38

81 4 0
                                    


  "Berarti pulang sekolah langsung ke rumah bu Fang chu? " Tanya Milla seraya menyesap es teh nya yang baru saja ia aduk. Ketiganya sudah berada di kantin dan duduk di meja paling pojok agar tidak menjadi pusat perhatian.

  "Mau langsung atau ganti baju dulu? Kamu nggak mau izin ke kakakmu? Barangkali tidak boleh, " Ujar Elden yang langsung disahuti Axel yang tiba-tiba datang menepuk bahu-nya, "Ada apa nih sebut gue? "

  "Eh, Mill gue denger tadi lo ke ruang kepala. Ngapain? "

  Axel duduk di samping Elden dan pacar nya duduk disampingnya dengan canggung. Posisi Milla ada di pojok dinding diapit Elden jadi pacar nya tidak bisa duduk berdampingan dengan Milla yang sama-sama cewek.

  "Nggak ngapa-ngapain, tadi paman Ervan nitipin kita bertiga ke bu Fang chu soal tanda mark itu. Nah, bu Fang chu mengundang kita bertiga ke rumahnya setelah sekolah. "

  "Gue nggak bisa ikut, ada kerja kelompok. Sama Fero ya lo. "

  Mendengar ini, Aldevaro menggeram dan menajamkan matanya ke arah Axel, " Kenapa Fero? "

  Axel terkesiap, ia berdehem mengurangi kegugupannya ketika ditatap juga oleh Elden, "Oke gue lupa kalau Milla sudah punya Mate. Sorry-sorry. "

  "Jangan begitu ah sama kak Axel, dia juga nanti jadi kakak iparmu, " Tegur Milla membuat Aldevaro mengalihkan pandangannya ke arahnya dan mengangguk.

  "Nah itu, jangan macam-macam sama gue, kalau nggak lo nggak akan gue restui jadi adik ipar hahaha.... "

  "Kalau gue lolos kan ya Xel? " Tanya Elden menaik turunkan alisnya membuat Axel memukul lengannya main-main, "Lolos apaan? Lo harus baik-baik sama gue. "

  Saat sedang bercandanya, ada seorang sekelompok cewek beta mendekati Aldevaro dan menatap sinis ke Milla dengan decihan pelan, "Varo, Sofia mana? Dia nggak berangkat beberapa hari ini, ponselnya juga nggak aktif. "

  "Pergi, " Desis Aldevaro yang tidak melihat mereka sedikit pun dan pandangannya masih ke Milla yang sudah memutar bolanya malas.

  "Mentang-mentang sudah punya mate, Sofia lo buang gitu aja Varo? Jahat banget sih lo, Sofia itu lebih baik daripada omega itu, dia baru aja datang dan lo sudah mencampakan Sofia yang sudah nemenin lo sejak masuk sma, " Ujar beta itu tapi tidak mendapat perhatian sedikitpun dari orang yang di meja.

  Salah satu dari mereka menggebrak meja di depan Aldevaro dengan kedua mata menatap nyalang ke Milla, "Dasar pelakor lo, lo sudah merasa cantik hah? Lo itu tidak lebih hanya sekedar wanita centil yang merebut cowok orang. Bukannya lo punya dua mate, kenapa lo nggak bisa ikhlasin satu buat Sofia? Dasar serakah, aslinya lo Jalang kan yang nggak pernah cukup satu laki-laki? "

  Brakkk

  Aldevaro tidak bisa menahan amarahnya lagi, dia menggebrak meja di depannya hingga terbelah menjadi dua lalu berbalik meraih gadis itu dan mencekik lehernya dengan kuat, "Tidak ada yang boleh menghina Milla. "

  Elden bergerak berjalan ke Aldevaro dan menjambak rambutnya dengan keras hingga terdengar teriakan yang kencang membuat seluruh kantin terfokus pada mereka.

  Elden meludahi gadis itu dan bersmirk, "Merasa cukup cantik? Lo bahkan lebih hina dari jalang di club. "

  "Akh, apa yang kalian lakukan? Tolong gue, hikss..... Nia tolong lakuin sesuatu. "

  Nia yang melihat temannya seperti itu tidak berani berkutik dan berlari kabur keluar kantin. Sekarang gadis itu sendiri menghadapi dua alphadom yang telah ia buat marah.

  "Sepertinya lo belum tahu peristiwa waktu itu, " Ejek Elden lalu menarik rambut itu lebih kuat hingga Aldevaro melepas cekikannya dan gadis itu ia lempar mengenai dinding.

  Semua orang berteriak ketakutan ketika mendapati dua orang mostwanted yang biasanya tersenyum dan diam akhirnya menujunjukkan amarah mereka secara bersamaan untuk melindungi mate mereka.

  Milla menghembuskan nafas ringan dan mendekati Aldevaro dan Elden lalu mengusap masing-masing lengan mereka, " sudahlah hiraukan saja, mulutnya memang kurang pendidikan."

  "Makanya kita ingin mendidiknya, " Ujar Aldevaro lalu meraih garpu yang jatuh di lantai yang langsung ditujukan ke gadis itu yang merintih ketakutan, "Ja-jangan."

  "Aldevaro, kamu mau ngapain? "

  "Merobek mulutnya, dia tidak bisa lolos begitu saja. "

  "Milla, kamu duduk saja menyaksikan. Jangan mendekat, atau kasihan padanya oke? " Bujuk Elden meraih bahu Milla untuk mundur namun si empu tidak mau menurut.

  "Jangan lakuin itu, apa kalian ingin membunuhnya? Kalian bukan psychopath, jangan lakuin hal itu. "

  "Aaaa!!!! "

  Gadis itu berteriak saat Aldevaro melayangkan garpu itu ke wajahnya namun ia dengan sigap melindungi wajahnya menggunakan lengan hingga lengannya kini yang tertancap garpu.

  "Aldevaro! "

  Milla meraih lengan Aldevaro dan menariknya untuk bangun karena posisi Aldevaro yang jongkok menakutkan. Namun Aldevaro tidak bergeming, dan karena ini dengan terpaksa Milla mengeluarkan setengah pheromone nya membuat kedua alphadom itu tersadar dan menghadap padanya, "Pheromone mu kenapa? "

"Sepertinya bocor, ayo kita pergi. "

  Milla menarik tangan keduanya hingga keluar kantin, setelah ini semua yang terjadi di kantin menjadi tanggung jawab Axel yang tertinggal.

  "Sepertinya keduanya cukup baik melindungi Milla. "

  "Bukannya berlebihan kak? "

   "Tidak, jika kak Kylson yang bertindak akan lebih dari itu. "

  Milla membawa keduanya ke kelas dan ia menarik pheromone nya kembali, walaupun ada sisa, itu tidak terlalu menyengat seperti sebelumnya. Saat ini kelas dalam keadaan sepi dan Milla menutup pintu dan duduk berhadapan dengan keduanya dengan bersedekap dada, "Apa yang kalian lakukan tadi? Menurut kalian itu sangat keren hah? Bagaimana kalau kalian di skors atau bahkan dikeluarkan? "

  Elden tersenyum dan menggeleng, "Tidak akan dikeluarkan, jika hal yang kita lakukan untuk melindungi mate itu disahkan saja. Tidak akan ada apa-apa. "

  "Tapi aku khawatir, kalian menakutiku. Mereka juga pasti akan mempunyai dendam denganku. "

  "Jangan takut, kita pasti akan melindungimu, " Ujar Elden dengan kelingan nakal membuat Milla memutar bolanya malas. Ia mengalihkan pandangan ke Aldevaro yang hanya duduk diam, "Al, kamu nggak ada yang dikatakan? "

  "Jangan membocorkan pheromone mu lagi, sebentar lagi jadwal rut ku tiba. Kamu paham? "

  Milla terkesiap begitupun Elden, karena ini Milla hanya mengangguk kaku dan sedikit bergeser menjauhi Aldevaro.

  "Milla, nanti kita pulang dulu saja untuk berganti pakaian. Nanti kita akan menjemput mu dirumah bagaimana? Oh iya aku juga ingin memperkenalkanmu dengan ayah dan ibuku, apa kamu bisa besok lusa? "

  "Bisa-bisa, tapi aku gugup kalau nanti ayah dan ibu mu menolakku. Karena aku mempunyai dua mate. "

  Ia menyadari kalau menantu sepertinya adalah aib keluarga. Jika Keluarga Elden juga menolaknya seperti keluarga Aldevaro. Tidak tahu lagi seperti apa nasibnya memperjuangkan dua keluarga.

  Elden tersenyum dan meraih tangan Milla untuk dI usapnya, "Jangan khawatir, aku sudah menceritakanmu lebih awal dan keluarga ku menerimamu. Mereka ingin sekali melihatmu. "

  "Itu kabar yang bagus. "

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang