu? Gue juga merasakan timbal balik, lo tidak mengakui gue jadi mate lo hiks?"
"Gua hanya mencium pheromone lo seuprit, mana itu bisa dihitung?"
Elden tersenyum smirk, ia pun dengan santai melepaskan sedikit pheromone-nya 10 persen dan Milla langsung tertegun dengan aroma Lavender yang menyeruak menyapa hidungnya. Aroma ini berbeda dengan milik Aldevaro tapi sama-sama nyaman dan menenangkan. Hampir saja ia hendak memeluk Elden untuk menikmati aromanya leluasa sebelum bunyi gedebruk terdengar dari samping dan teman alpha-nya sudah terjatuh dan terbatuk-batuk. Sedetik kemudian aroma itu hilang dan Milla menyadari kalau Elden dengan sengaja menarik pheromonenya kembali.
"Maaf-maaf, gue kelepasan."
Makanya Elden sangat jarang mengeluarkan pheromonenya dan selalu menutupinya. Sejak dia lahir dia sudah memiliki pheromone yang sangat mudah menekan alpha, maka dari itu sangat sulit baginya belajar untuk mengendalikan diri agar tidak selalu terbawa emosi dan menutupi pheromonenya untuk berkawan dengan alpha lain. Ada kalanya ia membenci terlahir menjadi alpha dominan.
Alpha yang terbatuk tadi segera bangkit saat Elden menarik kembali pheromonenya, sangat tidak beruntung alpha lemah sepertinya tidak mengikuti langkah pencegahan seperti teman sebangku Elden, Arsan sudah menekan hidungnya agar tidak menghirup pheromone Elden secara langsung dari awal.
"Pheromone Elden apa?" Tanya Vina kepo, beberapa teman alpha mereka terbatuk-batuk.
"Lavender, baunya enak," jawab Milla polos dengan gerak-gerik berharap bisa mencium sisa pheromone tadi.
"Lo itu mate gue, gue juga ngerasain hal yang sama dan lo juga. Bukan tentang kenyamanan bau pheromone, tapi secara sadar kita sendiri dapat menemukan mate kita," ucap Elden dengan yakin namun Fero yang entah sejak kapan berdiri tidak jauh darinya menyahut," Biarkan dia menunggu mark-nya."
"Dan gue yakin gue akan jadi mate-nya."
"Sepertinya kalian perlu mendapat penjelasan lebih dalam agar tidak ada kesalahpahaman. Sebenarnya sih jika Elden dan Milla saling merasakan perasaan timbal balik lalu mereka menyadari sesuatu kalau mereka terhubung maka mereka sebenarnya adalah mate dan mereka akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun karena prinsip keluarga Milla menunggu umurnya 17 tahun kemungkinan besar Milla sengaja mengabaikannya karena ia sebenarnya tengah bingung, jadi hanyalah waktu yang dapat membuktikan. Ayo, sekarang duduk di tempatnya masing-masing."
"Dan untuk kalian semua tolong rahasiakan pemikiran omega ini jangan sampai terdengar keluar oke? Ibu yakin kalau dia sebenarnya benar tapi semuanya hanya perlu waktu untuk membuktikan. Jaga omega dikelas ini agar tetap aman, mengerti semuanya?"
"Mengerti bu!"
"Sekarang ibu jelaskan lagi..."
Pulang sekolah Milla dan Axel langsung disuguhi pemandangan yang cukup membuat keduanya terkejut, banyak Bodyguard asing berjejer di halaman dan berkeliaran ke sekitar mansion. Tidak hanya itu, mendengar Milla akan diawasi selama sekolah dengan beberapa bodyguard tersembunyi Axel hanya bisa menahan adik perempuannya ini untuk tidak menolak atau dia akan mendapat perlakuan lebih fatal. Namun bukan Milla namanya kalau dia akan tunduk dengan alphadom gadungan ini.
"Kak Freya, Kak Kylson mengatakan sendiri kalau dia tidak akan mengirimiku bodyguard lagi."
Freya melirik adik sepupunya datar dan pandangannya ia alihkan kembali ke ipad dengan sibuk," Ini saya, bukan Kylson.""Tapi disini kak Freya cuma..."
"Omega seharusnya patuh, kembali ke kamar dan jangan keluar kecuali makan malam!"
Milla terus berdebat dan Axel kewalahan untuk membawanya pergi karena mulut gadis itu tidak mau berhenti bicara, karena itu Milla tidak diizinkan keluar kamar dan makan malamnya akan diantar.
"Memang Freya tolol itu menyusahkan."
Selain menyibukkan dirinya marathon drakor dan dracin, Milla menyempatkan diri membaca buku yang dibelinya waktu itu dan belum sempat ia baca. Entah mengapa Milla penasaran bagaimana ketiga werewolf itu menerima takdir mereka.
"Sepertinya akhirnya tidak bahagia ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bar-bar Omega
FantasyHanya sebuah fantasy dan imajinasi. gadis berusia hampir 17 tahun itu seorang omega langka.Bagaimana jika ia masuk sekolah para beta dan alpha?bagaimana kisahnya?