32

78 4 0
                                    


  5 menit kemudian Axel berhasil menjebol ring lawan dan sorak-sorakkan mulai terdengar riuh di kubu SMA WF School. Axel mengejutkan semua orang karena dia langsung berlari memeluk mate-nya yang berada di pinggir lapangan walau hanya seperkian detik. Milla cemberut, apa kakaknya sekarang terkena penyakit bucin akut? Lihat itu, ceweknya saja sangat malu hingga menyembunyikan wajahnya dibalik kipas yang dia pegang.

  "Aah, kakak lo romantis banget Mill. Gue yang jomblo jadi iri," ujar Alya meremat telapak tangan Milla tapi pandangannya terus ke lapangan.

  "Makanya cari pacar, jangan betah jomblo."

  "Cariin..."

  "Fero mau?"

  "lebih baik jomblo daripada sama dia."

  Angka selanjutnya dicetak oleh Fernon, adik Maxime sang salah satu pillar tim futsal. Mereka berdua memang sangat bagus dalam bermain bola basket, namun hanya saja sangat jarang keduanya bermain di satu tim karena keduanya sangat sulit untuk disatukan. Jadi, mereka berdua hanya bisa saling bergantian untuk bermain.

  "Aldevaro lihai juga mainnya," komen Rafka melihat Aldevaro berusaha memberikan shoot-nya diantara pemain lawan yang lebih jago.

  "Iya, dia sekali main langsung bisa."

  Detik berikutnya Aldevaro yang mencetak angka dibantu Fernon. Milla langsung mendelik sebal melihat bagaimana antusiasnya Sofia yang berdiri di pinggir lapangan dan terus-terus berseru nama Aldevaro. Aldevaro dilapangan hanya acuh, dia tidak selebrasi seperti lainnya melainkan hanya bertos dengan Fernon lalu setelahnya fokus lagi.

  Di akhir, pertandingan futsal dimenangkan oleh SMA WF School dengan skor angka 5-1. Setelah pertandingan berakhir tentu saja Milla mengajak teman-temannya untuk makan siang, dia sudah muak melihat Sofia terus mengawasi Aldevaro yang sedang mengemasi tas-nya.

  "Kalian mau cari makan apa?" Tanya Elden membuat ketiga cewek itu mulai berpikir.

  "Bagaimana kalau burger?" Tanya Vina membuat Alya menggeleng," gue muak, cari yang lain."

  "Kalau steak?"

  "Itu ide yang bagus, di sebelah ada yang jual steak daging enak," ujar Vina membuat membuat Milla dan Alya mengacungkan jempol mereka.

  "Gue duluan, jangan lupa nonton pertandingan gue," ucap Elden melambaikan tangannya dan berbelok arah.

  "Lo nggak ikut?" Tanya Milla cemberut.

  "Nggak, gue baru inget yang gue katakan di uks kemarin. Jadi jaga diri lo baik-baik," ujar Elden berlalu pergi. Ya Milla baru mengingatnya, Elden mengatakan kalau mereka harus jaga jarak dulu sebelum dia berulang tahun ke 17, mereka sama-sama lupa.

  "Kenapa? Ada apa kemarin?" Tanya Vina kepo.

  "Nggak, hanya distancing."

  Pukul 1 tepat Milla dan teman-temannya baru menduduki tribun lapangan basket dan masih ada waktu 15 menit lagi sebelum pertandingan dimulai. Namun saat lagi menunggu, tiba-tiba saja seseorang yang lewat di depannya jatuh di pelukan Milla membuatnya reflek berteriak dan memukul orang itu. Jefry dengan sigap berlari menyusul nona-nya dan menarik kerah orang itu dengan kasar.

  "Mau apa anda?"

  "Maaf-maaf, tadi saya hanya terjatuh. Beneran, tidak bermaksud apa-apa," ucap orang itu gugup dengan tatapan Jefry yang tajam.

  Jefry membawa orang itu pergi menuruni tribun, entah apa yang akan dilakukan Jefry tapi Milla sudah memastikan kalau itu bukanlah hal yang baik.

  "Mill, lo nggak papa?"

  "Nggakpapa."

  Tanpa sengaja dipangkuannya ada sebungkus cokelat dengan kertas yang menempel, setelah membaca itu Milla berdecih karena alasan orang itu ternyata bohong. Dia menuliskan kalau dia mencintainya dan ingin bertemu di akhir pertandingan, Milla membuang kertas iu asal dan memakan cokelat itu dengan dua temannya.

  Tak berselang lama Axel dengan pacarnya menyusul dan duduk di tribun di depannya, sedangkan Aldevaro yang tiba-tiba muncul duduk disebelah Vina dan menetap lurus ke depan tanpa berbicara. Melihat Aldevaro tentu saja Milla mencari Sofia, namun sampai pertandingan dimulai dia tidak melihat batang hidung cewek menyebalkan itu.

  Elden menepati ucapannya dan dia memakai handband seperti biasa, dengan senyum lebar di melambai ke Milla membuat yang lainnya memekik keras. Aura Elden bertambah berkali-kali lipat memakai kaos basket dan Milla juga ikut terpana.

  "Elden ganteng, makin cinta deh hehe..."

  "Nggak sabar, minggu depan kalian jadi sepasang mate," sahut Vina ikut senang dan berharap keduanya memang benar ditakdirkan.

  "Harus dirayain hahaha...."

  Tapi selanjutnya Milla marah karena Salah satu tim basket sekolahnya terjatuh karena pelanggaran yang dibuat tim lawan. Ia ikut bersorak menyalahkan tim lawan yang tidak ingin minta maaf dan malah membuat masalah.

  Kejadian itu terjadi berulang kali membuat tim sekolah WF School memanas dan seluruh stadion penuh teriakan saling menghina. Di putaran kedua, Elden berhasil mencetak angka untuk ketiga kalinya dan pelanggaran terus terjadi membuat dua penonton kini saling lempar kertas dan botol. Aldevaro dengan gesit menepis botol yang tertuju ke Milla dan kertas lainnya. Walaupun begitu pertandingan yang hanya tersisa beberapa menit lagi masih diteruskan dan diakhir tim WF School yang menang.

  Ketua tim lawan dengan tiba-tiba memukul Elden diikuti teman lainnya yang memukul WF School hingga semua penonton semua turun dan saling hajar. Pada saat ini Jefry menyelinap ingin membawa Milla yang kini berada di pelukan Aldevaro yang mencari jalan. Setelah bersusah payah mereka akhirnya bisa keluar dengan rengekan Milla ingin menemui Elden.

  "Lo masuk lagi silahkan, tapi jangan salahkan gue kalau Elden akan marah setelah ini," ujar Aldevaro membuat Milla terdiam. Ya, jika dia masuk dan membahayakan dirinya pasti Elden juga akan marah dan konsekuensinya dia pasti akan didiamnkan. Jadi setelah menenangkan pikirannya dia akhirnya menyerah dan menunggu kabar dari Elden.

  "Sepertinya mereka marah karena futsal sebelumnya mereka kalah dan mereka tidak bisa mengimbangi laga basket kali ini," komentar Axel diangguki Rafka dan Farrel yang sudah menduga dari awal. Ketiganya terus membicarakan hal ini sampai Elden datang dengan lebam kecil dipipi kanannya.

  "Lo nggakpapa El? Ini sakit nggak?" Tanya Milla sembari mengelus pipi kanan Elden dengan raut wajah khawatir.

  "Sedikit sakit, tapi setelah dielus lo sakitnya hilang," ujar Elden membuat Milla menurunkan tangannya karena salting.

  "Cowok kok bilang sakit," celetuk Aldevaro mengarahkan pandangannya kearah lain.

  "Terserah gue-lah, urusan sama lo apa?" Tanya Elden kasar, dia tidak menyukai kehadiran Aldevaro disisi Milla.

  "Lo ngerasa? Gue nggak bilang itu elo."

  "Sialan, maju sini lo."

  "Sudah diam, malu-maluin," sergah Axel menarik adiknya pergi terlebih dahulu.

  "Aldevaro, lo nggakpapa?" Tanya Sofia yang tiba-tiba datang sambil berlari terengah-engah.

  "Minggir lo."

Bar-bar OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang