17

107 7 0
                                    

  Motor besar Elden memasuki gerbang mansion Xavier yang tidak dijaga, baru saja ia menghentikan motornya di halaman depan bau semerbak mawar-strawberry memasuki indera penciumannya membuat pandangannya sedikit berkabut. Detik berikutnya ia tersadar saat seseorang membuka pintu sangat kasar dan Axel muncul dengan raut muka jelek," apa yang disuruh Milla bawa? Berikan ke gue."

  Elden meraih tas kain kecil di stangnya dan memberikannya ke Axel, di dalam tas itu berisi jaket dan kaos yang tadi siang ia pakai. Pasti Milla ingin menghirup pheromone di keringatnya untuk meringankan heat.

  "Heat-nya seberat itu ya? Mau gue bantu?"

  "Lo mau bantu apa? Urusan lo sudah selesai dan lo boleh pergi!"

  Elden dengan terpaksa pergi walau werewolf dalam dirinya terus melolong ingin mendekati pheromone ini lebih dekat. Tapi ini bukan hal yang tepat, omega itu sedang kesakitan disana dan pasti tingkat waspada Axel lebih tinggi dengan orang disekitar. Dengan perasan kacau ia mencoba menghubungi Milla di rumah dan berharap omega itu mau video call dengannya.

  Axel membuka tas kain itu sembari berjalan ke arah ruangan Milla, ia terkejut kalau ternyata yang dipesan Milla adalah baju bekas milik Elden. Apa Milla mempunyai perasaan untuk Elden?

  "Mill, lo suka Elden?" Tanya Axel setelah sampai di depan pintu Milla.

  "Apa bajunya sampai?"

  Dengan susah payah Milla bangkit dari kasurnya dan membuka sedikit pintu itu dan menjulurkan tangannya keluar," berikan itu!"

  "Jawab gue, apa lo suka Elden?"

  "Eunghh kak, ini bukan saat yang tepat. Berikan baju itu."

  "Kalau lo nggak jawab, gue buang baju ini. Jangan pakai baju orang asing saat heat."

  "Huh, gue pikir Elden itu mate gue dan Elden juga berpikiran yang sama. Nggak akan salah kalau gue meminta bantuannya, dan ini hanya soal baju!"

  "Lo tahu kan kalau kak Kylson mengatakan kalau lo belum 17 tahun dan lo harus me..."

  "Cerewet lo, gue kesiksa disini dan lo mengoceh terus."

  Milla keluar dan merampas tas kain itu lalu membanting pintunya dengan kencang, Axel hanya bisa mematung di tempat dan segera mengambil ponselnya untuk melapor ke seseorang.

  •••

  Besok sorenya Fero menemui Elden dan bersiap untuk pergi ke peramal yang sudah Elden carikan untuknya. Terlihat dari luar Fero itu tidak peduli dengan keadaan, namun sebenarnya ia memiliki kekhawatiran dan kecemasan sangat besar setiap harinya.

  Dengan pakaian casual hitam kedua alphadom bongsor itu pergi dengan mobil Fero ke sebuah rumah minimalis di tengah kota. Elden mengatakan kalau kakek peramal itu datang ke rumah cucunya yang sudah lama tidak bertemu, ini juga alasan kakek itu mau datang karena dia tidak hanya ingin melihat Fero.

  Tok tok tok

  Pintu terbuka dan menampilkan seorang perempuan tinggi sekitar 175 cm memandang mereka sedikit terkejut namun langsung tersenyum dan meminta mereka untuk masuk. Fero belum bergerak jika saja Elden tidak mendorongnya masuk, ia terlalu terkejut melihat alpha wanita untuk pertama kalinya dalam hidup. Ia pikir alpha wanita sudah punah 7 tahun yang lalu.

  "Kalian tunggu sebentar, kakek sedang menyiram kebun di belakang."

  "Tidak masalah, kami tidak sedang keburu. Ngomong-ngomong jika kakek  ingin pulang kami akan mengantarnya kembali dengan selamat," ucap Elden  bertepatan seorang pemuda kecil berkulit putih cantik membawakan tiga gelas teh hangat di meja kecil di depan mereka.

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang