20

138 6 0
                                    


  "Masuk apa?" Tanya Milla bingung ke Elden dan Fero yang berbicara padanya secara bersamaan.

  "Gue masuk ke tim lo lah, gue bawa Asran sama Gabriel," ujar Elden sembari tersenyum dan mendorong kedua temannya untuk maju, keduanya alpha yang cukup memiliki tubuh kekar.

  "Gue juga masuk ke tim lo sama Aska," sahut Fero mendapat delikan tajam dari Elden namun membuat Milla cukup senang.

 "Ayo semuanya masuk ke tim, tim kita akan semakin kuat," seru Milla senang namun langsung ditarik Alya untuk mendekat ke arahnya.

  "Mending lo pilih Fero atau Elden deh Mill jangan dua-duanya, bahaya," peringat Alya pelan membuat kening Milla berkerut.

 "Kenapa? Mereka sepertinya nggak musuhan."

  "Keduanya alphadom, mereka pasti bertengkar untuk memperebutkan siapa yang akan memimpin tim. Biasanya Fero sama Elden nggak bakal bisa di tim pertahanan yang sama," sahut Rafka membuat Milla mengalihkan pandangan ke arah keduanya yang sama-sama saling beradu pandang.

  "Oke-oke sepertinya kalian tidak bisa digabungkan. Gue pilih Elden deh, sorry ya Fero."

  "Kenapa bukan gue?" Tanya Fero tidak suka.

  "Lha kenapa gue harus pilih lo?"

  Fero menggertakan giginya tidak ingin berbeda tim dengan Milla," kakak lo nitipin lo ke gue, hari ini kita harus satu tim."

  "Jangan bohong, ngapain Axel nitipin adiknya ke Alpha seperti lo?" Tanya Elden bersedekap dada.

  "Menurut lo gue seperti apa hah?"

  "Fero, gabung ke tim kita yok," seru seorang cowok ipa 2 yang sedaritadi memperhatikan perdebatan mereka.

  "Nggak, pergi kalian."

  Kepergian tim lain membuat Elden semakin gencar menyulut emosi Fero, namun Fero masih terkendali. Mereka berdua masih berdebat seperti ibu-ibu, sehingga Milla harus turun tangan menarik masing-masing telinga mereka walaupun Milla harus rela berjinjit.

  "Kalau kalian nggak berhenti ngomong, gue sumpel mulut kalian dengan kaos kaki gue."

  Elden dan Fero tentu tidak merasakan sakit, mereka hanya diam mendengar cerocosan Milla yang sedang menguliahi mereka.

  "Jadi, bisa kalian mengerti?"

  "Mengerti."

  Milla melepaskan tarikan telinganya dan menarik tangan keduanya untuk menghadap ke guru pertahanan, biarkan guru yang mengatur alphadom untuk tim mereka.

  Namun sayang seribu sayang, guru itu tidak pedulian. Yang terpenting di setiap kelas terbentuk 3 kelompok dan mereka akan segera berangkat ke hutan belakang. Milla jadi bingung sendiri, keduanya benar-benar ingin masuk ke tim-nya.

  "Yaudah kalau gitu gue pilih Fero deh."

  "Gue nggak mau diganti,," sergah Elden memicu perdebatan tak bermutu dengan Fero lagi. Dua tim lainnya sudah menawarkan untuk tukaran anggota saja salah satu, namun keduanya tetep kekeuh ingin satu tim dengan Milla. Yang satu dengan alasan diberi amanah, yang satu alasan kalau Milla kemungkinan mate-nya, jadi dengan waktu yang makin menipis Milla dengan terpaksa memasukkan keduanya menjadi satu tim. Jadi sekarang tim-ya sudah full dengan 2 alphadom, 3 alpha, 4 beta dan 1 omega.

    "Mari kita ke hutan belakang, nanti sesampainya disana ketua tim akan melapor siapa nama-nama tim mereka."

  Ini sebenarnya memberi waktu ke tim Omega itu untuk memilih siapa ketuanya, karena dia yakin pasti membutuhkan waktu untuk memilih ketua di tim tersebut.

  Setelah berjalan melewati pintu belakang sekitar 10 menit akhirnya mereka sampai di gerbang lebar tinggi menjulang yang sebaliknya tumbuh pohon-pohon tinggi yang menurut Milla menyeramkan, bahkan tanpa sadar ia memeluk lengan Alya dan bersembunyi di balik bahunya.

"Oke, ketua tim melapor."

  Kali ini Elden yang memimpin tim, mereka sudah melakukan diskusi pribadi dan Fero menyetujui Elden yang memimpin permulaan. Tapi nanti saat pulang Fero yang bergantian menjadi ketua tim.

  Tidak ada yang protes tim Milla mendapat dua alphadom, mereka memiliki pemikiran sendiri kalau tim Milla tidak akan bertahan lama karena sifat asli alphadom tidak berada di bawah pimpinan alphadom lain di alam bebas.

  Peluit ditiup dan ke enam tim itu berpencar di alam bebas hanya dengan satu clue yang diberikan guru itu dibalik secarik kertas yang dibawa masing-masing ketua tim. Saat mereka sudah berpisah jauh dengan tim lain mereka berhenti dan membuka clue bersama-sama.

  "Akan terlihat seperti bintang yang berkilau di tempat paling tenang. Siapa pun tidak akan dapat menemukan kecuali  mereka telah merasakan panasnya neraka."

  "Apa artinya?" Gumam Arsan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

  "Apa kalung itu digantung dipohon lalu di kiaskan bintang? Tapi apa maksudnya merasakan panas neraka?" Monolog Aska mencoba membagi pikirannya dengan Rafka dan Farrel.

  "Tempat paling tenang di hutan ini hanya ada dua yaitu padang ilalang dan perairan, namun padang ilalang terlalu berisik dan sangat sulit menemukan kalung itu dengan rerumputan tinggi," celetuk Fero.

  "Setelah merasakan panas maka kita akan mencari air dan air dapat ditemukan di perairan. Pasti kalung itu dibuang di dasar perairan, saat malam bulan akan memantulkannya dan berkilau seperti bintang," imbuh Elden.

  "berarti kita harus mencari perairan, itu sungai danau atau air terjun?" tanya Milla.

  "Air terjun," jawab Fero dan Elden bersaman.

   Setelah beberapa diskusi mereka melanjutkan perjalanan dengan Asran, Aska dan Gabriel paling depan. Setelah itu diikuti Rafka dan Farel, ditengah mereka ada Milla, Alya dan Vina. Dan yang paling akhir untuk menjaga kawanannya agar tidak ada yang hilang yaitu Fero dan Elden berjalan paling akhir.

  "Kita lari, sepertinya tim lain juga menuju ke sana," ucap Elden dan kelompok itu lari dengan Fero dan Elden memperhatikan Milla agar tidak ketinggalan.

  Di belakang Elden terus mengintruksi arah berlari tim mereka melewati jalan pintas, ia sering pergi ke air terjun hutan buatan ini dan ia juga tahu dimana jalan tercepat untuk sampai. Hingga dalam waktu kurang dari setengah jam mereka sampai di air terjun yang memiliki anak sungai yang jernih dan lebar. Setelah mendapat intruksi selanjutnya Rafka dan Farel melepas seragam atas mereka beserta sepatu dan langsung terjun ke dalam sungai. Sedangkan para alpha tersisa melihat dari batu-batu besar atas sungai untuk mengintruksi penyelam. Alya dan Vina tidak tinggal diam, mereka menyusuri pinggiran sungai dengan cermat.

  "Ah, capeknya," keluh Milla duduk di dekat batu besar dan meraup oksigen dengan rakus. Dia jarang berlari dan sekalinya berlari kenapa harus jauh?

  "Lo istirahat disana. Jangan kemana-mana," ingat Elden yang bertepatan sekelompok tim dari kelasnya datang dari seberang. Melihat Rafka dan Farrel terjun ke sungai, tiga beta dari kelompok itu langsung terjun dan lainnya melakukan persis yang dilakukan kelompok Elden. Mereka menyusuri sungai dan mencari kalung.

  "Lihat dengan cermat, gunakan insting penglihatan kalian dengan tajam!"

  "Kerang-kerang disana lucu, gue mau lihat boleh?" Tunjuk Milla ke sebuah batu besar tepi sungai yang dibawahnya banhyak kerang-kerang berserakan. Ia belum pernah menyentuh kerang langsung dari asalnya.

  "Tidak usah macam-macam, duduk diam dan jangan lakukan apa pun," sergah Fero cepat, apa misi penting seperti ini dia masih ingin bermain-main?

  "Biar gue yang mengantar, lo lihatin mereka."


Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang