Sudah sekitar 15 menit guru mata pelajaran pertama belum datang, kata salah satu temannya semua guru ada rapat dadakan di ruang guru yang kabarnya hanya sebentar."Kok materinya susah-susah ya," gerutu Milla yang sedang membuka buku pelajaran jam pertama dengan malas.
"Gampang kok, kalau mau belajar bakalan jadi gampang," sahut Alya yang sedang sibuk membaca buku.
"Tapi gue orangnya males belajar, " gumam Milla mengambil handphonenya dan mulai mengscroll sosmed mengurangi kegabutannya.
Ceklek
Pintu kelas terbuka dan masuklah Fero dengan ekspresi dingin dan wajah sedikit babak belur. Milla sebenarnya ingin menghampirinya dan mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya tadi langsung mengurungkan niatnya karena merasakan aura tidak mengenakan darinya. Mungkin Fero masih menahan amarahnya dan sedang sangat kesal.
"Gue baru tahu kalau alpha brengsek tadi kakaknya Fero," ujar Milla memperhatikan Fero yang duduk dibangkunya dan langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Karena lo baru disini," bisik Alya pelan membuat Milla mengangguk singkat dan berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian di kantin tadi.
"Tapi tenang saja, Fero itu baik dan beda dari kakaknya," lanjut Alya membuat Milla terdiam entah karena apa.
Ceklek
Pintu kelas terbuka lagi dan masuklah dua cowok yang satunya sudah Milla kenal sekitar 15 menit yang lalu, Elden Victory. Kenapa dia masuk ke kelas ini? Apa ini juga kelasnya?
"Fero!" Panggil Elden ke Fero yang langsung membuatnya mendongakkan wajah.
"Woyy bro, kenapa wajah lo babak belur?hahaha.......tambah ganteng jadinya," canda Elden membuat Fero mendengus sebal lalu menelungkupkan wajahnya kembali.
"Kenapa sih nih bocah. Hei Aksa, Fero kenapa?" Tanya Elden ke Aksa yang duduk disamping Fero.
"Habis berantem sama kakaknya," jawab Aksa seadanya.
"Ooh, gue kira habis rebutan cewek," ujar Elden terkekeh kecil lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas yang semua muridnya sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri.
"Yook duduk, sebelum big mothernya dateng," ujar teman Elden menarik tas Elden lalu membawanya ke tempat duduk mereka yang ternyata berada di belakang Milla dan Alya.
Milla bingung, tadi pas berada di tengah lapangan Elden sedaritadi melihat kearahnya dan sekarang tidak? Bahkan cowok itu sekarang malah bercanda dengan teman di belakangnya membuat asumsi Milla tadi tentang mate langsung sirna. Mungkin dia hanya terbawa perasaan dan pikirannya sangat kacau. Tapi, kenapa dirinya jadi ingin mengetahui pheromone Elden? Ada apa dengannya? Tidak mungkinkan dia meminta Elden untuk menghilangakan SB yang digunakannya? Pasti ada masalah pada dirinya sekarang.
"Omega!"
Milla reflek berbalik saat mendengar panggilan itu dan langsung matanya bersitatap dengan manik mata Elden yang berwarna merah tapi terlihat menenangkan. Kenapa dia tidak bisa berpaling?
"Boleh kenalan? Nama gue Elden, Elden Victory," ujar Elden mengulurkan tangan kanannnya dengan senyuman yang menawan.
"Gu-gue Milla, Milla Xavier," ujar Milla menerima uluran tangan itu dengan ragu.
"Xavier? Lo adiknya Axel Xavier?" Tanya Elden membulatkan kedua bola matanya.
"Iya, kenapa?" Tanya Milla melepas uluran tangan itu dengan perlahan.
"Tapi kenapa pheromone Varo nempel ke lo?"
"Tadi hanya ada sedikit kecelakaan."
"Jadi, lo nggak ada hubungannya dengan Varo kan?""Kita baru saja bertemu tadi."
"Ganti baju!" Titah Elden tiba-tiba membuat Milla terkejut, bahkan Alya dan teman di sampingnya Elden langsung ikut nimbrug.
"Apa-apaan lo hah? enak aja nyuruh-nyuruh orang ganti baju. Asal lo tahu gue baru saja ganti baju," ujar Milla ketus dan langsung membalikkan badannya namun Elden malah menghampirinya.
"Gue nggak suka pheromone Varo nempel ke elo, gue kira lo soulmate nya Varo tadi. Maka dari itu gue mau lo ganti baju," ujar Elden menarik pergelangan Milla namun segera di tepisnya.
"Apaan sih, nggak mau ah."
"Ganti se-"
"Pagi anak-anak," sapa seorang guru dengan tubuh gemuk mengalihkan atensi seluruh kelas.
Elden dengan cuek melepas jaketnya dan langsung memakaikannya ke Milla yang membuatnya terkejut. Masih dengan muka cuek nya, dia kembali ke tempat duduknya dan mulai mengeluarkan buku mata pelajaran.
"Lo apa-apaan sih? Ambil jaket lo nggak?" Bisik Milla ke Elden.
"Nggak mau wleeek..." ledek Elden membuat Milla geram dan ingin melepas jaket itu namun kedua bahunya di tahan Elden dengan senyuman menjengkelkan.
"Singkirin tangan lo!"
"Milla, elden, kalian ngapain?" Tegur ibu guru membuat Elden dengan sigap menurunkan tangannya bagitu juga Milla menurunkan jaket cowok itu.
"Tidak ada apa-apa bu," jawab keduanya serentak.
Milla tidak sengaja bersitatap dengan manik mata Fero yang entah sejak kapan memandanginya. Milla jadi heran sendiri, kenapa para alpha dominan disini sangat hobby mengganggunya? Tidak bisakah membiarkan dirinya hidup dengan tenang? Baru 2 hari saja hidupnya terasa begitu rumit.
"Hei mill lo tahu? Saat lo bicara dengan Elden, Fero ngeliatin lo terus," bisik Alya membuat Milla memutuskan kontak mata itu.
"Dia kurang kerjaan kali," balas Milla cuek.
"Atau dia suka sama lo?"
"Nggak mungkin dan nggak penting."
Pelajaran kali ini ternyata tidak begitu sulit karena Alya selalu membantunya, ya sebenarnya sih mudah tapi karena Milla nya males mikir akhirnya milih diwakilkan pikirannya. Jangan salah, walau omega mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata Milla masih mempunyai otak yang mumpuni untuk menyeimbangkannya dengan gender lainnya. Ya, kalau tidak dikeras tidak akan mungkin muat itu otak.
"Oh iya jam ketiga dan keempat nanti kosong, pak Rexi menitipkan tugasnya pada ibu dan ibu sudah serahkan pada seketaris. Jadi, nanti tidak boleh ada keributan atau ibu akan berjaga disini. Kalian paham?"
"Paham bu!"
"Yasudah, kerjakan tugas kaliam dengan tenang."
Setelah kepergian guru itu, kelas kembali ramai. Ada yang berpacaran dipojok kelas, ada yang tidur, ada yang karaoke tapi ada juga yang mengerjakan tugas yang dituliskan seketaris di papan tulis.
"Alya, gue ke kamar mandi dulu," ucap Milla berdiri dari duduknya mengalihkan atensi Alya dari buku kearahnya.
"Mau ditemenin?"
"Nggak usah, gue nggak bakal nyasar," ujar Milla berlalu pergi meninggalkan Elden yang tersenyum misterius.
"Mate."
![](https://img.wattpad.com/cover/271866484-288-k930120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bar-bar Omega
FantasyHanya sebuah fantasy dan imajinasi. gadis berusia hampir 17 tahun itu seorang omega langka.Bagaimana jika ia masuk sekolah para beta dan alpha?bagaimana kisahnya?